Nestapa Istri Pertama CEO Terkenal

Dalam kegelapan fajar serta tekad yang bulat.Malika menyetir mobil menuju ke rumah sang Ibu.mobil lama pemberian Dewangga di tinggal di rumah Risa,Malika pergi dengan membawa mobil baru nya.

" Sabar ya nak,jika kalian memang berjodoh pasti akan bertemu." begitu nasehat yang di berikan orang tua Risa kepada Malika saat Malika berpamitan kepada mereka semua.

Tok...Tok..Tok..

Cukup lama menunggu akhirnya pintu di buka juga oleh Mbok Rum.wanita paruh baya ini sangat kaget melihat kedatangan Malika yang tidak kenal waktu.hanya ada Malika di sini tanpa di temani sosok Dewangga.Mbok Rum bisa menebak apa yang sedang terjadi kepada Malika sekarang,Mbok Rum mempersilahkan Malika masuk ke dalam rumah takut ada bahaya yang mengintai di luar sana.

" Apa Mbak Malika sudah makan?" tanya Mbok perhatian.

" Sudah Mbok,Ibu di mana?" tanya Malika bersamaan dengan suara langkah kaki terdengar menghampiri mereka berdua.

" Ibu!" seru Malika dengan lirih.

Saat itu juga dia berlari memeluk tubuh ibu nya,air mata Malika kembali tumpah ruah tanpa bisa dia bendung lagi.untuk terakhir kali nya saja Malika ingin menangisi keadaan,tangisan ini bukan untuk Dewangga tapi lebih ke rasa haru setelah berhasil keluar dari kota yang sejuta kenangan buruk.

Bu Ani mengelus punggung Malika dengan wajah kebingungan,sampai akhir nya Malika menceritakan semua nya termasuk bagaimana cara nya dia bisa sampai di rumah di jam segini, Bu Ani memang sudah tahu tentang semua yang terjadi dalam pernikahan putri nya,tapi dia tidak menyangka kalau Malika begitu dewasa menghadapi permasalahan rumah tangga nya.tidak ada yang Malika tutupi dari Bu Ani termasuk caci maki yang di dapat kan nya dari Nyonya Niken.

" Ibu mendukung penuh proses perceraian kalian." ujar Bu Ani sambil mengelap wajah Malika yang basah.

" Iya Bu! Aku sudah mengurus semua nya sekalipun Dewangga tidak mau tapi Aku tetap akan melanjutkan gugatan itu."balas Malika yang tidak melihat kalau saat ini Bu Ani sedang mengernyit menahan sakit di dada nya,kabar yang Malika bawa pulang sangat membuat jantung wanita paruh baya ini terganggu.

" Kita harus pindah dari sini Bu!" kata Malika tegas.

Bu Ani menatap wajah putri nya dengan serius,Bu Ani berpikir sejenak dengan keinginan putri nya.mungkin memang sudah seperti ini jalan hidup mereka.Bu Ani akan ikut kemanapun Malika pergi yang penting mereka tetap bersama.

" Kita bisa melanjutkan hidup di kota lain,Malika akan mencari pekerjaan di sana.kalau kita tetap bertahan di sini yang ada Malika tidak akan bisa lepas dari Dewangga.pria itu pasti akan memaksa Malika lagi Bu."ujar Malika menjelaskan.

" Belum lagi nanti Nyonya Niken yang kejam pasti akan mencari Malika dan melakukan sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan sebelum nya,Malika cuman pengen tenang menjalani hidup ini Bu."sambung Malika lagi.

Bu Ani ikut berurai airmata mendengar keinginan Malika yang begitu sederhana,hanya ingin bahagia tanpa perduli dengan harta yang sudah berada di genggaman tangan nya.Malika dengan senang hati melepaskan tambang berlian nya.andai saja Bu Ani punya kuasa pasti sudah sejak lama beliau membungkam mulut keluarga Mahendra.

" Lalu rumah ini bagaimana nak?" Bu Ani terasa berat meninggalkan rumah ini,hanya ini harta satu-satunya yang akan dia serahkan kepada Malika jika nanti yang maha kuasa memanggil beliau untuk selama nya.

" Ibu tenang saja,Rumah ini akan kita jual nanti akan di urus oleh Risa,malam ini juga kita harus segera pergi sebelum Dewangga menyusul ke sini."Malika sudah merelakan semua hal yang bersangkutan dengan Dewangga.pilihan itu ada padanya dan Malika memutuskan untuk pergi menjemput kebahagiaan nya sendiri.

Malika lalu menjelaskan apa yang seharian ini sudah di lakukan nya,bahkan Malika juga mengatakan kepada Bu Ani proses perceraian nya akan berjalan cepat tanpa harus hadir di persidangan.Bu Ani mengangguk pasti menyetujui rencana sang putri.

" Kita akan hidup berdua saja Bu."batin Malika dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata.

Setelah berbicara dengan Bu Ani,kini Malika sudah sampai di dapur mencari keberadaan Mbok Rum yang tiba-tiba saja menghilang setelah membuka pintu untuk nya,Malika bergegas ke kamar Mbok Rum mungkin saja Mbok Rum sudah tidur karena memang sudah waktunya untuk beristirahat.

" Apa Mbok Rum mau ikut bersama Aku dan Ibu?" tanya Malika dengan Mbok Rum yang duduk di depan nya.mata mbok Rum terlihat memerah akibat mengantuk dan juga menangis menguping pembicaraan Malika dengan Bu Ani.

" Memang nya Mbak Malika mau pergi ke mana?" tanya Mbok Rum penasaran karena memang tadi tidak mendengar pembicaraan Malika sampai selesai.

" Rencana nya rumah ibu ini akan kami jual dan kami pindah ke kota lain."jawab Malika sambil bernostalgia dengan suasana rumah yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.

Walaupun rumah ini lebih kecil di bandingkan dengan rumah nya di kota, tetapi Malika lebih merasa nyaman dan tenang tinggal di sini.udara di sini juga sejuk tidak seperti di kota besar.

Mbok Rum tertegun mendengar ucapan Malika,beliau tak pernah menduga kalau pernikahan yang kemarin terlihat bahagia dan romantis ternyata harus berakhir sampai di sini saja.Mbok Rum merasa kasihan kepada Malika yang sangat tegar.

" Mbok mau banget ikut Mbak Malika, anak-anak Mbok juga sudah pada besar-besar semua pasti bisa mengurus diri mereka masing-masing.Mbok pengen merawat ibu sampai maut memisahkan kami."ujar Mbok Rum membuat Malika terharu mendengar nya.

" Terimakasih Mbok, sekarang Mbok harus bersiap-siap karena malam ini juga kita akan pergi dari rumah ini.bawa semua yang Mbok rasa penting jangan sampai ada yang ketinggalan." pinta Malika yang tidak mungkin bisa putar balik. Mengambil barang yang tinggal bisa-bisa Dewangga sudah menunggu di depan pintu rumah.kan bahaya ta!

Setelah meminta Mbok Rum berkemas,Malika pergi ke ruang tamu lalu mengambil barang penting yang wajib di bawa dalam petualangan mereka nanti,Malika menurun kan dengan paksa foto pernikahan nya bersama Dewangga yang tersusun rapi di dinding rumah,semua foto yang ada wajah Dewangga nya langsung di buang ke tempat sampah sedang kan untuk foto nya bersama sang Ibu di simpan di bagasi mobil.di rumah ini tidak boleh ada wajah Dewangga lagi karena mulai sekarang Dewangga akan menjadi serpihan di masa lalu.

Sedang kan di kamar yang terletak di bagian depan rumah.Bu Ani juga sedang sibuk beberes.beliau menolak bantuan dari Malika yang ingin membantu memasukan baju nya karena tidak ingin membuat sang putri kelelahan belum lagi nanti Malika akan Menyetir sendiri mobil tanpa merekrut seorang sopir.

Bu Ani memasukan semua barang penting nya ke dalam sebuah koper berukuran besar.suasana penuh haru begitu terasa di dalam kamar ini.Bu Ani dengan perasaan sedih meninggal kan rumah nya, bagaimana pun juga rumah ini lah yang menjadi tempat mereka berteduh selama ini dari panas nya teriak matahari dan dingin nya air hujan.

" Maaf Kamu harus Aku jual! Aku harus menyelamatkan putri ku dari manusia-manusia kejam."ucap Bu Ani sambil menatap sendu seluruh bagian kamar nya.

Mobil Malika pergi dengan tatapan penuh tanya dari bapak-bapak yang sedang berkeliling menjaga perumahan .Malika sengaja menghentikan mobil nya di depan pos ronda.

" Selamat Malam bapak-bapak semua nya , nanti akan ada kurir yang mengantar martabak dan nasi goreng untuk bapak-bapak semua nya,mohon di terima ya Pak." ucap Malika yang ingin meninggalkan kesan baik kepada tetangga nya.

" Waduh terimakasih banyak Mbak Malika, ngomong-ngomong pada mau kemana malam-malam begini Mbak? Apa Bu Ani sakit lagi?" tanya Pak Pak RT yang juga sempat melihat Malika memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.

" Sama-sama Pak,saya mau membawa ibu pergi liburan Pak,kasihan kalau di rumah terus ,beliau juga butuh liburan Pak." kelakar Malika yang tidak ingin jujur kepada Pak RT.

" Benar itu Mbak, hati-hati di jalan ya Mbak." balas Pak RT lagi.

" Siap Pak RT,titip rumah Ibu dulu ya Pak." ucap Malika yang tidak ingin membuat Pak RT curiga kepada mereka.

Mobil Malika semakin menjauh meninggalkan ibu kota,semua barang-barang sudah memenuhi mobil bahkan atap mobil juga penuh dengan koper-koper berisi pakaian.Malika sengaja tidak menggunakan pesawat atau kendaraan lain yang mengharuskan untuk menyerahkan kartu identitas karena tidak ingin Kepergian nya di lacak oleh Dewangga.Malika bahkan sengaja menonaktifkan ponsel yang lama Lalu mengganti kan dengan yang baru, begitu juga dengan ponsel milik Bu Ani serta Mbok Rum.

Suasana di dalam mobil terasa begitu tenang,Bu Ani di minta Malika untuk duduk di kursi belakang bersama Mbok Rum demi kenyamanan sang Ibu.

" Hati - hati bawa mobil nya nak,kalau lelah dan mengantuk lebih baik kita istirahat sejenak." ucap Bu Ani mengingat kan putri nya.

" Iya Bu,kalau ibu ngantuk lebih baik Ibu tidur saja." Malika tetep fokus dengan jalanan yang mereka lalui.karna malam sudah semakin larut jadi mobil Malika bisa melaju dengan cepat tanpa tersendat-sendat.

" Maafkan Malika ya Bu, gara-gara Malika ! Ibu harus rela meninggalkan rumah Ibu." ucap Malika dalam benak nya.

Malika sudah menyiapkan satu gelas besar kopi untuk menemani perjalanan nya malam ini,tak ada lagi tangisan perpisahan.biarlah masa lalu berlalu untuk di jadikan pelajaran berharga di hari esok, sekarang waktu nya untuk membuktikan kepada orang - orang yang memandang remeh diri nya kalau dia juga bisa bahagia tanpa harus mengemis kepada keluarga Mahendra.

Tin...Tin...

" Astaga..."

Bersambung