DICARI DENGAN SEGERA
Asisten pribadi.
• Perempuan usia max 27 tahun.
• Pendidikan terakhir min S1.
• Mampu berkomunikasi dengan baik dan bernegosiasi.
• Penampilan tidak diutamakan yang penting bersih dan rapi. (Lebih bagus jika berkaca mata, tidak banyak senyum, dan tidak cerewet.)
Kejadian itu satu setengah tahun lalu, saat dia benar-benar membutuhkan uang, jadi dia melamar pekerjaan tersebut. Namun setelah dia di terima itu adalah penyesalan untuknya, sebab pekerjaanya sebagai asisten pribadi benar-benar di luar nalar.
Bosnya yang tampan dan sangat di gemari banyak wanita itu selalu menyusahkannya dalam hal pekerjaan.
Dan pekerjaannya selain menyiapkan segala kebutuhan pribadi bosnya, Jessy juga bertugas menyingkirkan wanita yang sudah bosan dia kencaninya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siasat
"Apa ini?" Chris menatap selembar kertas di depannya yang baru saja Jessy letakan.
"Anda berjanji akan melakukan apapun untukku jika aku membantu anda, bukan? Ini adalah bukti pernyataan anda. Jadi suatu saat aku bisa menuntut anda."
"Suatu saat?" Jessy mengangguk.
"Tidak mudah untuk mendapatkan sesuatu dari orang seperti anda. Jadi aku akan memanfaatkannya di saat yang tepat."
Chris berdecak. "Licik!"
Jessy menggeleng pelan. "Bukan aku yang licik, Tuan. Tapi anda. Bukankah anda sudah memanfaatkan aku untuk berbohong pada Nenek anda. Dan jangan lupa ini janji anda. Tentu saja saya harus memikirkan apa yang harus aku minta, dan anda tidak akan menolak."
"Dengan syarat tidak berhubungan dengan nyawa."
Jessy mengangkat tangannya. "Aku tidak segila itu, Tuan."
Chris berdecak lalu menggoreskan tanda tangan diatas surat pernyataan tersebut.
"Kau puas?" Jessy tersenyum lalu mengangguk.
"Baiklah, aku permisi, Tuan."
"Tunggu!" Baru saja akan pergi Chris kembali memanggilnya.
"Ya, Tuan."
"Kenapa kau kembali berpenampilan begitu," tunjuk Chris pada kaca mata dan pakaian Jessy. Bukankah seharusnya Jessy mempertahankan penampilan cantiknya yang kemarin?
Jessy mengeryit dengan menaikan kaca matanya. "Anda tidak tahu? Ini adalah syarat menjadi asisten anda."
"Apa?"
"Ya."
"Maksudmu, kau sengaja berpenampilan begitu?"
"Ya, syarat menjadi asisten anda adalah, harus berkaca mata, dan berpenampilan jelek." Jessy menahan tawa saat Chris nampak tertegun.
Jadi selama ini Chris tak tahu kenapa harus memiliki Asisten jelek. Dia kira Mike memilih Jessy karena kemampuannya. Tapi ternyata Mike memilihnya karena Jessy memiliki penampilan yang diluar kesukaannya.
"Jadi, yang mana penampilanmu yang sebenarnya?" Jessy tak menjawab, karena dia yakin Chris sudah tahu. Susah payah dia sembunyikan. Tadinya Jessy berniat membuktikan jika wanita jelek sepertinya bisa menaklukan si buaya darat dan si sombong Chris, tapi rupanya dia tak bisa mempertahankan wajahnya sekarang.
"Kau menipu dengan penampilanmu?"
Jessy tersenyum, namun tidak sampai ke mata menampakan jika wanita di depan Chris ini tidak tulus dengan senyumannya. "Maaf, Tuan. Saya hanya melakukan tuntutan pekerjaan. Saya tidak berniat menipu anda, Kalau mau menyalahkan salahkan saja yang memberikan syarat itu."
Chris memejamkan matanya. Jadi selama ini dia tertipu penampilan Jessy.
Jessy sebenarnya masih ingin menyembunyikan wajahnya, setidaknya sampai kontrak kerjanya berakhir. Namun Chris justru melakukan make over padanya, hingga penampilan sebenarnya muncul dengan sendirinya.
"Siapa yang menentukan syarat itu?" tanya Chris.
"Mungkin, Mike, Tuan."
Chris mengangguk, lalu mengibaskan tangannya agar Jessy segera keluar.
Setelah Jessy pergi, Chris memanggil Mike masuk ke ruanganya.
....
"Maksudmu itu syarat yang di berikan Daddy?" Mike mengangguk cepat.
"Beliau bilang, agar anda tidak tergoda dengan asisten anda lagi, karena itu kami juga memberi syarat untuk berpenampilan ... seperti Jessy saat ini."
"Dan bagusnya Jessy sepertinya memang tidak tertarik dengan anda. Jadi kami tak perlu kehilangan lagi asisten anda, Tuan."
Chris menarik nafas menahan amarah. "Tapi, karena itu juga aku belum bisa menaklukannya."
"Kalau itu, mungkin kesan anda terlalu jelak di mata Jessy." Chris memicingkan matanya tajam.
Mike gelagapan. "Jadi sebaiknya anda memperbaiki kesan anda di depan Jessy, Tuan," ucapnya memberi solusi.
Chris berdecak. "Aku tahu, tapi bagaimana caranya." Bagaimana pun reputasinya terlanjur jelek di depan Jessy.
"Aku punya ide," ucap Mike.
Chris mengeryit saat melihat Mike tersenyum. "Begini, Tuan ... ." Mike mendekat lalu berbisik tepat di telinga Chris.
....
"Jess, persiapkan kencanku dengan kekasihku," ucap Chris saat Jessy keluar dari ruangannya.
Jessy meringis kesal. Dia kira setelah pekerjaannya selesai hari ini, dia bisa pulang. Rupanya lagi- lagi dia harus lembur.
"Baik, Tuan."
"Dan juga, belikan dia hadiah." Chris menyerahkan kartunya. "Beli juga makan malam untukmu, ya. Bagaimanapun kau akan lembur." Chris berucap penuh perhatian membuat Jessy menaikan alisnya heran.
"Terimakasih sebelumnya, Tuan. Lalu hadiah apa yang ingin anda beli, Tuan?" Jessy meraih kartu tersebut.
"Kau wanita bukan? Harusnya lebih paham apa yang sesamamu inginkan dari seorang pria. Aku percaya kau bisa mengerti. Aku juga ingin semua dibuat seperti seleramu, hadiah, lalu dekorasi." Jessy mengeryit bingung. Namun tak ingin berpikir berlebihan, Jessy hanya mengiyakan.
"Kalau begitu saya permisi, Tuan." Jessy mengangguk, lalu pergi untuk melakukan tugasnya.
Jessy memasuki sebuah mall untuk membeli hadiah, tak ingin banyak berpikir, Jessy langsung pergi ke sebuah toko perhiasan merk ternama, lalu membeli sebuah kalung berlian edisi terbatas, tak peduli berapapun harganya. Setelah memastikan hadiah sudah tersedia, Jessy pergi ke sebuah hotel, lalu memesan kamar VIP dengan view paling romantis.
Dalam satu jam semua persiapan selesai, kini dia tinggal menunggu Chris dan kekasihnya datang. Hidangan makan malam di meja sudah tersedia, berikut buket mawar merah yang merekah menunggu berpindah tangan kepada pemilik aslinya.
Chris memintanya melakukannya sesuai seleranya. Jessy suka hal romantis yang berhubungan dengan bunga, makan malam dengan di sinari cahaya rembulan, juga perhiasan. Tentu saja, siapa yang tak ingin hal- hal semacam itu, apalagi jika di berikan oleh orang tercinta.
Jessy melihat sekelilingnya, lalu menghela nafasnya. Indah, dengan uang segalanya bisa terwujud dengan cepat.
Saat ini pintu terbuka dan Jessy yang sudah siap berdiri dengan buket bunga di tangannya, meminta seorang pelayan yang siap sedia akan membantunya untuk mematikan lampu, hingga yang tersisa hanya cahaya remang- remang dari balkon kamar yang terbuka, juga lilin- lilin di atas meja.
Rencananya, Jessy menunggu Chris mengambil bunga di tangannya untuk dia berikan pada kekasihnya. Namun Jessy tak bisa tak mengeryit saat melihat hanya Chris yang memasuki ruangan.
Kemana kekasih pria itu?
Jessy melihat ke belakang Chris, siapa tahu perempuan itu ada di belakang punggung Chris. Namun saat Jessy tak menemukannya sama sekali dia kembali menatap Chris. Yang tak Jessy duga pria itu kini sudah berdiri dalam jarak dekat dengannya, hingga Jessy bisa melihat dengan jelas siluet Chris yang berdiri gagah dengan di sinari cahaya remang- remang.
"Ini sudah menjadi konsep yang kau suka?" tanya Chris, dengan tatapan tak lepas darinya.
Jessy mengeryit. "Apa maksudmu, Tuan?"
Chris masih tersenyum dengan tenang. "Bukankah aku memintamu membuat kencan yang kau sukai?"
Jessy terdiam.
"Jika aku melakukannya untukmu, kau akan suka?" Chris menatapnya dengan tatapan lembut
Jessy menelan ludahnya dengan kasar. "Tu- tuan-"
"Lupakan, lagi pula kau pasti menolakku," potong Chris.
"Anda sudah tahu jawabannya."
Chris mengangguk. "Kau boleh pergi. Kekasihku sudah datang." Jessy tertegun saat melihat wajah Chris kembali ke stelan biasanya.
Jessy mengangguk, lalu keluar dari kamar tersebut. Baru saja akan mencapai pintu Jessy berpapasan dengan seorang wanita bergaun biru terbuka masuk.
"Oh, Honey. Kau menyiapkan ini untukku?" Dari nada bicaranya, wanita itu nampak senang dengan kejutan yang dia buat.
Jessy menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan menemukan wanita itu sudah berada di pelukan Chris.
Saat ini tatapan Chris justru tertuju padanya, namun kedua tangannya memeluk pinggang kekasihnya.
Apa maksud Chris melakukan hal itu di depannya. Berharap dia cemburu? Lalu jatuh ke dalam perangkapnya?
Harus Jessy akui, hatinya sedikit berdesir. Hanya, sedikit. Namun dia rasa itu tak berarti apapun. Jessy masih sangat sadar untuk tak terperangkap dalam pesona pria itu. Dan akan dia buktikan Chris lah yang akan takluk padanya.
Setelah memastikan tugasnya selesai, Jessy pulang dengan menggunakan taksi. Hingga dia tiba di kawasan apartemennya, lalu turun dari taksi. Baru saja taksi meninggalkannya beberapa pria mencegatnya.
Empat pria dengan penampilan seperti preman.
Jessy mengerutkan keningnya saat keempat pria tersebut mendekat dengan senyum jelek di wajah masing-masing. Aroma alkohol menguar dari keempat pria tersebut membuat Jessy mundur menjauh.
"Mau apa kalian?" Jessy mengeratkan genggamannya di tas kerjanya.
sakit fisik ngga sepadan sama sakit psikis...
ayoo...tanggung jawab kamu sama Jessy...