NovelToon NovelToon
Di Mana Tempat Itu

Di Mana Tempat Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: ainuncepenis

Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10 Dekat.

Akhirnya Arfandi mengantar Aira pulang juga dan sampai di kediaman rumah Aira.

"Kamu tinggal di sini?" tanya Arfandi membuat Aira menganggukkan kepala.

"Kalau begitu aku masuk dulu. Terima kasih sudah mengantarku," ucap Aira yang membuka pintu mobil.

Aira yang tidak ingin berlama-lama ingin menaiki anak tangga menuju rumahnya, tetapi Aira kembali menoleh ke belakang ketika melihat mobil Arfandi yang sepertinya ada masalah karena lampunya hidup mati dan suara mesin juga terdengar.

Hal itu membuat Aira kebingungan yang kembali menghampiri Arfandi dengan sedikit membungkuk di bagian pintu mobil Arfandi.

"Ada apa?" tanyanya dengan mengetuk kaca mobil.

"Sepertinya ada masalah," jawab Arfandi.

Aira sedikit mundur saat Arfandi membuka pintu mobil.

"Mungkin masalah pada mesinnya, aku melupakan untuk service," ucap Arfandi.

"Begitu," sahut Aira.

Arfandi yang langsung membuka mesin mobil dan yang benar saja keluar asap yang membuatnya mengipas-ngipas wajahnya. Aira melihatnya mengerutkan dahi.

"Benar-benar di luar dugaan yang memang mesinnya bermasalah," ucap Arfandi.

"Apa mengantarku pulang jadi sial?" tanya Aira.

"Kamu itu bicara apa. Ya. Nggaklah. Aku saja yang memang malas untuk servis mobil," jawab Arfandi.

"Kamu tidak mau telepon bengkel?" tanya Aira.

"Mungkin aku masih bisa memperbaikinya," jawab Arfandi.

Aira hanya mengangguk saja, sangat tidak enak jika dia langsung memasuki rumahnya dan sementara Arfandi masih memperbaiki mobilnya. Jadi Aira menunggu saja sampai selesai.

Dengan sangat tiba-tiba hujan turun yang membuat mereka berdua sama-sama melihat ke atas.

"Astaga!" ucap Aira meletakkan telapak tangannya ke atas seolah menutup wajahnya.

"Hujannya deras sekali dan sebaiknya nanti saja di kerjakan," ucap Aira.

"Ayo berteduh," ucap Aira yang membuat Arfandi menganggukkan kepala dan menutup mesin mobil itu dengan cepat.

Mereka berdua berlari menaiki anak tangga sehingga sudah sampai di depan rumah Aira.

"Padahal cuaca hari ini baik-baik saja dan tiba-tiba saja malah hujan," ucap Aira mengusap-usap lengannya yang sempat basah.

"Begitulah Indonesia yang memang tidak ada yang tahu cuaca terkadang sangat cepat berubah," ucap Arfandi

"Kamu benar," sahut Aira.

Hening sementara dan tidak ada yang berbicara yang hanya terdengar suara hujan yang semakin deras dengan angin yang begitu kencang.

"Hmmmm, masuklah berteduh di dalam saja di luar dingin," ucap Aira sedikit gugup.

"Kamu tidak keberatan?" tanya Arfandi.

"Itu hal yang biasa," jawab Aira.

"Tapi jangan berpikiran jika aku sering membawa pria masuk ke dalam rumahku," ucap Aira.

"Aku tidak memikirkan apapun," sahut Arfandi.

Aira yang tidak berbicara lagi merogoh tasnya untuk mengambil kunci rumahnya dan langsung membuka pintu.

Arfandi yang masih berada di depan pintu melihat ke dalam, rumah itu sangat simpel yang terdapat ruang tamu dan juga ada televisi dengan dapur yang tanpa ada pembatas satu kamar yang seperti Apartemen sederhana.

"Jangan hanya berdiri saja di sana, Masuklah!" ucap Aira.

Arfandi menganggukkan kepala yang pasti membuka sepatunya terlebih dahulu, dengan sangat sopan dia masuk ke dalam rumah karyawannya itu.

Arfandi juga langsung duduk di sofa tersebut.

Angin yang begitu kencang sampai membuat pintu rumah Aira yang masih terbuka harus terdorong. Tidak punya pilihan lain yang membuat Aira harus menutup pintu.

"Kalau hujan sudah reda, kamu baru kembali. Atau kamu langsung saja hubungi bengkel dan begitu hujannya reda mereka langsung memperbaiki mobil kamu dan jangan kamu yang memperbaikinya, nanti tidak selesai lagi," ucap Aira yang berjalan menuju dapur.

"Kamu benar! Aku sepertinya kurang ahli dalam memperbaikinya," sahut Arfandi.

"Hmmm, aku tidak suka manis dan juga tidak suka teh jadi di rumahku tidak ada teh. Kamu harus minum apa?" tanya Aira yang memang biasanya kalau tamu itu pasti disuguhkan teh atau kopi dan Aira sangat tidak menyukai bau bau teh maupun kopi.

"Kamu tidak usah repot-repot," sahut Arfandi.

"Atau mau air hangat saja. Tapi tanpa warna," ucap Aira.

"Tidak usah," sahut Arfandi yang tidak ingin merepotkan.

"Baiklah," sahut Aira.

Dia meletakkan di atas meja barang bawaan yang dibawakan ibunya tadi. Karena tidak tahu mau berbicara apa lagi dengan Arfandi dan lebih baik akhirnya menyusun belanjaan itu, memasukkan apa yang perlu ke dalam kulkas dan yang lainnya diletakkan pada tempatnya.

"Kamu tadi bilang kamu habis dari rumah orang tua kamu. Jadi kamu tinggal sendiri di sini?" tanya Arfandi yang melihat aktivitas gadis itu di dapur.

"Iya. Kamu lihat saja tempatnya sepi dan tidak ada siapa-siapa yang artinya aku sendiri," jawab Aira.

"Kalau tadi kamu berada di jalan yang artinya rumah orang tua kamu tidak terlalu jauh?" tanya Arfandi.

"Tidak. Orang tuaku dan saudaraku tinggal di jalan kenanga yang tidak jauh dari Perusahaan," jawab Aira.

"Lalu kenapa kamu memilih tinggal sendiri?" tanya Arfandi.

"Kurang suka dengan suasana rumah. Kami 3 tahun yang lalu baru pindah rumah dan awalnya aku tinggal di rumah lama sendiri, tetapi rumah itu akhirnya dijual dan aku memilih untuk tinggal sendiri di tempat lain yaitu di sini," jawab Aira.

"Rumah lama, yang masih di Jakarta Selatan?" tebak Arfandi sepertinya tidak lupa rumah sahabat lamanya itu. Aira menganggukkan kepala.

"Sudah berapa lama kamu tinggal sendiri?" tanya Arfandi.

"Sekitar 3 tahun," jawab Aira.

Arfandi mengangguk-anggukkan kepala. Aira melihat ada makanan di dalam kotak bekal. Aira melihat ke arah Arfandi yang sejak tadi melihat sekitar rumahnya dengan kepala berkeliling.

"Kamu mau coba!" tiba-tiba Aira sudah muncul di samping Arfandi dengan menawarkan makanan yang berada di dalam kotak itu.

"Tahu isi. Mama tadi membuatnya sangat banyak dan ternyata membungkus kan untukku. Aku pikir hanya menyiapkan makanan untuk dibawa besok dan makanan ini tidak mungkin di bawa besok," ucap Aira.

Arfandi tidak ada segan sama sekali yang mengambil tahu isi itu. Aira meletakkan di atas meja.

"Kamu sendiri tidak makan?" tanya Arfandi.

"Mengambil air putih," jawab Aira yang kembali ke dapur dan kemudian kembali lagi ke ruang tamu dengan membawa dua gelas dan Aira duduk di samping Arfandi.

"Masakan Mama kamu enak," ucapnya.

"Benarkah! Masakan Mama kamu juga enak," sahut Aira.

"Kamu masih ingat orang tuaku?" tanya Arfandi melihat ke arah Aira yang membuat Aira menganggukkan kepala.

"Mana mungkin lupa Tante Sulastri yang sering membuat acara dan kita akan datang ke rumah kamu makan-makan bersama," jawab Aira.

"Kalau begitu lain kali kamu harus ke rumahku. Aku masih tinggal di tempat yang lama," ucap Arfandi.

"Hmmmmm, kapan-kapan," sahut Aira yang hanya tersenyum tipis yang tidak bisa menjanjikan hal itu.

"Aira aku senang sekarang kamu lebih luas bicara denganku dan tidak segan padaku. Tetaplah seperti ini," ucap Arfandi kalau berbicara tidak pernah lepas untuk menatap mata Aira.

"Jangan mengada-ngada, aku tidak mungkin berbicara sesantai ini saat di Perusahaan," sahut Aira.

"Aku juga tidak mengatakan di Perusahaan," sahut Arfandi.

"Iya-iya," sahut Aira.

Arfandi tersenyum yang kembali melanjutkan makannya. Tadi saat di mobil mereka sempat sedikit adu argumen yang tiba-tiba saja menjadi dia dan sekarang sepertinya keduanya sudah kembali nyaman bersama.

Arfandi juga terlihat sangat senang dengan Aira yang tidak banyak diam.

Bersambung.....

1
Teh Euis Tea
sira belajarlah dari mia yg iklas menerima keadaannya, nasibmu lebih baik dari mia yg dihianati suami dgn 3 anak dan hidup susah
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
Teh Euis Tea
aira kenapa ga ngelaporin si ramon ke polisi sih, klu di biarin si ramon ga ada efek jeranya
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
ChikoRamadani
aira tegas dong, lawan tuh nini sihir si natalie ganggu suasana aja....

jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
Teh Euis Tea
idihhh si nathali aneh orang arfandi yg menginginkan aira dekat dia, arfandi itu naksir aira bkn km nathalia
ChikoRamadani
natalie caper banget smaa arfandi....
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,


setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses
Teh Euis Tea
natali jgn sok perhatian sm afandi, afandi sendiri cm mengharapkan aira bkn km
Teh Euis Tea
semoga km sukses ya aira novelmu buming jd km ga merasa rendah diri lg, semangat untuk aira
Teh Euis Tea
nah gitu dong aira terbuka sm ortumu jd dpt dukungan jgn apa apa di pendem sendiri pdhal ga mampu yg ada malah makin pusing makin terpuruk hingga km mau bunuh diri
Teh Euis Tea
aira klu ketahuan paling di nikahin km sm arfandi😁
Teh Euis Tea
aira jarang loh yg tulus seperti afandi wlu udah 10thn berlalu msh perhatian sm kamu
Teh Euis Tea
kasian bgt sih aira, mudah"an aj sirsmon secepatnya di tangkap
Teh Euis Tea
si aira sok kuat padahal butuh bantuan
Teh Euis Tea
si tari teman ga tau diri
Teh Euis Tea
aira benar kt afandi jgn jd orang ga enakan klu km ga nyaman pergi ke acara itu ya jgn pergi dan harus berani menolak
Teh Euis Tea
natali km cemburu ya sm arfandi
Teh Euis Tea
mungkin karna teman" nya sombong jd aira merasa minder
Teh Euis Tea
emang sih ga enak bgt klu ketemu sm teman yg udah pd sukses trs ngomongin soal kerjaan sedangkan kita hanya pekerja biasa berasa di kacangin sih mau ikut nimbrung ngobrol ga tau ngomong apa
Teh Euis Tea
makin minder aj aira nih tp tetap sj km hrs semangat aira km itu butuh teman untuk keluh kesah km jgn di pendem sendiri dan akhirnya km jd minder
Teh Euis Tea
aira ayolah bergaul km jgn minder trs sm teman km
ChikoRamadani
ini cerita aira yang selalu dikejar debt collector tapi masalahnya sudah selesai karena dibantu arfandi....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!