Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari
Secepat kilat Alan menurunkan foto itu dan meletakkannya di atas lantai. Dia segera mencari dan membereskan apa yang akan di bawa untuk seminar besok. Setelah selesai Alan pun bergegas keluar dari apartemennya itu dengan beberapa benda yang memenuhi tangannya. Saking bingungnya dia sampai lupa tak membawa paperbag sebagi tempat menyimpan barang-barangnya itu.
Suasana apartemen itu begitu sepi, Alan berjalan sendirian melewati lorong kamar. Tanpa dia tahu ada seorang wanita yang tengah berjalan mengikuti langkahnya dengan jarak yang cukup jauh.
"F*ck," maki Alan ketika beberapa benda bawaannya jatuh dari dekapannya dan membuat Alan mau tak mau membungkuk untuk mengambil apa saja yang terjatuh barusan. Begitu juga dengan wanita itu yang langsung menghentikan langkahnya.
Alan kembali melangkahkan kakinya menuju pelataran parkiran. Dia meletakkan barang-barang bawaannya ke atas Kap mobil dan segera dia membuka pintu mobil.
Sama halnya dengan wanita yang dari tadi berjalan di belakangnya. Wanita itu bersiap membuka mobil mewahnya yang berwarna merah. Mobil yang akhir-akhir ini Alan lihat terparkir di perusahaan tak jauh dari miliknya.
Tampak wanita itu memakai pasmina warna hitam untuk menutupi kepalanya, juga memakai masker, kacamata untuk menutupi sebagian besar wajahnya. Namun hal itu tak membuat Alan lupa dengan bahasa tubuh yang cukup familiar di indra penglihatannya.
Luna yang merasa sadar di perhatikan, dengan raut wajah paniknya dia memasuki mobil mewahnya. Dia segera menekan tombol start untuk menyalakan mobil dan tak lama suara gedoran di pintu kaca terdengar di indra pendengarnya, hal itu sukses menyadarkan Luna.
"Luna! Luna, buka mobilnya sebentar!" teriak Alan sembari memukuli pintu kaca dengan kepalan tangannya.
Seketika Luna tersentak kaget hingga kain penutup kepalanya turun dan dia semakin terlihat jelas oleh Alan dari luar. Secepat kilat dia melajukan mobilnya meskipun Alan terus menggedor kaca mobil.
Tak ingin kalah Alan pun bergegas memasuki mobilnya, dengan cepat menyalakan mobilnya dan kemudian menjalankannya. Alan sekeras mungkin berusaha untuk mengejar mobil Luna yang berusaha keluar dari pelataran parkir apartemennya.
"Luna berhenti! Tunggu aku Luna!" gumam Alan tak sabaran dengan mencengkeram kuat kemudi setirnya hingga buku-buku jemarinya memutih.
Mobil Luna tengah berhenti untuk belok ke arah jalan raya sedangkan mobil Alan berada di belakangnya yang terhalang oleh 2 mobil hendak keluar juga.
"Cepat Alan! Cepat!" gumam Alan kembali sembari memukul kemudi setirnya.
Tak lama mobil Luna melesat dengan cepat setelah dapat keluar dari area parkir dan Alan masih setia mengikutinya. Namun hal itu tak berlangsung lama, kali ini Dewi Fortuna berpihak lagi pada Luna karena lalu lintas berwarna hijau. Tapi tidak dengan Alan, lampu berubah warna merah ketika dia melewati jalan yang sama. Berbagai macam sumpah serapah dan makian kembali terlontar dari mulut Alan.
Alan kembali melajukan mobilnya setelah lampu berubah warna hijau. Dia mendahului beberapa mobil yang ada di depannya dengan kecepatan yang tinggi. Bahkan dia tak menghiraukan beberapa Omelan dan juga makian dari pengemudi lain. Tekadnya sudah bulat untuk mengejar mobil Luna karena rasa penasaran nya yang begitu tinggi untuk mendengarkan penjelasan Luna pergi meninggalkannya bersama Lucas.
"Tunggu aku Luna!" gumam Alan yang masih fokus dengan kemudi setirnya.
"Aaarrrgh ...," teriak Alan frustasi.
🌷🌷🌷
Waktu terus berputar, kini jarum jam telah menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh lima menit. Tampak Luna yang tengah duduk di sofa selama kurang lebih 45 menit. Dia telah siap dengan celana kulot dan blouse yang di lengkapi dengan cardigan yang berwarna senada. Tak lupa juga Delila merias dirinya dengan tampilan natural karena dia ingin terlihat cantik di mata suaminya malam ini.
Delila masih tetap duduk di tempatnya, menanti dan menunggu dengan perasaan cemas. Tak terasa telah 30 menit berlalu tapi seseorang yang dia tunggu tak kunjung datang. Bahkan untuk sekedar mendapat pesan pun tak dia dapatkan dari suaminya itu.
Meskipun begitu Delila tetap berpikiran positif, sedikitpun tak ada pikiran buruk di kepalanya. Dia mengira bahwa Alan masih sibuk dengan tugasnya yang sebagai manager keuangan. Delila pun tak berani menghubungi suaminya lagi takut mengganggu pekerjaannya.
Telah berlalu satu jam terlewati begitu saja, tapi tetap saja tak ada kepastian dari Alan. Hingga akhirnya Delila memutuskan untuk naik ke lantai dua dan menyalakan tv untuk membuang rasa jenuhnya karena menunggu.
Detik berganti menit, menit berganti jam, lelah menunggu sosok Alan membuat Delila tertidur begitu saja di atas sofa sedangkan Alan entah berada dimana sekarang.
🌷🌷🌷
Di tempat lain tampak Alan yang sedari tadi terus berputar-putar tak tentu arah mencari keberadaan Luna. Dan pada akhirnya Alan pun kehilangan jejak wanita yang selama ini telah menorehkan luka di hatinya.
Namun hal itu tak membuat Alan putus asa, dia terus berkeliling memeriksa setiap tempat yang sering Luna datangi. Tapi hasilnya nihil, Luna sama sekali tak dia temukan juga.
Disinilah Alan berad tempat terakhir yang akan Alan kunjungi, sebuah klub malam eksklusif di kota Jakarta. Alan pernah beberapa kali menjemput Luna di klub ini dengan alasan ada temannya Luna yang sedang mengadakan pesta ulang tahun ini. Sementara Alan pun tak pernah menginjakkan kakinya disini selain menjemput Luna saat itu.
Beberapa pasang mata tengah memperhatikan Alan penuh ledekan, bahkan ada beberapa orang yang saling berbisik sembari tertawa karena melihat penampilan Alan saat ini.
Kemeja putih formal yang Alan kenakan sudah terlihat sangat lusuh, begitu juga dengan celana kerja dan sepatu pantofel membuat Alan sangat tidak cocok berada di tempat ini. Tapi Alan sama sekali tak peduli dengan tatapan orang melihatnya. Tujuannya saat ini hanya Luna yang ada dalam pikirannya hingga dia melupakan janjinya pada Delila untuk pergi makan malam.
Dentuman musik, gelapnya ruangan yang hanya di terangi oleh spot light lampu membuat Alan kesulitan mencari keberadaan Luna. Dengan susah payah Alan berkeliling tempat itu untuk terus mencari. Bahkan dia harus mendekati beberapa wanita yang Alan pikir mirip dengan Luna, namun sekian lama dia mencari Luna tetap tak berhasil dia temukan juga.
Merasa frustasi Alan pun segera mendudukkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan beberapa orang bartender. Dia pun memesan 1 sloki minuman berwarna coklat pekat dan berbuih, lalu meminumnya dengan sekali tenggakan.
"Aaarrrgh ...," erang Alan ketika minuman itu terasa membakar tenggorokannya.
"Satu lagi," ucap Alan meminta minuman yang sama pada bartender dan kembali meminumnya dalam satu tenggakan.
Dalam hitungan detik itu efek dari minuman itu mulai terasa. Alan mulai mengerjapkan matanya berkali-kali. Ini pertama kali bagi Alan meminum minuman beralkohol membuat Alan mulai kehilangan kesadarannya. Setelah habis 3 sloki akhirnya dia menelungkupkan tubuhnya di atas meja dengan terus menggumamkan nama Luna berulangkali.
Alan .....
🌷🌷🌷
Yang menanti adegan "peluh menghiasi dahi, dan di akhiri pelepasan," harap bersabar ya wkwkwkwk
Atau mungkin tak kan pernah terjadi.
Eh kabooooor ....
Tolong sogok othor receh ini dengan vote 🤣🤣🤣
Mumpung hari Senin, yuk vote bagi yang ikhlas aja.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Cerita cinta setelah pernikahan dimana keduanya sama-sama terluka oleh orang yang mereka cintai. Ngebayangin diposisi Alan dan Delila pasti rasanya enggak mudah untuk mereka menerima satu sama lain.
Meski perlahan sekarang hubungan mereka mulai membaik, tetapi komunikasi dan pikiran mereka terhadap masa lalu yang membuat semuanya jadi rumit.
Apalagi masa lalu yang justru nggak terima atas kebersamaan Alan dan Delila, semoga enggak jadi penghalang untuk hubungan mereka kedepannya.
Semoga Alan dan Delila dapat saling mencintai, tanpa terikat oleh masa lalu.
Bahagia selalu untuk mereka, juga tanpa adanya kontrak yang terikat😊😊
Semangat untuk Kakak.
Semangat untuk nulisnya, jaga kesehatan, dan sukses selalu💪💪❤️❤️🥰😘
Hanya masalahnya sekarang ....😔
suger Daddy
Ngapain nyari-nyari Delila?😒