Takdir membawaku dalam keadaan yang sungguh tak kuduga akan terjadi.
Widuri Lidyaningrum terpaksa menerima tawaran dari mantan kekasihnya bernama Bisma Arya Mahendra untuk menjadi simpanannya. Semua dilakukan Widuri demi menolong kakak kandungnya bernama Alamsyah agar tak dipenjara.
"Akan kubuat hidupmu menderita seperti di neraka, Wid. Kakakmu sudah membuat Vivian keguguran. Calon bayiku meninggal dan Vivian lumpuh. Karir serta mimpi Vivian hancur!" geram Bisma dalam hati.
Benci dan cinta bercampur dalam pekatnya permainan takdir keduanya.
"Sampai kapan aku harus jadi simpananmu?" tanya Widuri.
"Sampai aku benar-benar membuangmu dari muka bumi ini. Selamanya," jawab Bisma dengan raut wajah yang terlihat jelas kilat penuh amarah kebencian mendalam pada Widuri.
Bagaimana kehidupan Widuri menjadi wanita simpanan dari mantan kekasihnya yang sudah beristri?
Widuri dan Bisma juga melakukan sebuah pernikahan rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun.
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Terpaksa Menginap Bersama
Bisma terus menggerutu. Pada akhirnya Bisma terpaksa keluar dari mobilnya di tengah derasnya hujan untuk melihat kondisi mesin.
Bisma cukup paham dunia otomotif. Lelaki itu pun membuka kap mobilnya untuk segera memeriksanya.
Widuri yang berada di dalam mobil, cukup cemas melihat kondisi Bisma. Lalu, ia berinisiatif mengambil payung milik Bisma di jok belakang. Widuri keluar dari mobil dan berjalan memayungi Bisma yang tengah mengutak-atik mesin.
"Kenapa mobilnya?" tanya Widuri dengan penuh kelembutan.
"Ya ampun, kenapa malah keluar?"
"Masa aku harus diam saja di dalam mobil. Bapak kan lagi benerin mobilnya apalagi hujan deras begini. Jadi aku bantu dengan payungin,"
"Aku udah basah kuyup begini. Kepalang tanggung jadi gak perlu kamu payungin segala!" seru Bisma. "Satu lagi, jangan panggil Bapak kalau di luar kantor. Karena aku bukan bapakmu!"
"Lalu saya harus panggil dengan sebutan apa?"
"Panggil saja Bisma seperti biasa," Widuri pun menganggukkan kepalanya pada Bisma.
"Suhu di sini aku cek makin dingin. Nanti kalau dibiarkan kehujanan terus, kamu bisa sakit."
"Bukankah kamu yang sering sakit-sakitan sewaktu kuliah? Kena hujan dikit saja flu," cibir Bisma tanpa sengaja mengingatkan masa lalu mereka.
"Itu kan dulu. Aku yang sekarang udah lebih kuat. Jadi gak gampang kena flu atau demam kalau kehujanan," jawab Widuri.
"Ngeles saja!" sindir Bisma. "Masuk sana!" titahnya.
"Tapi_" ucapan Widuri pun terpotong.
"Jangan sampai membuatku jauh lebih marah!" ancam Bisma.
Widuri menghela napas beratnya. Ia akhirnya masuk kembali ke dalam mobil sesuai perintah Bisma.
Setelah hampir satu jam Bisma berkutat dengan mesin mobilnya, akhirnya bisa menyala kembali. Namun justru di saat Bisma masuk ke dalam mobil, lelaki itu mendadak menggigil kedinginan.
"Bis, kamu kenapa?"
"Eng_gak apa-apa. A_yo kita ja_lan," jawab Bisma dengan suara terbata-bata. Bahkan bibirnya terlihat sangat pucat. Tangan Bisma bergetar saat memegang kemudi mobilnya.
"Biar aku yang nyetir," tawar Widuri.
"Me_mangnya ka_mu tau jalanan sini!"
"Maps bisa ku pelajari. Daripada kita mati konyol karena kamu maksain diri buat nyetir dalam kondisi fisik tak jelas begini!" balas Widuri.
Bisma pun tak lagi membantah karena ia merasa tubuhnya seakan mati rasa saat ini akibat terguyur hujan deras sebelumnya di mana suhu di sana lebih dingin daripada biasanya.
Widuri akhirnya menggantikan Bisma untuk mengemudikan mobilnya. Mantan kekasih Bisma itu walaupun tak memiliki mobil pribadi, ia mampu mengemudikannya.
Ketika mereka senggang jam kuliah, Bisma lah yang mengajarkan Widuri cara mengemudikan mobil yang baik dan benar. Bahkan lelaki itu yang mengantarkan Widuri ikut tes SIM A dan membayar segala administrasinya kala itu.
Widuri menyetel AC dengan suhu lebih tinggi agar embun di dalam mobil segera hilang. Ia khawatir melihat kondisi Bisma. Walau bagaimana pun perangai Bisma padanya, lelaki itu saat ini sudah berstatus suaminya.
Di tengah perjalanan, Widuri sempat kebingungan akan arah jalan. Ingin bertanya pada Bisma, namun ia tak tega membangunkan lelaki itu. Bisma sejak tadi memejamkan mata seraya memeluk tubuhnya sendiri karena memang dilanda kedinginan usai diguyur hujan deras.
Widuri memutuskan keluar memakai payung dan bertanya pada orang sekitar.
"Cuaca lagi kurang baik di sini. Lebih baik Nona mencari penginapan terdekat. Hari sudah larut malam rawan kejahatan. Jangan memaksakan diri apalagi masih kondisi hujan lebat. Besok pagi saja dilanjut perjalanannya," saran seorang warga yang sempat ditanya oleh Widuri tentang petunjuk jalan.
"Kalau boleh tau penginapan terdekat di sini arah mana, Pak?"
Lelaki paruh baya itu pun menyebut sebuah nama penginapan yang letaknya kurang lebih satu kilometer dari sana. Widuri pun akhirnya mengerti. Ia segera kembali ke dalam mobil dan mengucapkan terima kasih pada bapak tadi.
☘️☘️
Setelah mencari, akhirnya Widuri menemukan penginapan yang dimaksud. Ia pun bernafas lega.
"Bis, bangun." Widuri menggoyangkan lengan Bisma dengan lembut beberapa kali.
"A_pa ki_ta udah sampai?" tanya Bisma lirih dalam kondisi mata masih terpejam dan menggigil.
"Belum," jawab Widuri apa adanya. "Kita menginap dulu di sini. Hari sudah larut malam dan hujan juga masih belum berhenti. Aku khawatir kamu sakit,"
"Aku eng_gak apa-apa!" desis Bisma yang masih punya sedikit tenaga menolak saran dari Widuri.
"Kali ini saja, Bis. Tolong jangan egois terutama pada dirimu sendiri!" bentak Widuri yang kesabarannya mendadak setipis tisu menghadapi lelaki keras kepala seperti Bisma.
"Lihat kondisimu sekarang! Pucat dan terus menggigil. Apa kamu mau bertemu Malaikat Izrail lebih cepat ?!" desak Widuri.
Bisma akhirnya pasrah dengan desakan Widuri. Sejujurnya, ia pun merasa tersiksa dengan kondisi ini.
Tubuhnya entah mengapa mendadak tak bisa diajak kompromi. Namun bibirnya bungkam tak mau mengakui hal itu di depan Widuri. Ia tak mau dianggap sebagai lelaki lemah di depan mantan kekasihnya itu.
Terlebih tadi Bisma sempat mengejek Widuri yang sering sakit-sakitan jika terkena hujan sewaktu mereka kuliah dahulu. Kini justru menjadi bumerang pada diri Bisma sendiri.
Faktor kelelahan karena tanpa sadar Bisma memforsir tubuhnya sendiri untuk bekerja keras selama beberapa minggu terakhir. Bisma mengejar tugas-tugasnya sebagai CEO yang sempat menumpuk karena harus totalitas menjaga Vivian yang sakit. Alhasil saat ini tubuhnya lemah dan drop.
☘️☘️
Penginapan yang mereka datangi bukan kategori hotel bintang lima atau mewah. Sangat jauh dari itu.
Hanya sebuah penginapan sederhana mirip hotel bintang dua.
"Apa masih ada kamar kosong?" tanya Widuri pada petugas resepsionis.
"Ada sisa satu kamar yang kosong, Nona."
"Boleh, aku ambil itu."
"Tapi maaf, Nona. Penghangat ruangan di kamar itu sedang rusak dan ukuran ranjangnya tidak begitu besar,"
"Tidak masalah. Lagi pula aku menginap dengan suamiku. Dia butuh istirahat dan sedang tidak enak badan," putus Widuri yang tak punya pilihan lain.
"Oh, begitu. Baiklah,"
Pergi mencari penginapan lain di kota yang dirinya tak begitu hafal jalannya, akan membuat kesulitan bagi Widuri. Belum tentu juga penginapan lain yang ia temukan nantinya jauh lebih baik dari hotel yang sekarang didatanginya. Terlebih kondisi Bisma yang semakin mengkhawatirkan.
Petugas hotel segera memberikan kunci kamar pada Widuri. Tak lupa Widuri meminta susu murni hangat pada pelayanan kamar.
Sejak tadi Bisma sempat mencuri-curi dengar pembicaraan antara Widuri dengan petugas hotel. Walaupun kesadarannya timbul tenggelam, ia masih mampu mendengar jika Widuri menyebut dirinya sebagai suami.
Ada desir tak biasa yang tiba-tiba memenuhi ruang kalbu Bisma saat Widuri mengakui dirinya sebagai suami pada orang lain. Bisma pun tersenyum tipis tanpa disadarinya.
Widuri meminta bantuan petugas hotel untuk memapah tubuh Bisma masuk ke dalam kamar yang mereka sewa.
Kamar penginapan yang memang tampak sederhana. Hanya ada sebuah ranjang sempit tanpa penghangat ruangan. Walaupun ranjang tersebut masih muat untuk mereka berdua. Tak ada kursi atau sofa di dalamnya. Hanya ada meja kecil dengan gantungan baju tanpa lemari.
Petugas hotel segera pergi setelah mengantar susu murni hangat pesanan Widuri.
"Minumlah dulu," pinta Widuri seraya memberikan segelas susu pada Bisma. Tanpa banyak bicara, Bisma langsung meminumnya hingga tandas isinya.
Melihat kondisi Bisma yang semakin mengkhawatirkan, Widuri segera membuka ranselnya. Ia mencari sesuatu yang mungkin saja bisa digunakan oleh Bisma.
Akan tetapi, Widuri harus menghela napas beratnya karena baju yang ia bawa tak ada yang akan muat dengan tubuh Bisma. Widuri berpikir dengan cepat untuk mencari solusinya.
"Lepas bajumu!" titah Widuri dengan suara sangat tegas secara tiba-tiba.
Sontak hal itu otomatis membuat Bisma menganga dan terpelongo mendengar permintaan Widuri barusan.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Jangan membayangkan yang macam-macam. Cukup satu macam💋
Kalau komennya ramai, aku up lagi. Kalau sepi, up besok ya.💋
lebih baik kamu jujur saja bisma
oh begitu ternyata kesalahpahaman si Bis Bis dulu.... semoga segera sadar kamu Bis....
istri 2