NovelToon NovelToon
Bidadari Untuk Zayn

Bidadari Untuk Zayn

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Pernikahan rahasia
Popularitas:24.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.

Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Zahira menoleh pelan ke arah suara itu.

Aldrich berdiri di hadapannya, tangan dimasukkan ke saku celana. Wajahnya tampak tenang, tapi mata itu… menyimpan sesuatu yang membuat napas Zahira tertahan.

"Kenapa? Gak ada yang mau duduk sama lo?" tanyanya, nadanya ringan, tapi menyayat seperti bilah tipis yang dingin.

Zahira menunduk, tak menjawab. Tangannya yang menggenggam sendok sedikit bergetar.

“Wah, kayaknya menunya sehat banget tuh. Nasi sama sayur doang? Lagi diet ya?” lanjut Aldrich sambil menarik kursi dan duduk tanpa izin.

Zahira masih diam. Nafasnya memburu pelan, tapi ia tetap tak menatap Aldrich.

“Gue cuma pengen kenalan, kok,” ujarnya, menyandarkan tubuh ke kursi, "anak baru harusnya ramah. Masa ditanya malah diam aja?”

Zahira akhirnya mengangkat kepala, perlahan, “saya... nggak maksud begitu.”

“Apa? Saya? Waduh, gaya ngomongnya jadul banget, kayak dari sinetron tahun dua ribuan,” ejek Aldrich.

Tawa kecil mulai terdengar dari beberapa meja yang memperhatikan mereka dari jauh.

Zayn, yang masih duduk di tempatnya, menatap dari kejauhan. Bibirnya mengecil. Axel dan Ryu melirik satu sama lain.

"Ah anak itu mulai lagi," gumam Axel.

"Dapat sasaran baru dia, pantang lihat yang polos dikit, langsung di bulli," ujar Ryu.

Zayn diam, tidak berkomentar apapun, namun jarinya menggaruk permukaan meja, pelan dan berulang. Tatapannya tak lepas dari Zahira.

“Kalau gue boleh tebak... lo tuh dapet beasiswa, ya?” ujar Aldrich, menyeringai, “makanya cuma bisa beli nasi sayur.”

Zahira menggigit bibir bawahnya. Matanya mulai berair, tapi ia tetap menunduk, menahan semua emosi di dalam dada.

“Eh, bro, lo nggak kasihan tuh?” Ares tiba-tiba berseru dari mejanya, suaranya dibuat-buat prihatin.

"Kasian banget, udah gak punya uang, gak punya temen pula,” lanjut Ryon.

Semua orang menertawakan Zahira.

Zahira mengatupkan tangan di pangkuannya. Ia berusaha tetap kuat. Tapi matanya mulai berkaca-kaca.

Aldrich tersenyum lebih lebar, “gue suka banget liat yang kayak gini. Anak baik, polos, sok sabar. Biasanya cuma bisa bertahan seminggu di sekolah ini.”

Zayn tiba-tiba berdiri. Suara kursinya bergeser dengan nyaring, membuat kepala beberapa orang langsung menoleh.

"Lo kenapa bro?" tanya Axel penasaran.

Zayn berjalan pelan. Langkahnya tenang, tapi tegas. Axel dan Ryu penasaran apa yang akan di lakukan oleh Zayn.

Zayn berhenti di samping meja Zahira. Matanya menatap Aldrich tajam.

“Lu gak punya kerjaan lain selain gangguin anak orang?” tanyanya, suara rendah tapi dingin.

Aldrich tersenyum tak terpengaruh, “gue cuma ngajak kenalan. Salah?”

“Banget,” jawab Zayn singkat.

Aldrich berdiri, sekarang keduanya berhadapan. Suasana kantin menjadi hening. Semua menunggu apa yang akan terjadi.

“Wih, pahlawan kesiangan datang juga,” ejek Aldrich, mencondongkan tubuhnya.

Zayn tidak membalas dengan suara keras. Ia hanya mendekat, dan membisikkan sesuatu di telinga Aldrich.

“Lo yakin mau ribut sama gue di depan semua orang? Udah siap kalau bokap Lo dipanggil ke sekolah, karena Lo buat keonaran?" katanya pelan, tapi tajam.

Aldrich terdiam. Mulutnya tersenyum santai, tapi tak ada suara yang keluar.

Zayn lalu berbalik, menatap Zahira, “ayo pindah. Meja ini jelek, dekat tempat cuci piring pula.”

Zahira menatap Zayn, bingung, “tapi aku—”

“Gue nggak nawarin. Gue nyuruh,” potong Zayn, lalu mengambil nampan Zahira dan melangkah pergi.

Zahira diam sesaat. Lalu, dengan ragu, ia berdiri dan mengikuti Zayn.

Suasana kantin pecah dengan bisik-bisik.

“Gila… Zayn ngebelain dia?”

“Baru kali ini gue liat dia kayak gitu.”

“Wah, seru nih.”

Clara menggertakkan giginya, matanya menatap tajam ke arah punggung Zahira.

Sementara itu, Aldrich duduk kembali, namun kali ini tanpa senyum. Namun, ia tidak menunjukkan gelagat yang kacau.

“Akan lebih seru dari yang gue bayangkan…” bisiknya pelan.

"Lo ambil mainan gue? Coba aja, kalau bisa," ucapnya lagi.

"Duduk," perintah Zayn menarik kursi tepat di sampingnya.

Zahira dengan berhati hati duduk.

Semua orang melongo. Termasuk Axel dan Ryu.

"Kamu itu sudah kurus, jadi tidak perlu diet," ujar Zayn lalu menyendokkan lauk ayam dari piringnya ke piring Zahira.

"Ti-dak..usah.." belum selesai Zahira menolak, sudah dipotong oleh Zayn.

"Jangan ngebantah," potong Zayn.

"Udah kamu makan," lanjutnya.

Tadinya, Zayn berniat untuk cuek, tapi ternyata ia tidak bisa, melihat Zahira terpojok begitu.

*****

Jam pelajaran selanjutnya, pelajaran yang ini sering membuat jantung berdetak lebih cepat. Bukan karena cinta, tapi karena takut: Matematika.

Bukan hanya karena rumus dan soal yang rumit. Tapi juga karena sang guru: Ibu Jelita.

Wanita berusia empat puluhan itu memiliki wajah tegas, dengan kaca mata bundar yang bertengger di pangkal hidungnya. Rambutnya dicepol rapi. Ia tak pernah tersenyum di kelas. Tatapannya tajam, suaranya lantang. Tak seperti guru-guru lainnya yang sudah menggunakan papan tulis digital, Bu Jelita tetap setia dengan papan tulis manual dan kapur putih yang berdebu.

Setiap Bu Jelita memasuki kelas, seluruh ruangan seolah membeku. Semua siswa refleks duduk tegak. Tak ada yang berani bersuara, bahkan berbisik pun tidak.

Tok... tok... tok...

Terdengar bunyi hak sepatu Bu Jelita mendekat dari luar koridor. Zahira yang duduk di barisan tengah menggenggam pensilnya erat-erat. Tangan gadis pemalu itu terasa dingin. Matanya melirik Zayn yang duduk satu baris di belakangnya—seorang siswa tampan, pendiam, tapi sering membuatnya gugup dengan tatapan jahilnya.

Pintu terbuka.

“Selamat pagi. Duduk.”

Suaranya tajam dan langsung menggetarkan hati semua siswa. Mereka langsung duduk bersamaan, seperti barisan tentara yang patuh.

“Hari ini kita belajar tentang… Kalkulus.” ucapnya sambil menuliskan kata itu di papan tulis dengan kapur. K-A-L-K-U-L-U-S.

Zahira menelan ludah. Kalkulus? Astaga... itu yang paling aku tak bisa.

"Siapa yang sudah belajar materi ini sebelumnya?" tanya Bu Jelita sambil menatap tajam ke seluruh ruangan.

Tak ada yang menjawab.

Ia menulis satu soal di papan tulis.

> Tentukan turunan pertama dari fungsi :

f(x) \= 3x³ - 5x² + 2x - 7

Lalu ia berbalik, dan matanya berhenti pada satu titik.

“Murid baru. Ke depan.”

Zahira membeku.

Jantungnya berdegup begitu keras seakan bisa terdengar oleh semua orang. Ia menatap ke sekeliling, berharap Bu Jelita salah panggil. Tapi semua mata kini mengarah padanya.

"Murid baru, saya tidak mengulang dua kali," ucap Bu Jelita dingin.

Dengan kaki gemetar, Zahira berdiri dan melangkah pelan ke depan kelas. Suasana hening, tapi tegang. Setiap langkahnya seperti gema. Ia mengambil spidol... maksudnya kapur, tapi tangannya sedikit gemetar hingga kapurnya terjatuh.

"Belum apa-apa udah grogi tuh si anak kampung," ujar Clara tepat ketika ia melewati meja Clara.

“Cepat, anak baru. Kita tidak punya waktu seharian.” tegur Bu Jelita.

"Siapa namamu?" tanya Bu Jelita lagi.

"Zahira Bu," jawab Zahira pelan.

"Baiklah, cepat kerjakan, Zahira," ucap Bu Jelita.

Zahira menggigit bibir. Ia mulai menulis :

> f'(x) \= ?

Tapi setelah itu... kosong.

Tiba-tiba terdengar suara tawa yang lebih keras, “hahaha, itu sih bahkan aku yang nggak pernah belajar juga tahu!” kata Ares sambil membusungkan dada, "pasti dia nggak ngerti turunan itu apa, pelajaran bahasa Indonesia aja dia enggak ngerti!”

Ryon menimpali, “makanya jangan cuma bisa diem kayak patung. Sekolah di sini tapi otaknya kampung.”

Zahira benar-benar ingin menghilang dari dunia. Ia menunduk dalam-dalam. Tangannya gemetar, kapur putih di tangannya hampir jatuh lagi.

"Ah, baiklah, karena kamu masih murid baru, maka ibu berikan keringanan. Baik, siapa yang bisa menggantikannya untuk mengerjakan soal ini, agar dia bisa duduk?" tanya Bu Jelita.

Semua orang saling pandang. Bukan karena tidak ada siswa/i yang bisa mengerjakan di sana, tapi karena mereka sengaja mengerjai Zahira. Mereka senang kalau Zahira dihukum, dan berdiri di depan sampai kakinya pegal.

Tiba-tiba...

"Saya saja, Bu."

Suaranya tenang, dingin, tapi membuat semua kepala langsung menoleh.

Zayn berdiri dari kursinya. Semua orang tercengang.

Bu Jelita menaikkan alis, "Zayn? Kamu mau ke depan?"

Zayn mengangguk, memasukkan kedua tangannya ke saku celana dengan gaya cuek.

"Mimpi apaan gue, sesosok Zayn mau maju ke depan?" ujar Ryu terbelalak.

"Bro, gue lagi gak mimpi kan," ujar Axel.

Zayn melangkah ke depan. Langkahnya santai, tapi mantap. Semua mata kini menatapnya. Zayn terkenal di sekolah ini—bukan hanya karena wajahnya yang mempesona, tapi juga karena sikap dinginnya. Dia hampir tak pernah mau maju ke depan kelas, bahkan ketika disuruh guru sekalipun. Tapi, karena orang tuanya adalah orang yang berpengaruh di sekolah ini, jadi tidak ada guru yang berani mencari masalah kepadanya. Terlebih, nilai Zayn pun tidak pernah buruk saat ujian.

Tapi hari ini, dia melakukannya demi Zahira.

Saat berdiri di samping Zahira, Zayn melirik gadis itu dan berkata pelan, "kamu gapapa?"

Zahira mengangguk kecil.

Zayn mengambil kapur dari tangan Zahira, lalu mulai menulis dengan cepat dan rapi:

> f(x) \= 3x³ - 5x² + 2x - 7

f'(x) \= 9x² - 10x + 2

Lalu ia berbalik.

"Sudah, Bu."

Bu Jelita menatap papan, lalu mengangguk pelan.

"Benar. Silakan duduk, Zayn. Zahira juga."

Zayn kembali ke tempat duduknya. Semua orang masih menatapnya dengan tidak percaya.

1
partini
ke dua ortu Zayn mengerikan kan tapi ya maklum sih horang kayahhhh
ini bidadari yg sayap baru tumbuh 😭 belum bisa terbang dh mau patah
Susi Akbarini
aduhhhhhh...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
😀😀😀❤❤❤❤
🌷💚SITI.R💚🌷
sebenarnya zayn sdh jatuh cinta sm zahira
partini
kamu baru saja dorong Zahira ke tepi jurang Zayn,,apa yg akan terjadi setelah ini
Susi Akbarini
makasi kak.

udah up banyakkkk..
❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
cie3..
so sweet bangettttt..
❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
jreng3..

😀😀😀😀😀❤❤❤❤❤❤
🌷💚SITI.R💚🌷
zayn sdh berani mengambil risiko demi istriy tinggal gmn zahira mampu tdk untuk melawan kesombongan aldrich
Esti Purwanti Sajidin
wk wkwk jd gak sabar nunggu zaiy jatyh hati
Dzimar Rezkiansyah
vote&poin buat up yg ku baca hri ini..jgn lma2 thor up nyaa..bikin Zyan klepek-klepek
Anik Purwani
makasih udah up
Susi Akbarini
mkasi kak udah up..

kirain gak diterusin seperti novel santi adam..

kapan2 lanjutin ya kakkk...

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
cie3..

yg lagi jqtuh cintaaaaa...
❤❤❤❤❤❤❤
🌷💚SITI.R💚🌷
klu hubungan mereka di teruskan kira² bpky zayn merestuin ga ua..
🌷💚SITI.R💚🌷
klu cinta bilng aja zayn toh zahira istri kamu..
Susi Akbarini
😀😀😀😀😀😀

zayn3..

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
😀😀😀😀😀😀

zayn cemburuuuuuu....

samperin aja kontrakan zahira nanti malam..
.
bilang kmu cemburu..
biar zahira gak nemuin caren lagi..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
alhamdulillah..
zahira3..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
ya ampun zahira ..
padahal tadi kan udah dibilang.

salah jg agpp.

tunjuk tangan aja harusnya..
❤❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!