Karena sebuah kecelakaan yang di sebabkan oleh Nayra, Naura yang merupakan suadara kembar Nayra harus kehilangan janin dalam kandungannya. Tak hanya itu, rahim Naura juga terpaksa di angkat sehingga ia tak mungkin lagi mengandung. Sedangkan suami Naura yang bernama Raka sangat mendambakan lahirnya seorang anak dari sang istri, karena Raka adalah anak tunggal dan ia butuh pewaris dalam keluarganya yang merupakan pengusaha kaya raya.
Naura yang tak mau kehilangan posisi sebagai menantu dan istri yang sempurna memaksa Nayra untuk bertukar peran dengannya sampai Nayra hamil dan melahirkan anak Raka. Namun, tentu saja tak boleh ada yang mengetahui hal itu. Jika Nayra menolak, Nuara mengancam akan bunuh diri.
Namun, apakah Nayra akan setuju berperan sebagai saudara kembarnya sementara Nayra sendiri sudah memiliki tunangan?
Sanggupkah Nayra menjalankan perannya sebagai istri Raka bahkan harus melayani Raka di ranjang demi lahirnya anak impian Nuara dan Raka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Maaf Dari Ayah
Nayra melempar ponselnya dengan kesal, sudah lama sekali dia mengidam salad buah dan baru sekarang berani mengutarakannya pada Raka setelah ia berjuang menyingkirkan segala egonya. Namun, pria itu justru menanggapinya dengan dingin?
"Lagian 'kan sudah aku bilang, jangan ngidam yang aneh-aneh anaknya Raka." Nayra menunduk, seolah ia berbicara dengan bayi dalam kandungannya itu.
Bersamaan dengan itu, Nayra mendengar suara klakson dari luar. Seketika senyum lebar mengembang di bibirnya karena itu ia mengira Raka lah yang datang. Bahkan, Nayra langsung berlari keluar dengan semangat. Namun, senyumnya musnah saat ia melihat yang datang ternyata Bu Mita.
"Hai, Nayra," sapa Bu Mita dengan ramah bahkan dia melempar senyum terbaiknya untuk Nayra.
"Ha-hai, Tante," sahut Nayra yang tampak kecewa karena yang datang bukan Raka, ia juga salah tingkah dan tak tahu harus menghapi Nyonya besar Aditya dengan sikap yang Bagaiamana. "Emm... Raka ke kantor, Tante," ucap Nayra kemudian.
"Iya, aku tahu," jawab Nyonya Mita sembari meletakkan tasnya di sofa. "Aku ke sini mau masak buat kamu, katanya kamu belum sarapan sejak pagi," imbuhnya yang membuat Nayra semakin salah tingkah. Kini ia melirik Bi Jum dan wanita lansia itu hanya bisa menunduk kemudian melipir ke dapur.
"Nggak usah, Tante, aku nggak mau merepotkan," ucap Nayra kemudian.
"Nggak lah, aku masak buat ibu dari cucuku. Aku justru senang kalau bisa memasak makanan kesukaan kamu, Nay," kata Bu Mita sembari berjalan menuju dapur.
Nayra hanya bisa tersenyum tipis sambil mengikuti Bu Mita dari belakang. "Kamu ngapain ikut ke dapur, Nay? Sebaiknya kamu istirahat, aku akan panggil kalau makanan sudah siap," ujar Bi Mita lagi yang justru membuat Nayra semakin tak enak hati.
"Nggak usah masak, Tante, aku bisa makan apa yang ada kok," tukas Nayra.
"Memangnya yang ada apa? Kata Bi Jum hari ini dia nggak masak," sahut Bu Mita.
Nayra hanya bisa meringis sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, sementara Bu Mita hanya geleng-geleng kepala sambil terkekeh. "Aku nggak tahu makanan kesukaan kamu itu apa, Nay, jadi sekarang aku mau masak kare daging, gimana? Kamu mau?" Sorot mata Bu Mita tampak begitu tulus saat mengajukan pertanyaan itu pada Nayra, membuat hati Nayra tersentuh dan ia teringat pada sang ibu.
Andai saja ibunya mau mengerti keadaan Nayra....
Memikirkan hal itu membuat mata Nayra terasa panas dan hatinya pun menjadi sesak, hingga kembali terdengar suara deru mobil dari luar.
"Mungkin itu Raka," seru Nayra yang tiba-tiba kembali terlihat sumringah.
"Mungkin saja, ya sudah, kamu bukakan pintunya gih," kata Bu Mita sambil mengulum senyum. Tentu saja Nayra segera bergegas dengan semangat karena dia yakin Raka akan pulang dengan membawa salad buah yang dia mau.
Namun, Nayra langsung mematung saat ia membuka pintu dan melihat siapa yang datang. "Papa?" Nayra hanya bisa menggumam tak percaya.
Sementara Pak Desta kini hanya bisa melempar senyum tipis pada putri bungsunya itu, sorot matanya menyiratkan ada kerinduan yang mendalam. Namun, ia bingung bagaimana mengungkapkannya.
"Nayra?" panggil Pak Desta dengan suara rendah nan lembut, seketika air mata Nayra tumpah. Melihat putrinya menangis, Pak Desta segera menghampiri Nayra dan menyeka air matanya. "Jangan menangis, Nak," ucapnya. "Papa datang ke sini untuk memastikan kamu baik-baik aja. Kalau kamu menangis, itu artinya kamu nggak baik-baik aja dan Papa akan bawa kamu pergi dari sini," ujarnya panjang lebar yang membuat tangis Nayra justru semakin pecah.
Nayra langsung berhambur ke pelukan ayahnya, ia melingkarkan lengan mungilnya di pinggang sang ayah dengan sangat erat. Sementara Pak Desta hanya bisa mengusap kepala Nayra dengan lembut. Bahkan, matanya juga sudah berkaca-kaca.
Dia sangat merindukan Nayra-nya, putrinya yang selalu membuat dia bangga. "Sudah, jangan menangis," lirh Pak Desta.
"Aku kangen sama Papa," sahut Nayra dengan suara yang tenggelam karena tertahan dengan kemeja sang ayah.
"Papa juga kangen sama kamu, Nak," balas Pak Desta. "Kamu sehat, kan? Kamu baik-baik aja di sini, kan?" Pria baru baya itu melerai pelukannya, hatinya terkesiap melihat wajah sembab Nayra. "Kamu makin kurus, Nay," tukas nya sembari mengelap air mata Nayra dengan ujung kemejanya.
Sementara itu, Bu Mita yang mendengar suara asing di luar langsung bergegas menghampiri Nayra. Dia ingin tahu siapa yang datang apalagi Nayra cukup lama berada di luar.
"Pak Desta?" seru Bu Mita saat melihat besannya. Dia cukup terkejut melihat kedatangan pria itu, apalagi Raka sempat memberi tahu bahwa tak satupun dari keluarga Nayra yang mau menerima Nayra setelah apa yang terjadi.
"Silakan masuk, Pak," ujarnya.
Pak Desta melirik Nayra sebelum dia menerima sambutan besan nya itu, dan Naya langsung menggandeng tangan ayahnya dengan manja serta membawanya masuk.
"Ada keperluan apa ya, Pak?" tanya Bu Mita kemudian dengan nada dan tatapan yang sedikit lebih sinis.
"Mau menemui Nayra, aku kangen sama dia," jawab Pak Desta sambil melirik Nayra.
"Oh begitu," sahut Bu Mita yang juga melirik Nayra. "Kebetulan sekali, aku mau masak sekarang. Mungkin kita bisa makan siang bersama," imbuhnya.
"Itu ide yang bagus," sahut Pak Desta yang masih menatap Nayra. "Kamu nggak ngidam, Nak? Mau papa belikan sesuatu?" tanyanya kemudian dengan lembut yang membuat hati Nayra menghangat.
"Aku cuma ngidam salad buah, Pa, tapi kata Raka saladnya harus dipesan sehari sebelumnya," tukas Raka.
"Salad yang mana?" tanya Bu Mita. "Aku punya banyak kenalan yang menjual salad buah, Nar, rasanya sangat enak dan pasti kamu akan ketagihan." Lanjutnya.
"Biar Papa yang carikan sekarang, kamu tunggu sebentar," kata Pak Desta.
"Nggak usah." Nayra langsung menarik tangan sang ayah bahkan menggenggamnya dengan erat seolah ia takut ayahnya itu pergi, bahkan tatapan Nayra kini begitu sendu. "Papa di sini aja," kata Nayra dengan suara yang tercekat.
Seolah mengerti apa yang menjadi ketakutan putrinya, Pak Desta langsung membalas genggaman tangan Nayra. Sambil tersenyum dia berkata, "Papa cuma mau cari salad untuk cucu Papa, Nay, orang bilang kalau keinginan saat hamil itu harus dipenuhi. Nanti anaknya ileran. Ih, nggak enak liatnya." Nayra tertawa kecil saat melihat raut wajah sang ayah saat mengucapkan itu.
Pak Desta sungguh menyesali apa yang sudah dia katakan pada Nayra saat itu, bahkan dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan keadaan Nayra. Dalam keadaan seperti ini, ia tahu yang paling dibutuhkan oleh Nayra adalah dukungan keluarganya. Sementara yang mereka lakukan? Justru menghakimi Nayra seolah dia adalah pelaku kejahatan berencana. Padahal, semua orang tahu Naura lah yang mengatur semua skenario ini, sementara Nayra hanyalah aktor yang dipaksa berperan di dalamnya.
"Papa sudah maafin aku?" tanya Nayra kemudian.
"Papa yang minta maaf, Nak," ucap Pak Desta dengan cepat. "Seharusnya Papa ada sebagai pelindung kamu, bukan malah mendorong kamu ke dasar jurang."
Bu Mita ikut terharu melihat ayah dan anak yang kini saling meminta maaf itu, ia juga bahagia karena kini besannya itu mau menerima anak dalam kandungan Nayra. "ya sudah, sekarang papa akan membeli salad buah dulu, ya."
Pak Desta sudah beranjak dari duduknya, tetapi terdengar suara klakson mobil dari luar. Dan tak berselang lama, Raka datang dengan membawa beberapa plastik di tangannya.
situ pernah gak mikirin perasaan Nayra dari sejak kecil hingga detik ini