Sang Pemilik Hati

Beberapa hari kemudian..

Chantika telah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, kesehatannya telah pulih kembali.

Chantika terbangun dan mengerjapkan kedua matanya belum sempurna terbuka. Ia merasa berada dalam sebuah ruangan yang bergerak lembut dan nyaman. Mobil?.

Namun, menit berikutnya Chantika merasa ada seseorang tengah menatapnya dalam diam dan intens.

Chantika memejamkan matanya kembali, efek gugup yang berlebihan.

"Ya Tuhan, kenapa jantungku berdetak amat cepat. Setiap aku berdekatan dengan dia, suara jantungku seolah berada di tengah-tengah pertandingan pacuan kuda yang sedang berlangsung. Ditambah lagi deru nafas yang kembang kempis bagaikan tukang balon memompa untuk mengisi udara dalam balon, hingga mengembung" batin Chantika sambil meremas tangannya sendiri.

Pria itu mengamati perempuan yang sedang komat kamit dalam batinnya dengan tersenyum devil. Rendy mendekati tubuh Chantika yang bersandar di jok mobil.

"Jangan pura-pura tidur lagi! Aku tau kau hanya ingin menghindar dariku!"

Chantika bingung bagaimana menjawabnya. "Astaga, Panjul tau aja. Kalau aku hanya berpura-pura tertidur lagi"

Rendy dengan cekatan mendekatinya lalu..

Klik.

Suara seat belt yang terpasang melingkar ditubuh Chantika terdengar jelas.

Perempuan itu membuka matanya dengan cepat.

"Panjul, ngapain?" Chantika terkejut.

Secepat kilat juga, Rendy mencari akal agar tidak tertangkap basah seperti pencuri mangga oleh pemiliknya. Ia mengalihkan pandangannya dengan menyambar seat belt yang belum terpasang sempurna oleh Chantika di tubuhnya.

"Seperti anak paud aja belum bisa pasang seat belt dengan sempurna! Kalau terjadi apa-apa dengan kamu, gimana?" cetus Rendy dengan santainya memasangkan seat belt untuk melindungi keselamatan Dewi Chantiknya.

"Gimana! Bagaimana? Apanya?" balas Chantika gugup.

"Jangan berpikir macam-macam! Aku tidak akan khilaf pada orang yang sedang terkena penyakit amnesia" Rendy mengalihkan pembicaraannya, agar tidak terlihat istrinya jika ia ingin sekali *****4* bibir seksi milik chandunya.

Semua yang ada pada diri Dewi Chantiknya itu telah menjadi chandu yang mendarah daging bagi seorang Rendy Suryodinata. Selalu membutuhkan extra toping yang beraneka rasa untuk menjabarkan nya, seperti aritmatika yang membuat pusing akal sehatnya.

Sehingga terkadang Rendy pun kebingungan untuk mengekspresikan rasa manis yang terdapat di dalam kandungan Chandu Asmara yang sedikit terbawa erosi banjir bandang, dan dengan kasar ia harus menelan salivanya sendiri.

Seorang Chantika itu seperti teka-teki silang. Yang selalu membutuhkan jawaban yang pasti dan jawabannya tak hanya satu yang tertuju, melainkan banyak dugaan seperti komedi putar di pasar malam.

Sangat indah berkilau dari jauh dengan pancaran sinar lampu yang menerangi. Menyenangkan siapa saja yang memandangnya. Namun, berbeda jika kita tengah menaiki dan duduk di atas kursi yang ada di dalam komedi putar itu. Maka kita akan merasakan berbagai sensasi yang berbeda-beda. Nano-nano yang ada, bukan relaxa.

"Mana mungkin si Panjul hendak menciumku?" Chantika merasa malu dan kepedean. Ia sudah berpikiran yang tidak-tidak pada pria tampan yang telah menjadi suaminya.

Tapi, siapa yang bisa membaca isi hati manusia? Jangan katakan, hanya Tuhan dan kamu yang tau! Karena dengan gerak-gerik yang terlihat jelas. Akan terbaca juga dengan psikologi yang andal serta hebat seperti Poppy Amalya. Apalagi Roy Suryo seorang l

pakar telematika, sudah pasti akan ketebak semua hal yang kamu sembunyikan. Lebih baik mengakui kebenarannya daripada ujung-ujungnya pencitraan untuk membela diri. (😂😂😂🙈 Oleng tak tuh).

Sebenarnya beberapa detik yang lalu, Rendy hampir khilaf ketika melihat bibir seksi Chantika yang telah menjadi chandu. Apalagi dalam keadaan istrinya memejamkan mata. Kesempatan dalam keenakan itu langsung muncul di dalam otaknya, seperti lampu pijar yang bersinar. Ketika pandangannya yang pada mulanya tertuju pada seat belt yang belum terpasang sempurna. Mendadak berubah haluan dan berpaling pada bibir seksi nan ranum milik Dewi Chantiknya.

Nasib baik lagi berpihak pada Rendy. Akal sehatnya masih sudi mengingatkan dan menegur agar tidak melanjutkan kekhilafannya itu. Yang takutnya berakibat fatal pada penyakit amnesia yang diderita istri tercintanya. Itu menurut Rendy yang belum mengetahui kalau Chantika hanya berpura-pura amnesia.

"Mau tidur lagi? Atau..?" tanya Rendy yang belum selesai. Namun langsung disambar oleh Chantika.

"Tidak! Aku sudah kenyang tidur terus" ucap Chantika, malu-malu. "Emangnya kita mau kemana, pak?" tanya Chantika lagi, untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Tunggu aja! Nanti kamu juga akan tahu sendiri, kita kemana!" jawab Rendy sambil melingkarkan seat belt untuk dirinya sendiri.

Chantika langsung memilih menikmati pemandangan di luar mobilnya, untuk mengalihkan pemandangan dari suaminya yang bisa membaca isi hati nya, saat ini.

Sebelum fokus kembali dengan setir bundarnya yang membawa mereka pada satu tujuan. Rendy melirik sekilas wajah cantik sang pemilik hati nya. Dan seperkian detik kemudian dia telah fokus dengan laju kendaraannya yang membelah jalanan ibu kota.

-

-

-

Setelah menempuh perjalanan, hampir 45 menit. Namun, mereka belum juga sampai di tempat yang dituju.

"Apa masih jauh kah? Perasaan ****4* ini sudah panas dan bosan duduk terus di jok mobil!" tanya Chantika menelisik lebih jauh, pada sang supir yang mengemudikan setir bundarnya.

"Sabar saja! Kamu sedang tidak ulangan semester! Duduk diam yang anteng sambil menikmati pemandangan jalan yang kita lalui saja! Pasti tidak akan terasa capeknya!" jawab Rendy tetap fokus pada jalanan di hadapannya, tanpa menoleh ke arah Chantika.

"Bentar deh! Apa hubungannya sabar dengan ulangan semester? Aku tidak sedang berada dalam kelas dan menghadapi dosen yang galakkan!" balas Chantika dengan keolengannya.

"Kamu penasarankan!" tanya balik Rendy sambil terkekeh dan sekilas melirik wanita cantik yang berada di sampingnya.

"Sebenarnya tak penasaran sih! Berhubung, ada yang harus di hubungkan. Jadi dengan sangat terpaksa dan pakai banget. Aku harus mengetahui tujuan kita ini mau kemana? Karena aku takut di culik si Panjul yang pikiran otaknya hanya mesum saja!" jawab Chantika dengan sejujurnya.

"Wait..! Di culik! Menculik! Emang siapa yang mau menculik kamu. Wanita yang lupa dengan suaminya sendiri! Pakai banget lagi!" jawab sewot plus konyol Rendy.

Chantika hanya bisa menggelengkan kepalanya, mendengar cuap-cuap suaminya tersebut. Dengan menahan tawanya yang ingin lolos dari bibir ranumnya.

💞💞💞💞

Sampai di sini dulu ya teaders kesayangan.. Matanya sudah ingin terpejam, ngantuk banget.

Tapi jangan lupa dukung terus dengan jejak kalian berupa like, komen, rate bintang lima, favorit juga.

Jika ada rezeki lebih boleh kok tampol seikat mawar merah segarna dan secangkir kopi hangat buat si Chantika dan Rendy. Agar cerita cinta mereka lebih seru lagi dan bersemangat untuk menghibur para reader kesayangan ini.

Terimakasih reader kesayangan semoga Allah SWT selalu memberikan kita kenikmatan rezeki, umur, kebahagiaan yang harus kita syukuri selalu.. 🙏🏻🥰🥰