Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Fredy menggeram kesal. Ingin sekali memukul Xavier yang sudah menghina dirinya dan Charlotte. Seperti dugaannya, Xavier bukan laki-laki yang pantas untuk Charlotte, sikap orang itu sangat tidak menyenangkan dan terkesan kejam.
Xavier melihat Fredy bergeming ditempatnya, segera menarik kasar tangan Charlotte untuk berdiri disampingnya. Charlotte tergugu tak mampu melawan, wanita itu menunduk mendapat tatapan dingin dari Xavier. Tak ingin menunggu terlalu lama disana, Xavier segera membawa Charlotte pergi. Tanpa perasaan, Xavier mencengkram pergelangan tangan Charlotte dengan sangat kuat. Wanita itu menahan sakit seraya berjalan cepat mengikuti langkah lebar Xavier.
Saat sampai didepan Lift, dari belakang mereka, Fredy menepis tangan Xavier dari Charlotte. Tak terima wanitanya dibawa pergi begitu saja.
“Fred?” Charlotte terkejut atas tindakan Fredy. Laki-laki itu masih saja melawan Xavier. Tidak tahukah dia jika laki-laki didepan mereka itu orang yang bisa melakukan apa saja. Jika Fredy berulah, Charlotte takut Xavier akan semakin marah kepadanya.
“Kau tenang saja Char. Aku akan melindungimu darinya. Tidak akan kubiarkan laki-laki kepar*t ini membawamu.” Ucap Fredy.
“Cih.”
Xavier berdecih seraya tertawa kecil. Menatap kedua orang itu dengan sinis.
“Apa yang lucu hah?!” seru Fredy tak terima dengan perilaku Xavier.
“Aku seolah melihat drama mengharukan romeo dan Juliet? Tapi sayangnya, kalian pemain murahan.” Jawab Xavier.
“Apa kau bilang!!”
“Fred!” Charlotte menarik Fredy yang hampir memukul Xavier. Kemarahan Fredy bisa menjadi pemicu kemarahan Xavier yang lebih besar. Charlotte tak ingin mereka beradu kekuatan disini. Fredy pasti kalah dari Xavier. Mengingat laki-laki itu punya banyak kekuasaan.
“Char, dia sudah bicara sembarangan. Aku tidak terima. Dia perlu diberi pelajaran!” kekeh Fredy.
“Aku tahu, karena itu kau diam saja.” Ucap Charlotte sambil menahan tubuh Fredy agar tidak mendekati Xavier.
“Kau hanya Mantan kekasih wanita ini. Kenapa masih muncul dihidupnya? Lagipula kau juga akan menikahi adik tirinya kan? Apa satu wanita belum cukup untukmu?” Xavier menarik sudut bibirnya tersenyum menghina.
“Si*lan!!” Fredy sudah kehilangan kesabaran. Dia meringsek maju berniat memukul Xavier. Kepalan tangannya mengarah lurus kearah wajah Xavier. Namun, dengan perhitungan cepat, Xavier menghindar ke kanan dan menyekal tangan Fredy.
BUKk!
Pukulan telak Xavier terkena wajah bagian kiri Fredy. Fredy tersungkur ke lantai. Charlotte memekik kaget melihat darah segar mengucur dari bibir mantan kekasihnya. Tubuh Charlotte mundur reflek maju untuk melihat kondisi Fredy. Duduk disamping laki-laki itu.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya khawatir. Walaupun Charlotte kesal atas tindakan Fredy yang ingin melecehkannya beberapa menit yang lalu, tapi hati nuraninya tidak menginginkan laki-laki itu terluka. Bagaimanapun juga dulu Fredy sahabatnya sejak kecil. Dia kasihan pada laki-laki itu, hanya itu.
Rahang Xavier mengeras dengan guratan kemarahan diwajahnya melihat Charlotte masih peduli dengan Fredy. Tubuhnya bergerak mendekati Charlotte dan menarik kasar lengan wanita itu.
“Pulang sekarang, Bitc*,”geram Xavier pelan ditelinga Charlotte.
Charlotte menatap marah Xavier yang menganggapnya wanita murahan. Dia ingin membalas laki-laki itu, tapi jika melakukannya, masalahnya akan semakin besar. Fredy sudah babak belur hanya karena Xavier seorang. Bagaimana jika laki-laki itu membawa anak-anak buahnya?
Dengan terpaksa, Charlotte mengikuti Xavier. Kepalanya menunduk pasrah atas apa yang akan dilakukan Xavier kepadanya.
^
Dikantor, Kakek tiba-tiba datang. Pria itu ingin bertemu dengan Xavier, cucu kesayangannya dan berbicang tentang pekerjaan. Dean mengetahui dengan cepat kedatangan orang paling dihormati Tuan Mudanya. Dia kelabakan takut jika Kakek mengetahui kepergian Xavier untuk menjemput Charlotte. Dean bergegas menemui Kakek yang sudah berada diruangan Xavier.
“Tuan Besar, selamat datang. Ada keperluan apa Anda datang kemari?” Sapa Dean yang baru saja masuk kedalam ruangan diikuti salah satu anak buahnya. Menunduk hormat pada pria tua berumur 70 tahun itu.
“Dimana Xavi?” Tanya Kakek.
“Tuan Muda sedang pergi ke luar kota, Tuan Besar.”
“Dengan siapa? Kenapa dia tidak bilang padaku Dean?”
“Tuan Muda pergi tanpa persiapan apapun Tuan. Rekan bisnisnya yang dari luar kota datang dan mengajak Tuan Muda mengunjungi proyek disana.”
“Hmm, baiklah. Seharusnya dia mengajakmu juga Dean. Aku selalu khawatir jika anak itu pergi sendiri.” Keluh kakek seraya menghela nafas.
“Saya sudah menyiapkan keamanan tertinggi untuk Tuan Muda. Dia akan baik-baik saja.” Ucap Dean.
“Kapan dia pulang?” Kakek kembali bertanya.
“Malam ini Tuan Besar.” Jawab Dean.
“Ya sudah. Kalau begitu aku pergi dulu Dean. Sampaikan pada Xavi jika aku datang kemari. Suruh dia menghubungiku setelah kembali.” Ucap Kakek beranjak bangkit dari tempat duduknya.
“Baik Tuan Besar. Akan saya sampaikan.” Ucap Dean. Kakek mengangguk dengan tersenyum dan menepuk bahu Dean. Kakek meninggalkan kantor Xavier.
“Cari tahu apa yang dilakukan Tuan Muda. Cepatlah.” Perintah Dean pada anak buahnya.
“Baik Pak.”
Dean merasa bersalah telah membohongi Kakek atas kepergian Tuan Muda Xavier. Dia tidak tahu lagi harus membuat alasan apa. Tuan Mudanya pasti menginginkan hal yang sama agar masalah ini tidak diketahui oleh Kakek. Dean harus segera memberi kabar Tuan Mudanya kabar kedatangan Kakek.
^
Disamping itu, di depan Lift Apartemen, ketiga orang itu masih berkutat dengan urusan mereka. Kedua orang laki-laki itu masih mempertahankan siapa yang berhak membawa Charlotte. Meskipun wanita itu tahu tidak ada gunanya melawan Xavier. Fredy kembali berdiri berusaha mengambil Charlotte dari Xavier. Hal itu harus dilakukan karena tahu, jika wanita itu bersama Xavier, sulit baginya untuk kembali bertemu dengannya. Fredy tak ingin dirinya kembali kehilangan Charlotte setelah apa yang sudah di pertaruhkan untuk datang kesini.
“Masih mau melawan?”
“Haha, aku bukan laki-laki yang mudah menyerah! Charlotte milikku, tidak akan kubiarkan kau membawanya.” Kekeh Fredy dengan tubuh terhuyung berjalan lurus kearah Xavier. Walaupun wajahnya sudah lebam membiru, Fredy terus berikukuh mendapatkan kembali Charlotte. Rasa cintanya pada wanita itu mengalahkan ketakutannya sendiri. Dia akui jika dirinya salah atas apa yang sudah dilakukannya terhadap Charlotte. Tapi semua itu dia lakukan demi bisa bersama wanita itu. Fredy merasa kehilangan Charlotte setelah mengetahui kabar perjodohan wanita itu.
Sedangkan Charlotte berdiri dibelakang Xavier dengan rasa takut jika laki-laki itu kembali meluapkan amarahnya. Lengan Charlotte masih dicengkram kuat laki-laki itu. Tidak tahu harus melakukan apa. Kedua pria itu sama-sama menyakiti hatinya. Fredy sudah diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Namun lagi-lagi sikap pria itu kembali menyakiti dan membuat dirinya kecewa. Berniat melecehkannya dan ingin memilikinya dengan cara yang salah. Sedangkan Xavier, jika dirinya kembali pada laki-laki itu, selesai sudah hidupnya. Charlotte tidak yakin akan hidup tenang setelah berusaha melarikan diri dari laki-laki kejam itu. Ancaman dengan memberi hukuman berat sudah menantinya. Charlotte tidak ingin membayangkan hal buruk yang akan terjadi padanya.
Xavier menatap sinis Fredy yang tidak punya malu. Xavier melihat jam yang melekat ditangannya. Sudah cukup lama dirinya berada ditempat itu. Dean pasti sudah menunggunya. Xavier tak ingin memperpanjang waktu. Tangannya satunya mengambil ponsel di saku jasnya dan menghubungi seseorang.
“Datang kemari. Cepat.”
Krn votenya kurang, nana update satu bab ya. kalau Vote smpek 7, besok nana update 2 bab......