FORGET IT

...Setelah menatapmu dari dekat, aku semakin mengagumi setiap pahatan karya tangan Allah SWT dalam dirimu...

...❣️❣️❣️...

...Senyuman yang terbit di bibir manismu sangat lah indah, bagaikan pelangi selepas hujan...

...💓💓💓...

...Tatapan matamu yang tajam seperti burung elang, menembus jantungku. Namun, selalu menyejukkan jiwaku...

...💖💖💖...

...Selamat membaca......

...🌻🌻🌻...

Pemandangan malam hari begitu sangat indah. Lampu-lampu jalan telah menyala menerangi di setiap sudut jalan. Di tambah lampu dari stan-stan pedagang kaki lima yang telah berjejer rapi di pinggir jalan dan sekitaran masjid agung. Lampu warna-warni dari stan mainan anak-anak. Dari komedi putar, pancing ikan di kolam buatan yang bisa di pindah-pindah, rumah balon yang di buat loncat-loncat anak-anak dan beraneka ragam lainnya. Terlihat juga para penjual makanan dan minuman yang sudah berjejer pula menjajakan dagangan mereka sejak sore hari.

Ada es permen karet surabaya, beraneka macam jus buah, pop ice yang di blender di kasih hiasan permen di atas tutup nya, dan masih banyak lagi macam nya. Masing-masing penjual mempunyai ciri khas nya. Kalau dari stan yang menjajakan makanan, Aliyah sangat tergugah jiwa kuliner nya, ketika melihat stand kebab, burger, dan sosis bakar.

Aliyah segera menggandeng tangan Denis agar mengikuti dirinya, setelah Denis memarkirkan mobil nya. Mereka berjalan kaki menyusuri area wisata kuliner di sekitar masjid agung dengan hati yang sangat gembira. Terlihat senyum di bibir aliyah yang selalu menggembang menghiasi wajahnya yang manis.

Hingga akhir nya Aliyah memberhentikan langkah nya di stan penjual kebab makanan favorit nya. Denis pun menuruti keinginan kekasih nya itu.

"Bee, ay beli kebab dulu, boleh kan?." ucap Aliyah lembut seraya tersenyum manis.

"Ya, boleh dong, sayang. Beli aja, yang jadi kesukaan ay, bee ikut ay aja." Denis menjawab pertanyaan Aliyah dengan senyuman pula.

"Terimakasih, sayang." kata Aliyah.

"Masa terimakasih aja dung, tium na mana." bisik Denis di telinga Aliyah.

"Bee.." ucap Aliyah sambil mencubit pinggang Denis.

"Aduh, ampun yang. Tak dapat tium pula, malah dapat cubitan panas di pinggang bee." Denis cemberut mengadu kesakitan.

Aliyah terkekeh melihat bibir Denis yang cemberut. Dan menarik kursi yang di sediakan penjual nya.

"Bee, tak usah cemberut gitu napa?." goda Aliyah kepada Denis.

"Malas ah." jawab Denis singkat.

"Idiih merajuk lho."

"Biarin, awas aja nanti."

"Nanti kenapa, bee?." tanya Aliyah penasaran.

"Tak apa-apa." jawab Denis singkat lagi.

"Ahh, bee kenapa, sih." rengek Aliyah.

"Tuh, kan mulai. Ganti ay lho yang merajuk." ledek Denis.

"Habis bee na sih."

"Apa sih, sayang. Tak ada apa-apa. Sudah senyum lagi, bee tak mau lihat ay na mewek." ucap Denis sambil memeluk Aliyah dari belakang dan menaruh tangan nya di kedua bahu Aliyah.

"Iya bee." jawab Aliyah.

Sambil menunggu pesanan na di buat. Denis dan Aliyah saling mengobrol dan bercanda.

"Ayang, sering datang ke sini kah?." tanya Denis.

"Sering bee, sama sahabat-sahabat ay, trio kwek-kwek nongkrong di sini, menikmati jajanan kaki lima. Terkadang juga sama adik." ujar Aliyah.

"Ma'afin bee ya, sayang. Yang tak bisa selalu ada di samping ay dan menemani ay jalan-jalan." ucap Denis sedih.

"Tak apa-apa, bee. Ay ngerti kok. Bee kan lagi kerja di sana." timpak Aliyah. " Sudah lah, bee. Jangan di bahas lebih panjang masalah itu."

"Terimakasih ya, lope. Sudah sangat pengertian sama bee." ucap Denis sembari memegang tangan Aliyah dan menciumnya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan mereka pun jadi. Aliyah segera mengambil pesanan nya dan membayar ke penjual tersebut.

Mereka pun, kini melanjutkan lagi berburu kuliner jajanan lainnya.

Tanpa mereka sadari. Sedari tadi, dari arah jauh dengan posisi Aliyah dan Denis, ada sepasang mata yang memerhatikan mereka berdua. Merasa iri dengan kebahagiaan yang kini kedua insan itu rasakan.

"Ternyata kamu begitu mencintai sang pemilik hatimu, Aliyah. Kamu bisa tertawa lepas saat di samping kekasih mu. Hingga tidak ada kesempatan lagi untuk diriku merebut hatimu dari rajamu, yang benar-benar merajai di relug hatimu paling dasar dan bertahtakan namanya." ucap excel.

***

Mobil merah maroon itu, kini melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan parkiran di sekitar wisata kuliner masjid agung. Menuju rumah Aliyah.

Suasana hening di dalam mobil tercipta karena saat ini Aliyah dalam keadaan ngantuk berat. Hingga akhir nya Denis memulai percakapan.

"Sayang" panggil Denis lembut.

"Hmm" sahut Aliyah malas karena mata nya mulai redup.

Denis menatap sekilas ke arah Aliyah kekasihnya yang menguap dan terlihat sudah tidak dapat menahan kantuk nya.

"Sayang" panggil Denis lagi.

"Apa bee" jawab Aliyah dengan mata yang sipit tinggal 5 watt.

Denis terkekeh melihat Aliyah yang sudah mengantuk berat.

"Sayang" panggil Denis ke tiga kali nya mengoda Aliyah dengan tetap fokus pada setir bundar nya.

"Hmm.. Iya. Iya bee. Ada apa sih?." Aliyah mulai kesel karena sedari tadi Denis menjailin diri nya.

"Sini, kalau ngantuk. Bobo' na sandar di bahu bee aja, daripada sandar di kaca jendela kayak gitu, kan sayang. Dari pada bidadari bee tium ntuu kaca jendela mobil kan mending tium bee na."

"Ngarep" jawab Aliyah singkat.

"Maka nya sini. Tak mau bersandar di bahu bee?."

"Iya.Iya bee." sahut Aliyah malas dan segera mengganti posisi bersandar di bahu kiri Denis.

"Bee mau ada bilang sama ay na." kata Denis sembari menggenggam jemari Aliyah di depan dada nya.

"Mau bilang apa sih? Ay ngantuk banget bee." jawab Aliyah serak.

"Maka nya, deket sama bee."

"Hmm" Aliyah langsung menaikkan kedua alisnya membuat ngantuk nya ilang.

"Sekolah bee na tak setinggi seperti ay."

"Apa maksud na bee."

"Dengerin dulu, bee na ngomong jangan di potong." ucap Denis sambil mengusap lembut pipi Aliyah.

"Iya bee, lanjut aja, ay yang dengerin."

"Anak pintar, nurut sama bee na."

"Serius lah, bee."

"Iya sayang, bee tak pandai bahasa Inggris karena nilai bee jelek waktu smp."

"Kok bisa."

"Karena bisa cuma bisa menghafal kalimat I love you my queen dan I miss you my lope."

"Minta di getok magic nie bee na. Serius lah bee."

"Bee juga tak pandai berhitung ay. Nilai matematika bee jeblok, karena bee salah jawab na. Satu di tambah satu, bee jawab sebelas, bukan na dua."

"Lho kok bisa gitu, bee." jawab Aliyah melongok.

"Karena bee di tambah ay bisa jadi sebelas. Karena bee ingin membuat kesebelasan dalam rumah tangga kita nanti."

Denis terkekeh lagi, melihat wajah Aliyah yang sudah cemberut. Langsung aja Aliyah menjepit pinggang Denis dengan cubitan panas tangannya.

"Aduh, ampun ibu negara." Denis mengadu kesakitan sambil tertawa.

"Malas lah, ay dengerin na. Ay kira serius bee na mau ngomong apa."

"Iya. Iya deh, yang terakhir ini serius. Bee paling tak suka pelajaran sejarah."

"Emang kenapa, bee?."

"Karena sejarah ntuu mengingat tentang masa lalu dan ntuu yang bee tak suka. Karena bee hanya ingin mengingat masa depan kita aja. Dan menata masa depan kita yang cerah."

"Idih, gombal na mulai keluar."

"Bee tak pandai gombal, sayang."

"Iya kah?." cibik Aliyah.

"Dirimu bagaikan bintang nan jauh di sana, walaupun terlihat kecil tapi selalu ada buat bee. Sudah lebih dari cukup cahaya yang redup ntuu."

"Hmm" jawab Aliyah.

"Bisa kah ay hidup bersama bee yang serba kekurangan? Karena cobaan ntuu tak datang satu hari aja, bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Kuatkah hidup kek gitu sama bee, sedang kan ay sekarang aja hidup serba berkecukupan." ujar Denis.

"Kuat lah, bee. Asalkan bee selalu bersama ay."

"Haiss.. Begitu sayang nya dirimu padaku, yang."

"Bee, tak sayang kah sama ay na?."

"Sayang lah, meskipun hanya sikit waktu bee untuk ay. Tapi bee berusaha ada buat ay. Di saat bee ada waktu. Bee pasti habiskan waktu bee buat ay, tapi di saat bee tak ada waktu buat ay. Ma'afin bee atas kekurangan bee."

"Walaupun sikit waktu bee buat ay na. Tapi, ay na tetap bersyukur karena bee masih punya waktu buat ay na. Dan tak lupa kan ay na."

"Terimakasih, sayang. Atas pengertian nya."

"Sama-sama bee. kita harus saling pengertian pada pasangan kita bee."

"Andai salah satu dari kita pergi? Apakah ay membenci bee? Apa ay bakalan menghapus memory tentang bee?."

"Ay berharap kasih bee tak kan pernah berubah pada ay na sampai kapan pun."

"Kasih bee takkan pernah berubah sampai kapan pun buat ay na."

"Bee tak bahagia kah bersama ay na, saat ini?."

"Bee sungguh bahagia bisa bersama mu saat ini ay dan bee sangat takut kehilangan dirimu." ucap Denis sambil mencium kening Aliyah begitu dalam.

***

Selang 30 menit. Akhirnya mereka sampai juga di rumah Aliyah, mobil merah maroon itu telah memasuki halaman rumah Aliyah dan telah terparkir sempurna.

🌻🌻🌻

Bersambung...

Tetap tinggal kan jejak 👣 berupa like 👍, komen, rate bintang lima dan jadikan favorit ya.

Terimakasih atas dukungan nya 🙏💞