NovelToon NovelToon
Aplikasi Penghubung Dunia

Aplikasi Penghubung Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern / Toko Interdimensi
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak

Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.

Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31 Toko Emas

Tangga rumah masih terasa dingin saat Arzhel menuruni langkah demi langkah dengan mata setengah terpejam. Rambutnya masih berantakan, wajahnya kusut karena baru bangun tidur.

Seorang maid berdiri di bawah, menyodorkan handuk putih bersih. Refleks, Arzhel menerimanya sambil bergumam:

“Terima kasih…”

Namun, begitu tatapannya naik, waktu seakan berhenti.

Wajah cantik dengan ekspresi dingin itu jelas tidak asing. Arzhel tersentak, handuk hampir terjatuh dari tangannya.

“Novita… Kenapa kau di sini?”

Novita memiringkan kepalanya sedikit, matanya menatap lurus tanpa ekspresi.

“Apa aku boleh resign sekarang?”

Suara Arzhel meninggi tanpa sadar.

“Tidak! Kau tidak boleh pergi!”

Keheningan menelan ruangan. Napas Arzhel tersengal, lalu ia tersadar akan nada suaranya.

“Maaf… aku… aku hanya masih kebingungan. Baru bangun tidur, jadi agak kaget.”

Novita tidak menjawab. Wajahnya memerah sesaat, tapi cepat-cepat ia berbalik, menyembunyikan rona itu di balik sikap dinginnya.

Arzhel menghela napas panjang, menepuk keningnya. Bagus, Arzhel. Pagi-pagi sudah bikin suasana buruk.

Beberapa menit kemudian, selesai mandi, Arzhel turun lagi. Aroma harum makanan memenuhi ruang makan.

Di meja panjang, tersaji aneka hidangan: sup hangat, roti panggang, salad segar, dan semangkuk bubur lembut dengan taburan kacang-kacangan.

Arzhel tertegun.

“Wow…” gumamnya. Tanpa menahan diri, ia langsung duduk dan mulai menyendok makanan.

Lily sudah duduk di seberang, wajahnya berbinar-binar.

“Nona Novita, masakanmu luar biasa! Kalau begini, kau bisa bekerja di sini selamanya.”

Novita menjawab datar, seperti membaca teks. “Aku akan resign setelah satu tahun bekerja.”

Lily mengerutkan bibir. “Kau dingin sekali, nona Novita…”

Arzhel menyelamatkan suasana.

“Memang begitu sejak SMA. Jangan salahkan dia.”

Lily menoleh cepat, matanya membesar.

“Kalian sudah kenal sejak SMA?”

Arzhel mengangguk pelan. Ia sempat ingin bercerita—tentang masa-masa dulu bersama Novita—tapi tatapan dingin Novita langsung menusuk punggungnya seperti pisau. Seolah berkata jangan berani buka mulut.

Arzhel terbatuk kecil, lalu cepat-cepat mengalihkan topik.

“Lily, apa kau tahu tempat menjual produk kecantikan yang bagus? Aku harus membeli sesuatu.”

Lily berpikir sebentar lalu menjawab.

“Hmm… ada Toko yang namanya Super Beauty, akhir-akhir ini sedang ngetrend. Tapi kenapa Kakak tiba-tiba tertarik dengan produk kecantikan? Oh!” Senyum nakal terbit di wajahnya. “Apa itu untuk wanita di mobil kemarin? Apa dia pacarmu?”

Arzhel hampir tersedak minumannya.

“Bukan. Tidak ada apa-apa.”

Namun di sisi lain meja, telinga Novita sedikit bergerak—nyaris tak terlihat—seolah refleks ingin menangkap setiap kata.

Arzhel sempat menoleh ke belakang meja makan. Novita berdiri dengan postur lurus, kedua tangannya bertaut di depan, seakan dirinya hanyalah pelayan bayangan yang tidak boleh menodai keintiman tuannya.

“Ayo duduk dan makan bersama,” ucap Arzhel. Suaranya tenang, tapi sarat dengan ketulusan.

Tatapan Novita sedikit bergetar, namun segera kembali dingin.

“Terima kasih. Tapi tugasku hanya menyiapkan, bukan ikut.”

Arzhel menghela napas, memandangnya lama.

“Sudahlah…” gumamnya.

Setelah kegiatan pagi selesai, Arzhel keluar rumah. Taksi yang ia naiki melaju pelan, meninggalkan jalanan rumah mewahnya. Ia bersandar, menatap ke luar jendela dengan mata sayu.

“Hari ini adalah penayangan perdana A Hero Who Saves the Princess…” katanya setengah bergumam. Bibirnya menyungging senyum tipis. “Tapi aku sudah menontonnya kemarin. Jadi… untuk apa datang lagi?”

Taksi berhenti di depan sebuah bangunan besar dengan lampu neon menyala terang: Casino The King. Logo mahkota emas menyilaukan mata. Arzhel melangkah keluar, menatap papan nama itu sambil terkekeh.

“Saatnya farming uang.”

Namun, baru dua langkah ia mendekat, dua penjaga tegap menghadangnya.

“Berhenti. Kau tidak diterima di sini.”

Alis Arzhel terangkat. “Kenapa?”

Salah satu penjaga menempelkan telunjuk ke poster yang tergantung di pintu masuk. Di sana, wajah Arzhel tercetak jelas dengan tulisan besar berwarna merah: BANNED.

“Mulai hari ini, semua kasino tidak akan menerimamu. Kau terlalu sering… merugikan tempat ini,” kata penjaga dengan datar.

Arzhel mencoba mengelak, tapi dorongan kasar membuat tubuhnya terlempar mundur hingga hampir jatuh ke trotoar.

“Sialan!” teriaknya. Ia menendang udara, rambutnya berantakan karena emosi. “Bagus sekali… Saking jagonya aku, malah dibanned di seluruh kasino! Sekarang bagaimana aku menghasilkan uang untuk makan… dan membayar gaji Novita?!”

Ia mendengus kasar, namun kemudian seulas senyum miring terbit di wajahnya.

“Hmm… kalau begitu, aku harus pakai cara lain.”

Tak lama, langkahnya membawanya ke pasar tradisional terbesar di kota. Hiruk-pikuk suara pedagang bercampur dengan aroma sate, kopi hitam, dan tanah basah. Di antara kios sayur dan pakaian, beberapa lapak judi rakyat berderet, ramai dikerumuni.

Salah satunya adalah Judi Batu Giok—permainan klasik di mana orang membeli batu tertutup lumpur, berharap di dalamnya ada giok bernilai.

Arzhel mendekat dengan senyum tipis, tangannya siap merogoh saku. Namun, si penjual langsung menutup dagangannya rapat-rapat. Dari balik laci, ia mengeluarkan secarik kertas. Wajah Arzhel lagi-lagi terpampang di sana. Sang penjual menempelkannya ke depan lapak.

“BANNED.”

Arzhel berdiri terpaku, lalu mendesah kesal.

“Mungkin ada tempat lain…”

Ia melangkah ke Taruhan Sabung Ayam Api—arena kecil tempat ayam-ayam jantan bertarung hingga berdarah. Namun, begitu ia muncul, wasit langsung mengibaskan tangan. Poster wajahnya lagi-lagi ditampilkan.

“BANNED.”

Arzhel bergumam, “Serius?”

Ia pindah ke Meja Dadu Keberuntungan, lalu ke Lempar Cincin Emas, bahkan ke Taruhan Gasing Malaikat.

Hasilnya sama. Semua lapak menempel wajahnya dengan cap merah besar: BANNED.

Arzhel akhirnya terduduk di bangku kayu, kepalanya menunduk.

“Luar biasa… Aku bukan cuma legenda kasino… sekarang aku jadi legenda pasar tradisional juga. Sekarang, apa gunanya teknik Raja Meja Judi kalau aku tidak bisa berjudi?”

Namun matanya kemudian tertuju pada sebuah toko penukaran emas di ujung deretan kios.

Plang tua berwarna emas kusam tergantung di atas pintu, sementara seorang pria gemuk dengan kipas terlihat duduk santai di balik meja kaca penuh perhiasan.

Sebuah ide langsung menyala di kepala Arzhel. Ia merogoh ponselnya, membuka kolom pencarian di Market Ilahi, lalu mengetik kata kunci emas.

Hasil pencarian memenuhi layar: cincin emas, kalung emas, ornamen emas, dan berbagai barang yang terbuat dari emas.

Sebuah senyum merekah di bibirnya ketika menemukan apa yang dia cari.

🟨 Satu Kilogram Emas Batangan biasa, dijual oleh Dewa kekayaan seharga 50 Koin Ilahi.

Deskripsi: Emas batangan biasa bagi para dewa, tapi sangat berharga di dunia fana.

“Emas batangan, satu kilogram… hanya 50 Koin Ilahi? Gila, barang fana jauh lebih murah daripada teknik para dewa,” gumamnya kagum.

Setelah memastikan tak ada mata yang memperhatikan, ia menekan tombol beli. Dalam sekejap, sebuah batang emas seberat satu kilogram muncul di pangkuannya.

Arzhel segera berdiri, melangkah cepat menuju toko emas di depannya itu.

Begitu masuk, udara pengap bercampur bau logam menyambutnya. Tanpa basa-basi, ia meletakkan emas itu tepat di atas meja kaca.

Brak.

Mata si penjual langsung melebar. Kipas di tangannya hampir terlepas. “E-emas batangan…,” desisnya.

“Aku ingin menjual ini,” kata Arzhel tenang, “berapa banyak yang bisa aku dapatkan?”

Pria itu berdehem, mencoba menutupi keterkejutannya. “Hmm… apakah kau punya surat-surat kepemilikan?”

Arzhel menggeleng santai.

Sorot mata si penjual mendadak serius, penuh selidik.

Arzhel cepat menyadarinya, lalu menambahkan dengan wajah datar, “Surat-suratnya hilang. Lagipula emas ini adalah peninggalan keluarga besarku, sudah ada sejak zaman kulkas masih pakai es batu. Jadi… tidak ada surat-surat. Tapi tenang saja, ini legal.”

1
Jujun Adnin
kopi dulu
Depressed: "Siapa bilang Iblis itu tak punya hati? Temukan kisahnya dalam Iblis Penyerap Darah."
total 1 replies
Redmi 12c
lanjuuttt
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
El Akhdan
lanjut thor
Caveine: oke bang👍
total 1 replies
REY ASMODEUS
kerennn 2 jempol untuk othor🤭🤭🤭
REY ASMODEUS
siap nona bos kecil
Redmi 12c
kreeeenn
Redmi 12c
anjaaaiii dewa semproolll🤣🤣🤣🤣🤣🤣
REY ASMODEUS
Thor up banyak ya, ini karya dengan tata bahasa simple tapi masuk akal....
REY ASMODEUS
dewa kuliner dewa gila rasa /Smirk//Smirk//Smirk/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!