Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"
Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.
Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.
Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?
Temukan jawabannya hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Orang Yang Sama
Cabal, Onty.
Tenang ada Mika di cini. Janan takut,
Macak cama kecoak caja takut,
Halusna lebih takut talo lihat mutana nenet dayung,
Heh...
"Sembarangan. Muka Oma ini lho cantik kaya Kim Kardashian, masa takut lihatnya." protes Mama Martha tak terima dengan celotehan Mika.
"Kim kacihan talo nenet dayung mah,"
Mika terus mengucapkan celotehan yang dianggapnya dapat membantu menenangkan Rachel. Namun bukan kalimat penenang yang keluar, melainkan celotehan hujatan untuk Mama Martha. Susan yang melihat Mika dan Mama Martha tampak tak menghentikan perdebatan mereka hanya bisa menghela nafasnya pelan.
"Ini ada orang ketakutan lho. Jangan ribut, please. Yang ada Rachel tambah pusing dengar perdebatan kalian," ucap Susan menegur keduanya.
"Nenet dayung yang mulai duluan," Mika menyalahkan Mama Martha, padahal wanita paruh baya itu sedari tadi hanya menanggapi ucapannya jika diajak berbicara.
"Ya, Oma yang mulai duluan." Akhirnya Mama Martha mengalah saja dari Mika. Ia tak mau yang namanya berdebat lagi di saat kondisi Rachel begini.
"Ini minum dulu," Mama Martha menyodorkan segelas air minum pada Rachel yang masih berada di dalam pelukan Susan.
"Apa ada yang sakit?" tanya Susan setelah Rachel sedikit tenang.
Rachel hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Susan. Ia takut bukan karena luka jika nanti terserempet mobil. Namun memikirkan Ronand yang waktu itu juga berada di sana. Ia tak ingin karena menyelamatkannya dari bahaya malah kembarannya yang terluka.
"Abang mana?" tanya Rachel pada Susan.
"Ada, tadi lagi beli cilok di depan." jawab Susan dengan asal.
"Cilok? Bukanna tadi Uncle pel..."
Hmmmp...
"Iya, Abangmu pergi beli cilok di depan gang sana. Katanya untuk kamu biar nggak kelaparan," Mama Martha segera membekap mulut kecil Mika dan menyela ucapannya.
Mama Martha tak mau Rachel kembali ketakutan karena tahu Ronand kembali ke sekolah. Memang dasar Mika ini ember sekali. Padahal tadi sudah diberitahu agar tak membahas kepergian Ronand ke sekolah.
"Titip es krim cokelat sepuluh sama telur gulung dua puluh ribu, nenek gayung." ucap Rachel membuat Mama Martha memelototkan matanya.
"Buat apa telur gulung dua puluh ribu? Mending beli telur utuh udah dapat banyak itu," tegur Mama Martha yang tak suka dengan kebiasaan jajan cucunya.
"Onty janan bolos. Macak beli es klim cepuluh cama telul gulung banyak kali. Nanti ndak..."
"Mau Onty bagikan ke anak-anak jalanan," sela Rachel tiba-tiba.
Susan dan Mama Martha saling tatap. Aneh... Ini bukan kebiasaan Rachel. Jika mau berbagi, tak mungkin Rachel membagikan es krim atau telur gulung. Pasti isinya uang atau sembako.
"Onty, ndak lagi demam kan? Belbagi itu uang atau cembako caja. Ini kok es krim dan telur gulung sih?" tanya Mika dengan tatapan bingungnya.
"Suka-suka Onty,"
"Kayakna otak Onty cudah miling kalna kemalin jatuh dan dipeluk Om lapa," ceplos Mika yang seketika membuat tubuh Rachel kembali menegang.
Eh...
Cieee...
Habis dipeluk siapa nih? Cowok ganteng ya,
Kenalkan dong sama aku, Rachel.
Susan memberikan kode pada Mama Martha agar mengalihkan pembicaraan tentang kejadian tadi pagi. Pasalnya Susan merasakan bahwa tubuh Rachel langsung menegang saat mendengar ucapan Susan. Seakan ingatannya langsung berpacu pada kejadian tadi pagi yang terjatuh dan hampir terserempet di dekat sekolah.
"Katanya suka sama Abang aku? Kok masih mau sama cowok lain," sindir Rachel yang kini sudah sedikit lupa dengan ucapan Mika.
"Habisnya Abang kamu sok jual mahal sih," ucap Susan dengan santainya.
Uncle kan ndak jualan, kok bica jual mahal?
Anak kecil nggak tahu apa-apa. Tidak perlu ikut campur,
Wawas caja talo Mika cudah gede dan jadi altis. Ndak akan Mika mau kenal cama Onty Ucan jelek,
Hahaha...
***
"Thanks Nicho, Raffa." Ronand menepuk bahu kedua sahabatnya yang telah berhasil menangkap Febri.
Ronand berada di kantor polisi, menyusul Raffa dan Nicho. Ia tampak lelah karena harus mengurus masalah ini. Tadinya Papa Fabio dan Julian yang akan mengurus hal ini. Namun Ronand tak mau sekolah heboh karena kedatangan Papa dan Opanya itu.
"Sama-sama," ucap Nicho yang sedikit canggung pada Ronand.
"Kenapa?" tanya Ronand yang merasa aneh dengan sikap Nicho. Biasanya Nicho akan banyak bertanya dan kepo dengan urusannya, namun ini terlihat sangat berbeda.
"Kamu beneran anggota keluarga Roberto?" tanya Nicho tanpa menjawab pertanyaan dari Ronand.
"Lho... Bukannya kalian udah tahu? Kan pernah ketemu sama Mamaku dan ke rumah juga," tanya Ronand dengan tatapan anehnya.
"Kan cuma bertemu Mamamu aja. Maaf... Tapi Mamamu kan nggak terkenal, walaupun aku merasa pernah melihatnya. Yang kita tahu dan sering wara-wiri di dunia bisnis kan Tuan Julian dan Tuan Fabio," ucap Nicho jujur.
"Mungkin kalau bertemunya Papamu, kita bisa langsung tahu jika kamu adalah anak dari salah satu anggota keluarga Roberto." lanjutnya.
Ronand hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Memang benar, hanya Julian, Papa Fabio, Shaka, dan Miguel saja yang sering muncul. Sedangkan para istri dan anak jarang terekspose. Apalagi cucu, disembunyikan agar tak terlalu tersorot dan menjadi incaran orang jahat.
"Jangan canggung atau gimana sama aku. Sama kaya yang lainnya, aku juga manusia biasa dan masih sama seperti dulu. Ini nih yang bikin aku dan Rachel memilih untuk menutupi marga keluarga kami. Pasti oranglain akan segan pada kami,"
"Walaupun selain itu masih ada alasan lainnya," ucap Ronand mencoba menanggapinya dengan santai.
"Insecure aku," ucap Nicho yang merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Ronand.
"Aku masih orang yang sama dengan Ronand yang berangkat sekolah pakai motor butut. Anggap saja aku Ronand yang dulu," ucap Ronand dengan santainya.
"Ya nggak bisa biasa aja, Ronand."
"Pantas saja kamu bisa secerdas ini, gennya nggak main-main. Pendiri perusahaan game dan robot ternyata,"
"Terus waktu itu Pak Bekti juga bilang kalau pernah lihat kamu membuat robot dan sistemnya," ucap Raffa yang kini tahu darimana asal kecerdasan Ronand.
"Robot? Sistem?" tanya Nicho yang baru tahu akan hal itu.
"Kamu bisa bikin robot?"
"Ya. Satpam di komplek rumahku, kalian masih ingat kan?" tanya Ronand membuat Raffa dan Nicho menganggukkan kepalanya.
"Iya. Yang langsung mempersilahkan kita masuk itu," ucap Nicho namun tatapannya terlihat bingung.
"Itu robot manusia, bukan orang. Itu robot yang aku ciptakan sendiri sistemnya," ucap Ronand dengan santainya.
Nicho dan Raffa sangat terkejut dengan hal itu. Pasalnya satpam komplek perumahan itu tidak seperti robot. Walaupun mungkin gerakan dan cara bicaranya sedikit kaku. Raffa dan Nicho begitu kagum dengan kecerdasan dari Ronand.
Apa?
Itu robot? Tapi kok mirip banget sama manusia,
Agak beda. Sedikit kaku,
Iya, sedikit kaku cara bicaranya.
Keren,
Otakmu terbuat dari apa sih, Ronand? Kasih secuil dong buat aku biar ikutan pintar,
Mana bisa, Nicholas tanpa Saputra.
lanjut thor...
SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...
JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃