Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 30
Demitri hanya menghela nafasnya, rasanya seperti di PHP saja, harap-harap cemas menunggu kepastian Rosa yang esok bisa berangkat bersamanya apa tidak, bukan apa sih, tapi sekretaris nya yang satu itu kadang memberikan sesuatu diluar ekspektasi nya.
Selama ini Demitri tidak pernah bisa se khawatir ini karena perintahnya adalah mutlak, jika dirinya menugaskan seseorang harus di laksanakan, tapi dengan Rosa, apapun bisa terjadi bukan?
"Ini orang, tidak tau pesan penting apa ya, kenapa tidak di balas juga?!" gumamnya kesal.
Tangannya tak bisa tinggal diam, dua asisten yang akhirnya menjadi sasaran.
"Hubungi Rosa, beritahu dia kalau harus menjawab pesanku sekarang juga!" suaranya tidak keras sih, tapi tegas.
"I iya Tuan, segera saya beritahukan"
Sambungan terputus seketika, siapa lagi kalau bukan perbuatan Demitri, Radit hanya mengelus dadanya, semenjak ada Rosa jadi sering deg deg ser juga.
"Kemana ini bocah!" teriak Radit frustasi karena panggilannya tak di jawab-jawab, sial!
Romi yang letak rumahnya paling dekat dengan lokasi, akhirnya kena imbasnya, melesat dengan cepat menuju ke rumah Rosa, keterangan tempat yang di berikan oleh Freya cukup untuk segera menemukan tempat tinggal wanita yang sudah membuat atasnya itu awut-awutan.
"Pak Romi?!" seru Rosa terkejut saat membuka pintu dan mendapati Romi ada disana, dengan wajah yang_, tak di mengerti sama sekali oleh Rosa saat ini.
"Aku gak masuk, hanya ngasih peringatan, segera balas kiriman pesan Tuan Demitri, atau kita MATI!"
"Hah??" Rosa mendelik seketika, apa-apaan ini, ada keadaan darurat 008 rupanya, perlu ambulan juga?
"Siap Pak" jawab Rosa sebelum Romi berbalik cepat dan menaiki sepeda motornya.
Ada apa lagi ini ya Tuhan, belum juga berangkat sudah ada-ada saja keruwetan yang di timbulkan oleh atasan, batin Rosa dan segera membuka ponselnya, pelan, lebih tepatnya dengan malas, tapi untuk keselamatan banyak umat, Rosa segera membalas dengan singkat.
'Aman Tuan, saya selalu ada untuk anda' kata-kata magis yang entah mengapa bisa membuat Demitri yang membacanya, tanpa sadar menarik bibirnya, senyum.
*
*
Semua Tim mengikuti langkah Demitri memasuki sebuah pesawat pribadi, Rosa terkejut tak percaya karena ini pertama kalinya dia naik pesawat dan milik pribadi pula.
Di dalam sudah ada tempat untuk masing-masing orang, rupanya sudah di atur dengan rapi, mulai tim keamanan dan tim inti perusahaan, termasuk Rosa yang duduk tepat di samping Demitri.
"Sudah Siap Tuan?" tanya salah seorang pengawal yang bertubuh tinggi besar dan dempal.
"Hem" kode tangan yang terangkat di beri, lalu beberapa detik berikutnya pesawat mulai berjalan pelan, hingga kemudian berhasil terbang dengan tenang di atas awan.
Mengamati sekitar, Rosa berdecak kagum, beberapa kali tersenyum menikmati kenyamanan tingkat tinggi di dalam penerbangan pesawat pribadi milik Demitri.
"Perjalanan kurang lebih 8 jam, cukup lama, istirahat saja kalau kamu ngantuk" Demitri bicara sambil membuka berkas yang tadi sempat di minta.
Ya kali Rosa bisa merem, melihat Bosnya saja sibuk dengan pekerjaan saat ini, sekuat tenaga Rosa memaksa harus melek dan sesekali menjawab pertanyaannya Demitri jika di dalam berkas yang di baca masih belum di mengerti.
Satu jam berlalu dengan Aman, dan menginjak jam ke 2, nampak seorang pengawal mendatangi, berbisik seolah memberi tahukan sesuatu yang penting.
"Rosa, pakai sabuk pengaman mu" ucap Demitri yang seketika membuat Rosa terkejut.
"Kenapa?" tanya Rosa yang mulai menampakkan kecemasan di wajahnya.
"Akan ada sedikit turbulensi, hanya sebentar" ucapnya.
Rosa segera memasang sabuk pengaman, dan memegang erat pinggiran kursi dengan kedua tangan kakan dan kiri.
"Ya Tuhan, tolong jangan ada bahaya di saat seperti ini, kasihanilah aku yang masih belum menikmati hangatnya sentuhan seorang pria, tolong Tuhan" ucapnya pelan dan membuat Demitri menatapnya tajam, memang ajaib benar sekretaris nya ini, dasar!, batin Demitri
"Tenang, ini hanya sebentar Ros" kembali Demitri mengatakan keadaan yang menurutnya masih wajar, tapi seperti momok bagi sekretarisnya yang sudah pucat pasi di tempat duduknya.
Benar sekali, terjadi benturan yang cukup terasa hingga membuat Pesawat bergoyang sejenak, Rosa tanpa sadar memejamkan mata, tangannya menggenggam tangan seseorang yang di dekatnya, hangat dan nyaman rasanya, hingga,_
"Ya Tuhan, ma maaf Tuan, saya tidak sengaja" ucapnya malu dan sungkan melebur menjadi satu.
Dan terjadi turbulensi kedua kali, Pesawat terbentur kembali.
"Tidak!" Respon Rosa berlebih memang, tapi dirinya dalan mode ketakutan yang hakiki, tanpa sadar menarik lengan Demitri dan menyembunyikan kepalanya kedalam dada bidangnya.
Pengawal yang melihat hendak memperingati Rosa, namun segera di cegah oleh Demitri, dan membiarkan sekretarisnya itu berada nyaman di posisinya.
Tak lama, semua tenang kembali, sedangkan Rosa yang baru tersadar segera menarik dirinya, "Maaf Tuan, tadi saya benar-benar takut"
"Hem" Demitri menjawab singkat bersandar sambil memejamkan mata, Rosa merasa lega, sepertinya sang atasan tak mempermasalahkan.
Waktu terus berlalu, dan pesawat hampir saja tiba di negara yang di tuju, "Selamat datang di negara Qatar Tuan Demitri" terdengar suara tegas dari headset komunikasi, seorang pengawal yang memberitahukan keadaan terkini.
Demitri hanya memberikan senyum tipis, yang hampir saja tak kelihatan, Rosa pun ikut bersiap, hingga akhirnya pesawat menyentuh landasan.
"Duduklah dengan tenang, dan nanti berjalan di belakangku, mengerti?" ucap Demitri.
Merasakan keadaan yang aneh, entah itu apa masih belum di mengerti oleh Rosa, mungkin sesuatu yang berbahaya?, entahlah, yang jelas dia akan melakukan sesuai perintah.
Diluar pesawat, suasana nampak berbeda, rupanya kedatangan pesawat pribadi Demitri sudah di sambut dengan beberapa orang yang berpakaian sama, dan saatnya keluar dari pesawat tiba.
"Agenda pertama kita menuju ke Hotel bukan?" Tanya Demitri sebelum berdiri.
"Iya Tuan, dan makan malam nanti di restoran yang jaraknya kurang lebih lima belas menit dari sana"
"Hem, masih ada waktu dua jam beristirahat"
"Iya Tuan"
Keluar bersama, tentu saja pengawal ada di depannya, Demitri mengikuti, lanjut dengan Rosa yang di urutan berikutnya, seperti yang di perintahkan sebelumnya.
Rosa memperhatikan semuanya, baru pertama kali melihat seseorang yang datang di negara Qatar ini di sambut dengan penjagaan ketat seperti ini, rasanya berlebihan gak sih, tapi mengingat nyawa Demitri adalah aset berharga bagi kelangsungan hidup banyak orang, ya wajarlah nurutnya.
Sampai di hotel yang telah di persiapkan, Rosa masih mendampingi Demitri, tepatnya di belakangnya dan tak di perbolehkan jauh dari Bos nya.
Seseorang berjalan mendekat, sedikit mendekat saat bicara hingga hanya mereka berdua yang bisa mendengar, menggunakan bahasa asli Qatar, Rosa sampai terbengong melihatnya, "Wow, berapa bahasa yang dikuasai oleh Tuan Demitri?" Rosa benar-benar tak menyangka sama sekali, Demitri bisa menggunakan bahasa Inggris dan Arab dalam satu tempat.
Mana nih komennya?, Bersambung.
😄😄😄😄