Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27.
Saat wasit utama mengumumkan kemenangan Yao Ming dengan K.O.,
Seluruh arena meledak dalam sorakan yang memekakkan telinga.
Itu bukan hanya sorakan kegembiraan, melainkan sebuah raungan penghormatan terhadap demonstrasi kekuatan yang begitu cepat dan menghancurkan.
Energi di udara terasa memanas, para penonton berdiri, mengacungkan tangan, memanggil julukan "Thunder Fist!" berulang kali.
Yao Ming menerima tepuk tangan itu dengan anggukan singkat, wajahnya tetap serius.
Ia menoleh sekilas ke arah Wang Jun yang masih mendapatkan perawatan medis, menunjukkan rasa hormat yang sunyi sebelum ia melangkah meninggalkan ring.
Tidak ada setetes pun keringat di dahinya, seolah-olah pertarungan itu hanyalah pemanasan ringan.
Setelah suasana sedikit mereda, Juri Kepala, yang kini berdiri di tengah ring dengan suara yang di aliri energi, menunggu momen yang tepat untuk berbicara.
"PERHATIAN!" Suara Juri Kepala bergema, berhasil meredam sisa-sisa kegembiraan penonton.
"Kita telah menyaksikan empat pertarungan luar biasa hari ini, puncaknya adalah demonstrasi kekuatan Thunder Fist yang menakjubkan!"
Penonton kembali bersorak singkat, memberikan standing ovation terakhir untuk para petarung hari itu.
"Namun, dikarenakan jadwal yang ketat dan untuk memastikan setiap petarung mendapatkan istirahat yang layak untuk pemulihan, kami mengumumkan penundaan turnamen."
Juri Kepala melanjutkan, suaranya lantang dan jelas:
"Pertarungan yang tersisa untuk menentukan babak semi-final akan DILANJUTKAN BESOK PAGI! Pastikan Anda kembali tepat waktu untuk menyaksikan pertarungan yang tersisa!"
Pengumuman itu disambut dengan campuran desahan kekecewaan dan teriakan persetujuan.
Penonton tahu, dengan tingkat pertarungan yang semakin tinggi, istirahat adalah hal yang penting.
*****
Setelah Juri Kepala mengumumkan penundaan turnamen, perhatian semua orang masih tertuju pada pusat arena dan sisa-sisa kehancuran yang ditinggalkan oleh "Thunder Fist."
Saat sorak-sorai perlahan mereda dan kerumunan mulai bubar, Yao Ming mengambil kesempatan ini.
Dengan gerak-gerik yang terencana, ia tidak berlama-lama menyerap pujian atau perhatian.
Wajahnya tetap tanpa emosi, sebuah topeng yang sempurna untuk menyembunyikan strateginya.
Ia bergerak cepat, tidak melalui jalan yang dipenuhi dengan orang melainkan memilih jalan yang lumayan sepi.
Dalam sekejap mata, sosoknya menghilang dari pandangan. memanfaatkan keramaian dan kekacauan pasca-pertarungan sebagai kamuflase.
Tujuan utamanya adalah menjauhkan dirinya dari pengawasan yang mencurigakan.
Yao Ming tahu bahwa demonstrasi kekuatan Pukulan Kilat tadi tidak hanya mengesankan para penonton, tetapi juga pasti menarik pesaing dari klan lain, terutama setelah kemenangan tak terduga Yao Fang sebelumnya.
Turnamen ini lebih dari sekadar perebutan gelar; ini adalah pertarungan politik dan kekuatan antara keluarga-keluarga besar.
Ia bergerak secepat mungkin, kembali ke wilayah Klan Yao.
Setelah menempuh perjalanan cepat dan penuh kewaspadaan, Yao Ming akhirnya tiba di batas terluar wilayah kediaman Klan Yao.
Ia tidak memasuki gerbang utama, melainkan menyelinap melalui rute rahasia yang hanya diketahui olehnya.
Di luar arena, Yao Ming menjaga penyamaran ketatnya.
Selama ini, ia mendaftarkan diri di turnamen dengan nama samaran "Thunder Fist" dan mengenakan seragam bertarung yang sepenuhnya hitam, lengkap dengan penutup wajah yang menyerupai ninja atau petarung bayangan, sengaja untuk menyembunyikan identitasnya sebagai anggota keluarga Klan Yao.
Kini, setelah memastikan ia tidak diikuti dan berada di dalam batas aman klan, ia mencapai sebuah rumah kecilnya.
Ia mengunci pintu kayu sederhana di belakangnya. Keheningan total segera menyambutnya, kontras tajam dengan raungan ribuan penonton beberapa saat lalu.
Dengan gerakan yang terampil, ia mulai melepaskan penyamarannya.
Ia membuka dan menanggalkan lapisan demi lapisan pakaian hitam yang menyamarkan bentuk tubuhnya.
Akhirnya, ia mencapai lapisan terakhir.
Dengan tarikan ringan, ia melepaskan kain hitam yang menutupi bagian bawah wajahnya, membebaskan wajah aslinya dari penyamaran.
Di bawah kain itu, terungkaplah ekspresi lelah namun puas. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara yang kini terasa lebih dingin dan nyata.