jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Sore hari, Alvin sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Ia merasa aneh dengan Guntur yang sedari tadi diam tidak seperti biasanya.
Sampai di rumah Alvin merebahkan Guntur di ranjang lalu memperhatikan anaknya tersebut.
"Ma-- Ma..."
Jleb!
Alvin menghela nafas panjang mendengar itu, ia tau pasti Guntur merindukan Dita karena tidak biasanya Dita meninggalkannya dalam keadaan bangun.
Biasanya Dita pergi setelah Guntur tertidur pulas sehingga Guntur tidak melihat kepergian Dita.
Ragu-ragu Alvin mengambil ponselnya, ia melihat panggilan dan pesan Dita beberapa hari yang lalu belum sempat ia balas.
Disisi lain, Dita sedang mengerjakan
revisian skripsinya di kamar. Semenjak orang tuanya pulang dari luar kota ia benar-benar
merasa tertekan karena selalu di tuntut untuk segera wisuda.
Drt... Drt... Drt
"Apa lagi nih si Erik?" gumamnya.
Dita melirik ponselnya dengan malas, detik kemudian ia memperjelas
penglihatannya melihat yang menghubunginya adalah Alvin.
"Ekhm..."
Dita mendehem sejenak lalu ia meraih
ponselnya.
[Halo]
[Halo Mbak]
[Iya AL, kenapa?] tanya Dita pura-pura dingin.
[Em... Tadi Mbak ketemu Guntur ya?] tanya Alvin pura-pura tidak tahu membuat Dita menaikkan alisnya sebelah.
[Iya tadi saya ke kantor Pak Burhan trus
Ketemu Guntur, kenapa?] tanya Dita.
[Em... Ini Mbak gak ini semenjak ketemu saya Guntur jadi pendiam membuat saya bingung, begitu saya ajak ngobrol jawabannya Ma... ma gitu Mbak.] terang Alvin membuat Dita memejamkan matanya sejenak.
'Ya tuhan.'
[Em... Sekarang kalian dimana? Udah selesai ngulinya?] tanya Dita lagi.
[Sekarang di rumah sih Mbak, udah
selesai ini baru sampe rumah]
[Ya udah saya kesana aja kali ya]
[Eh... Jangan Mbak biar kami aja yang nemuin Mbak] ujar Alvin.
[Jangan dong kasian anak kamu kena angin terus] bantah Dita.
[Em... Tapi saya juga gak enak sama Mbak kalo sampe ke rumah saya cuma demi Guntur]
[Ya sudah kita ketemu di titik tengah aja, kamu kenal kantor Pak Burhan kan?]
[Iya kenal Mbak]
[Iya, kita ketemu di ruma makan depannya aja sekalian makan, nanti kalo buat guntur saya bawain makanan] Lanjut Dita membuat alvin tersenyum lalu melihat anaknya.
[Em... Mbak makanan yang tadi Mbak kasih aja ini masih banyak sama yang kemaren-kemaren Mbak bawain belum abis] terang alvin membuat Dita terkekeh.
[Gak apa-apa biarin aja, biar guntur punya banyak makanan] jawabnya.
[Ok deh Mbak kalo gitu, kami kesana ya sekarang?] tanya alvin membuat Dita sedikit kaget.
'Aku kan belum ngapa-ngapain? Ah tapi ya udahlah demi guntur juga ngapain harus dandan segala.' ucap Dita dalam hati.
[Ya udah ok, saya juga berangkat sekarang] lanjut Dita lalu ia memutuskan sambungan.
Tanpa membuang waktu ia langsung mengganti baju tidurnya dengan baju santai lalu mengambil bedak tabur supaya ia tidak kelihatan begitu pucat.
"Gila... Gila ini pertama kalinya aku keluar tanpa persiapan gini." gumam Dita lalu ia mengoleskan sedikit lisptik sedikit ke bibirnya.
"Dah lah takut malah nunggu mereka."
gumam Dita lalu ia turun ke bawah, ia mencari paper bag.
"Nyari apa Non?" tanya Mbok membuat
Dita menoleh.
"Mbok masih ada buah yang udah di potong-potong gak?" tanya Dita.
"Ada tuh di meja Non." jawab Mbok.
"Masukin ke dalam wadah dong Mbok." linta Dita yang dibalas anggukan oleh si Mbok.
"Non Dita sekarang kalo keluar selalu bawa makanan terus ya, kenapa Non perasaan dulu gak gini." ujar si Mbok membuat Dita tekekeh.
"Gak apa-apa Mbok, nantinya aku cerita ya lagi buru-buru." lanjut Dita lalu ia mengambil kue-kue di meja makan.
Setelah merasa rapi, Dita mengambil
kunci mobilnya.
"Mau kemana lagi kamu Dita? Baru juga pulang tadi." tanya Mamanya membuat Dita berhenti lalu berpikir bagaimana caranya supaya Mamanya tidak marah-marah.
Dita.
"Dita mau ketemu teman sebentar," jawab
"Skripsi kamu gimana?"
"Udah Ma, udah di revisi tadi tinggal ngasih aja biar bisa lanjut lagi." jawab Dita.
"Ya sudah jangan keluyuran kamu, jangan malam-malam juga." lanjut Mamanya
membuat Dita sedikit kaget tumben Mamanya tidak berapi-api pada dirinya.
Disisi lain, alvin sudah sampai terlebih dahulu ia langsung duduk di meja sudut lalu melonggarkan kain gendongnya.
"Eh anak Ayah ini ... kenapa diam terus Nak, tunggu bunda ya sebentar lagi datang." ucap Alvin lalu mencium pipi guntur.
"Om!" panggil seseorang membuat alvin kaget lalu ia menoleh.
"Naura." gumamnya melihat Naura sedang berjalan menuju ke arahnya.
"Om ngapain disini?" tanya Naura membuat alvin mengerutkan keningnya.
"Memangnya saya gak boleh kesini? Perasaan gak ada peraturannya saya gak boleh kesini." jawab alvin sedikit sensitif membuat Naura memutar mata malas.
"Gak gitu maksudnya Om kuli, maksud saya itu ini kan udah sore banget ya, Om datang bawa anak begini mau makan apa gimana? Pasti gak ada yang masakin ya dirumah." ledek Naura membuat alvin langsung menghela nafas panjang.
"Sok tau banget sih kamu, saya kesini mau nyuci baju udah sana pergi. Itu teman-teman kamu kasian ngeliat kamu sok kenal sama saya." ujar Alvin membuat Naura melotot.
"Sensitif amat Om lagi pms ya, sabar ya emang suka begitu." jawab Naura lalu menarik kursi duduk di depan alvin.
"Heh... Anak Om kuli kamu mau aja sih di bawa-bawa kesana-kemari capek tau," ucap bayar sambil memainkan tangan guntur.
"Terserah saya Tante kuntilanak." jawab
Alvin mewakili guntur membuat Naura melotot.
"Kamu jangan mewarisi sifat Ayah kamu
yang songong ini ya, kamu mah udah ganteng baik budi, udah cukup ya jangan tambah sifat ngeselinnya." ujar Naura, guntur mendongak memperhatikan Naura tanpa ekspresi apapun kecuali bingung.
"Nih lihat anak saya aja bingung lihat kamu sok kenal soalnya," ucap alvin.
"Gak apa-apa ya, yang penting melihat aku itu artinya aku cantik." jawab Naura dengan pedenya membuat alvin Terkekeh.
"Dasar! Kepedean mulu, sana hey kasian itu teman-teman kamu pada ngeliatin kesini." ucap alvin membuat Naura menoleh ke belakang.
"Biarin lah udah kelar juga kok tadi ngobrolnya." ucap Naura.
Dari kejauhan alvin melihat Dita sudah sampai, bibirnya tersenyum melihat perempuan itu.
Berbeda dengan Dita yang begitu melihat ke arah alvin, ia sedikit kaget tapi sebisa mungkin ia tetap datar.
'Dia bareng sama gadis itu ternyata.' gumam Dita lalu ia mendekati meja alvin.
"Mbak." sapa alvin yang dibalas senyuman oleh Dita membuat Naura bingung laku menoleh ke belakang.
"Kalian udah lama?" tanya Dita yang dibalas gelengan oleh alvin.
"Baru, baru banget nyampe Mbak. Yang lama disini kayaknya ini nih kuntilanak ini." ucap alvin membuat Naura melotot lalu memukul tangan alvin pelan.
"Sembarang aja kalo ngomong, sok tau." kesal Naura membuat alvin terkekeh.
"Kalian gak bareng emangnya?" tanya Dita
sedikit bingung.
"Ya gaklah Mbak, ini mah ketemu disini salah alamat ini orang mejanya disana datangnya malah kesini." ledek alvin.
"Berisik!" omel Naura.
"Ma... Ma-- Ma." ucap guntur membuat Dita tekekeh.
"Ma... Ma ma bisanya bilang itu doang ya,
Coba bilang Bunda bisa gak?" tanya Dita sambil tersenyum membuat Guntur langsung merangsek ingin berdiri di pangkuan Alvin.
"Waduh... Waduh semangat banget ini." gumam Naura melihat Guntur hendak melangkah.
"Sini lah bisajalan gak?" tanya Dita sambil mengulurkan kedua tangannya membuat Guntur tertawa.
Alvin yang melihat itu ikut tertawa melihat tingkah anaknya.
"Bunda punya roti mau gak?" ucap Dita lagi sambil mengeluarkan roti dari paper bagnya.
"Akh..." Guntur histeris membuat Alvin dan
Naura terkekeh.
"Ini anak Mbak?" tany Naura tiba-tiba
karena ia bingung Dita menyebutkan
panggilan Bunda.
"Ha?"