Quen System - Bangkitnya Istri Teraniaya

Setelah menunggu hampir satu jam dan menghabiskan hidangan yang tak sedikit, Clarissa pada akhirnya melihat Pak Willy, direktur Bank Nasional keluar dengan wajah yang rumit dan sulit diartikan.

Begitu juga dengan wajah Raditya yang berjalan mengantarnya keluar dari toko roti miliknya dengan wajah kusut. Clarissa menduga jika negoisasi yang mereka lakukan gagal dan tak memiliki kesepakatan.

Tentu saja gagal, karena pak Willy tak mungkin berani mengambil resiko setelah melihat saham Diamond Grup tengah turun hampir ke titik terendah sehingga pengajuan kredit yang Raditya ajukan gagal.

Melihat Raditya masuk kedalam toko dengan wajah lesu, Clarissa yang tak lagi ingin membuang waktu karena sore nanti dia harus bertemu dengan CEO Ciptadaya Grup pun segera bangkit dari tempat duduknya dan menghadang jalan pria berusia tiga puluh tahunan itu.

“Maaf mengganggu waktunya Pak Radit. Bisakah kita bicara bisnis sebentar?”, ucap Clarissa mencoba mendekati Raditya.

“Maaf nona, saya cukup sibuk saat ini”, tolak Raditya langsung.

Hari ini, dia cukup frustasi dan tak ingin berbasi-basi dengan orang lain mengenai bisnis. Apalagi melihat gadis didepannya cukup muda sehingga dia menyimpulkan jika masalah yang hendak dibahas oleh gadis didepannya itu hanya hal yang berkaitan dengan pemesanan kue dan roti seperti yang biasanya terjadi ditokonya.

“Oh, sayang sekali, padahal saya berniat memberikan solusi cepat agar krisis diperusahaan anda segera teratasi. Kalau begitu, saya permisi dulu ”, ucap Clarissa yang segera berlalu keluar dari toko Diamond Bakery, diikuti oleh Silvi dibelakangnya.

Mendengar jika gadis cantik itu bisa memberi solusi untuk permasalahan yang tengah dihadapinya, Raditya merasa terkejut karena tak menyangka jika kabar mengenai kondisi perusahaannya yang hampir pailit sudah menyebar cepat di kota M.

Melihat jika dia masih memiliki peluang, Raditya pun segera keluar dari toko dan mengejar Clarissa yang sedang berjalan menuju parkiran. “Tunggu nona!”, teriaknya, membuat Clarissa menoleh dengan hati gembira “Yes! taktikku berhasil!”, batinnya bangga. Namun dia hanya menampilkan wajah datar dipermukaan, menekan kebahagiaan yang melupa dalam hatinya melihat jika sebentar lagi misi yang sedang dijalani akan segera bisa dia selesaikan.

[Ck, jika bukan karena kemampuan khusus yang sistem berikan, tak mungkin Host memiliki pemikiran secerdas itu]

Omongan julid system tak Clarissa gubris, diapun menghentikan langkah dan berbalik tanpa menjawab, ingin melihat bagaimana reaksi Raditya selanjutnya.

“Tolong maafkan atas ketidak sopanan saya tadi. Bisa kita bicarakan bisnis didalam ruangan saja”, ujarnya.

Kali ini, Radtya yang sudah terpojok, bertindak implusif dan memasang taruhannya pada gadis muda yang ada dihadapannya itu, berharap dia masih memiliki harapan.

“Oh, anda berubah pikiran?”, Clarissa berkata dengan nada seolah-olah dia masih marah atas tindakan tak sopan Raditya atas penawaran yang dia berikan.

“Bisakah saya mendapatkan kesempatan itu”, ucap Raditya dengan tatapan penuh permohonan. Kali ini , dia membuang harga diri demi keberlangsungan usaha keluarganya.

“Haa, baiklah. Tunjukkan jalannya!”, ucap Clarissa sok keras padahal dalam hati dia bersorak kegirangan dan berharap system akan memberikan hadiah tambahan yang besar jika dia bisa menyelesaikan misi hanya dalam waktu satu hari dari waktu dua minggu yang diberikan.

Raditya tertegun sesaat, dia baru menyadari jika gadis yang berjalan menuju kearahnya itu, bukan hanya cantik dan seksi meski memakai pakaian tertutup dan sedikit longgar, namun keseksian anggun yang terpancar didirinya tak bisa ditutupi, memiliki aura yang sangat kuat. Aura sekelas CEO sebuah perusahaan, membuatnya semakin bingung sekaligus penasaran akan identitas gadis cantik itu.

Ia pun mulai menyadari jika gadis yang berjalan disampingnya bukanlah sosok gadis biasa. Apalagi dia berani menawarkan diri membantunya keluar dari krisis, tentunya selain kaya gadis ini pastilah juga sangat cerdas hingga mampu membaca situasi dengan cepat.

Raditya memimpin jalan menuju ruangan yang baru saja dia pakai untuk meloby direktur Bank Nasional yang sayangnya gagal.

Clarissa tidak mempermasalahkan hal itu dan dengan sabar menunggu asisten Raditya membersihkan meja.

“Kalau boleh saya tahu, dengan nona siapa?”, tanya Raditya penasaran.

“Clarissa Bella. Panggil saja Clarissa”, jawab Clarissa memperkenalkan diri.

Raditya mencoba mengingat-ingat, gadis ini berasal dari keluarga kolongmerat mana di kota M, karena dia merasa asing sekaligus familiar dengan wajah cantik itu.

Dia mengabaikan rasa penasarannya dan fokus pada masalah perusahaan yang tengah dihadapinya saat ini.

“Jika boleh saya tahu, nona Clarissa memiliki solusi apa untuk masalah perusahaan saya? Dan darimana nona tahu jika perusahaan saya tengah bermasalah?”, tanya Raditya penuh selidik.

“Tidak penting saya tahu darimana jika perusahaan anda sedang dalam masalah. Mengenai solusi, sebelumnya saya ingin bertanya terlebih dahulu. Berapa persen saham yang anda miliki didalam Diamond Group? Berapa banyak kerugian yang harus perusahaan tanggung? Dan berapa nilai saham Diamond Group sekarang?”.

Clarissa mengabaikan wajah terkejut Raditya karena dia memerlukan informasi tersebut untuk bisa mengambil langkah selanjutnya.

Silvi yang berdiri dibelakang Clarissa merasa sangat kagum, atas pikiran kritis gadis itu. “Clarissa memang benar-benar hebat. Pujian yang Arkan berikan memang pantas”, batinnya terpesona.

Sebelumnya, Silvi sempat menolak pekerjaan yang Arkan berikan dan menganggap akan sangat merepotkan menjadi bodyguard gadis kaya yang manja. Itu kesan pertama setelah dia mendapatkan biodata Clarissa.

Tapi, setelah bertemu langsung, Silvi secara perlahan mulai mengikis pemikirannya. Apalagi setelah lebih dari satu minggu bekerja dengan Clarissa, dia baru tahu jika gadis berusia 19 tahun itu bukan gadis biasa pada umumnya.

Waktunya tak pernah dia habiskan untuk hal yang tak berguna, seperti belanja dan konkow-konkow tak jelas.

Meski kadang Clarissa berekpresi aneh ketika sedang melamun, namun melihat jika setelah itu banyak peluang dan rencana bisnis yang dia hasilkan, Silvi pun secara langsung menghilangkan pikiran negatifnya dan perlahan menjadi pengagum Clarissa nomor satu.

Meski terkejut akan rentetan pertanyaan yang Clarissa lontarkan, namun melihat jika gadis itu ingin membantunya, pertanyaan yang diajukannya pun menurutnya masih dalam taraf kewajaran, maka Raditya pun berusaha menjawab secara professional.

“Saya memiliki 55 persen saham. Sisanya, dipegang oleh pemegang saham yang lain. Untuk dana yang harus perusahaan ganti sebesar, 1,8 triliun. Untuk nilai saham Diamond Grup siang ini berada diangka 15 persen dari nilai saham sebelum terjun bebas”, ucap Raditya menjelaskan.

“Jika dinominalkan, berapa nilai sisa saham yang bukan milik anda saat ini?”, Clarissa bertanya kembali dengan cermat agar keputusan bisa dia ambil saat ini juga.

“Kalau dinominalkan,  sekitar 800 milliar”, jawab Raditya.

“Saya ingin membeli 45 persen sisa saham selain milik anda. Jika anda berhasil membujuk para pemegang saham untuk menjual sahamnya kepada saya, maka kerugian 1,8 triliun yang diakibatkan oleh anak buah anda yang membawa kabur uang perusahaan akan saya tanggung. Bagaimana ?”.

Apa yang Clarissa ucapkan kembali membuat Raditya terkejut. Untung saja dia tak memiliki riwayat penyakit jantung, jika tidak, mungkin dia sudah beberapa kali pingsan mendengar kalimat yang mengejutkan yang gadis cantik itu lontarkan.

Raditya yang merasa seperti mendapatkan durian runtuh pun dengan cepat memberi jawaban, “Baiklah, saya pastikan nona Clarissa mendapatkan 45 persen saham tersebut”, ucapnya antusias.

Untungnya, 45 persen saham tersebut milik keluarganya dan beberapa teman dekatnya yang pasti akan membantunya agar Diamond Group tak hancur.

Melihat Radtya telah sepakat, maka Clarissa pun tak lagi membuang waktu, “Baiklah. Mana nomor rekening anda”, ucap Clarissa, lagi-lagi membuat Raditya terkejut dengan semua hal yang keluar dari mulut gadis itu.

“Nomor rekening?”, ulang Raditya dengan ekpresi bodoh.

“Ya, nomor rekening. Untuk mentransfer uang pembelian saham”, jawab Clarissa yang sudah masuk kedalam aplikasi internet banking dan siap mentransfer dananya ke Raditya.

Melihat keseriusan Clarissa, Raditya pun segera memberikan nomor rekening pribadinya. Dan hanya dalam waktu satu detik, di ponselnya ada dana satu triliun masuk.

“Ini ?”, Raditya tampak syok akan keberuntungan yang didapatkannya.

“800 milliar untuk membeli 45 persen saham, 200 milliar anggap sebagai Dp untuk mengganti uang yang dibawa kabur karyawan anda. Sisanya 1,6 triliun akan aku lunasi begitu surat pengalihan saham atas namaku telah aku pegang”, jawaban Clarissa lagi-lagi membuat Raditya harus memegang dadanya kuat-kuat,  jantungnya terus berdebar kencang akibat terlalu banyak kejutan yang dia peroleh siang ini.

[DING!!!]

[Selamat kepada Host karena berhasil menyelesaikan misi yang diberikan. Hadiah 3000 hektare tanah dan sebuah mansion mewah di kota pahlawan berhasil didapatkan, sertipikat rumah dan tanah ada didalam tas milik Host.

[Selamat kepada Host karena telah mengeluarkan uang sebesar 1.000.000.000.000. Host akan mendapatkan pengembalian 10xlipat dengan total 10.000.000.000.000. Uang akan ditransfer ke rekening pribadi Host secara legal]

[Selamat kepada Host karena menyelesaikan misi hanya dalam waktu beberapa jam sehingga mendapatkan hadiah tambahan berupa 20 point yang akan langsung diakumulasikan kedalam system dan mendapatkan aroma tubuh vanila milk tanpa batas. Apa mau dipalikasikan sekarang?]

"Ya", ucap Clarissa cepat

[Permintaan sedang diproses...]

Begitu diterapkan,  Clarissa dapat merasakan tubuhnya menghangat dan mengeluarkan aroma vanila milk yang manis dan menenangkan.

"huwaaa… ini menakjubkan!", teriaknya heboh dalam hati.

Di mencium lengannya dan aroma vanila milk menguar,  membuat bola matanya semakin membulat dan senyumnya juga semakin lebar.

Silvy dan Raditya tak terlalu memperhatikan tingkah pola Clarissa karena keduanya masih cukup syok bagaimana mudahnya gadis cantik itu mentransfer uang senilai satu trilliun, seolah bukan suatu hal yang besar, seperti seorang anak kecil yang sedang membeli permen dijalan, sangat cepat dan tanpa perhitungan.