NovelToon NovelToon
Legenda Kaisar Roh

Legenda Kaisar Roh

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Roh Supernatural / Light Novel
Popularitas:853
Nilai: 5
Nama Author: Hinjeki No Yuri

Di tepi Hutan Perak, pemuda desa bernama Liang Feng tanpa sengaja melepaskan Tianlong Mark yang merupakan tanda darah naga Kuno, ketika ia menyelamatkan roh rubah sakti bernama Bai Xue. Bersama, mereka dihadapkan pada ancaman bangkitnya Gerbang Utama, celah yang menghubungkan dunia manusia dan alam roh.

Dibimbing oleh sang bijak Nenek Li, Liang Feng dan Bai Xue menapaki perjalanan berbahaya seperti menetralkan Cawan Arus Roh di Celah Pertapa, mendaki lereng curam ke reruntuhan Kuil Naga, dan berjuang melawan roh "Koru" yang menghalangi segel suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinjeki No Yuri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan untuk Mendaki Puncak Perak demi Menemukan Hati Bumi

Udara desa terasa sejuk, namun getaran kegembiraan dan kegelisahan bercampur di hati setiap penduduk Desa Bayangan. Setelah berhasil menutup lima tanda kebangkitan Jiwa Bumi Tua semalam, kini satu tujuan baru menanti yaitu menaklukkan Puncak Perak untuk mencari Hati Bumi.

Di halaman gubuk Nenek Li, Liang Feng berdiri sambil menyeka peluh di dahinya. Sinar matahari memantul dari pedang naga yang terhunus di punggungnya, membuat helaian bulu edelweiss di sabuknya berkilauan. Bai Xue menunggunya di samping, moncongnya menatap hujan embun yang berkilau di rumputnya.

“Nenek Li sudah menyiapkan sarapan.” ucap Liang Feng pada Bai Xue. “Teh jamu akar kelinci terasah hangat dan bagus untuk stamina sebelum pendakian.”

Bai Xue mengepak pelan, menyalurkan aura peraknya sehingga asap jamu menari-nari bersamanya. “Aku lapar sudah.” desisnya lucu. Liang Feng terkekeh, menyediakan satu potong roti gandum dan seteguk teh untuk rubah peraknya.

Tiba-tiba pintu gubuk terbuka, Nenek Li melangkah keluar dengan dua mangkuk sup akar kelinci hangat. Jubah birunya berkibar lembut. “Selamat pagi, anak-anakku. Perjalanan kita hari ini akan berat, tapi kubu suci Jiwa Bumi Tua memanggil. Makanlah, agar perut kalian kuat menahan dinginnya udara di lereng.”

Liang Feng membungkuk dengan penuh hormat. “Terima kasih, Nenek.” Bai Xue menyalin mangkuk kecil, meminum sup perlahan, sambil menatap Liang Feng dengan koin cahaya dalam matanya.

Setelah sarapan, rombongan berkumpul di alun-alun kecil desa. Di sana terdapat dua pertapa muda, beberapa relawan terlatih, lalu beberapa perempuan desa yang mahir meramu ramuan, semuanya berseragam sederhana dengan ikat kepala perak. Di tengah kelompok, Nenek Li membentangkan peta kasar Puncak Perak yaitu sebuah gunung megah yang menjulang di balik lembah kabut.

“Puncak Perak terbagi tiga zona utama.” terangnya sambil menunjuk peta. “Zona Hutan Bambu Tegak di kaki gunung, Zona Tebing Kristal di pertengahan, dan puncaknya yaitu Cakram Hati Bumi. Di sanalah kita akan menemukan intinya.”

Seorang relawan, Wei Xin, mengangkat tangan menerawang peta. “Berapa lama kita akan menempuhnya, Feng-san?” tanyanya bersemangat.

Liang Feng mengukur sudut peta, lalu menjawab dengan mantap, “Perkiraan tiga hari satu malam, dengan dua hari perjalanan naik dan satu hari turun, tergantung dengan cuaca juga.” Ia mengusap dagu. “Kita akan bermalam di Pos Bambu pada malam pertama, Pos Kristal pada malam kedua dan fajar ketiga kita akan bisa mencapai puncak.”

Seorang perempuan desa, Mei Lin, menjulurkan tangan memegang kantung ramuan kecil. “Aku bawa ramuan anti-kedinginan dan penghangat tubuh. Ini untuk kalian yang paling depan.” Ia menatap Bai Xue. “Rubah suci pun mungkin kedinginan di ketinggian.”

Bai Xue menyalurkan aura peraknya, membuat kantung ramuan berpendar lembut. “Terima kasih, Mei Lin.” Desisnya. Liang Feng mengangguk, merapikan map di tangannya. “Baiklah, kita berangkat setelah doa pagi dengan gong suci.”

Di depan gubuk, tiga buah gong suci terpampang dengan lambang naga, rubah dan kura-kura. Nenek Li memukul gong naga tiga kali dengan tongkat kayu putih, kemudian pertapa muda memukul gong kura-kura dan yang terakhir Bai Xue menyiapkan gong rubah, ia menyentuh palu gong kecil dengan moncongnya, lalu memukulnya dengan lembut.

Dentuman gong terakhir bergema, menyalurkan doa pada alam.

> “Langit dan bumi, jagalah kami;

Naga, rubah, kura-kura, tuntun langkah;

Batu, angin, dan kabut, tuntun ke puncak;

Hati Bumi, muncullah terang.”

Rombongan bersorak halus, lalu melangkah berbaris rapi ke jalan setapak. Warga desa bertepuk tangan, sambil melambaikan panji kecil berwarna perak dan ungu yang merupakan warna Jiwa Bumi Tua. Liang Feng dan Bai Xue berjalan di depan, diikuti Nenek Li, para pertapa dan relawan.

Jalan menanjak dibatasi hutan bambu setinggi tiga meter lebih, batang lurus menjulang rapat. Kabut tipis menyusup menutupi pandangan dan akar bambu memutar ke tanah, menciptakan pijakan yang licin. Liang Feng memimpin, sesekali menendang akar, hingga menciptakan jalan kecil.

“Awas licin.” ingatnya. “Kita akan terus menyusuri jalur ini selama setengah hari.”

Wei Xin tiba-tiba terpeleset, kakinya menabrak akar licin dan ia terjungkal ke samping. Beruntung Bai Xue sigap melompat dan menahannya, cakar ringan merangkul lengannya. “Terima kasih.” kata Wei Xin sambil tersipu. “Sepertinya aku terlalu bersemangat.”

Liang Feng menegur ramah, “Kurangi kecepatanmu, Wei Xin. Kita butuh stamina, bukan kecepatan.” Rombongan tertawa kecil, suasana riang menahan capek pendakian.

Di tengah hutan bambu, suara gemerisik daun terdengar asing, seakan ada bayangan roh kecil mengintip dan menguntit dari belakang. Bai Xue menyalurkan aura peraknya, menciptakan kilauan perisai di sekelilingnya. “Roh penjaga hutan, ia hanya memeriksa kita.” Desisnya dengan tujuan menenangkan. Lautan bambu bergetar singkat, lalu sunyi kembali.

Menjelang sore, mereka tiba di sebuah lapangan kecil di tengah hutan yang merupakan Pos Bambu. Tenda-tenda sederhana telah berdiri, dilengkapi tikar anyaman, perapian kecil dan kerangka jaring sebagai penangkal roh. Para relawan segera menyalakan api, sedangkan Mei Lin dan dua perempuan desa mengeluarkan kotak bingkisan berisi roti jagung dan sup akar kelinci hangat.

Liang Feng duduk ke samping api, membuka tasnya dan mengeluarkan gulungan peta kecil. “Kita sudah menempuh satu zona, besok kita hadapi Tebing Kristal.” Ia menatap Nenek Li. “Apa yang harus kita waspadai di sana, Nenek?”

Nenek Li mengangkat gelas kecil berisi teh manis. “Tebing Kristal terkenal dengan pantulan cahaya magis, batu kristal dapat memantulkan ilusi. Kalian akan melihat jalan berakar tapi bukan jalan sebenarnya. Hati harus murni untuk menolak ilusi itu.”

Bai Xue menyalurkan aura peraknya ke tanah, membuat kristal kecil berpendar dan kemudian meredup. “Aku akan menahan ilusi, tinggal kalian fokus pada jejak roh kura-kura.”

Sambil makan sup, Liang Feng menatap wajah anggota timnya. “Istirahat cukup malam ini. Kita berangkat sebelum fajar, agar kabut belum menutupi puncak.”

Saat malam tiba, tenda-tenda berkelap-kelip dengan cahaya obor kecil. Liang Feng duduk di luar tenda bersama Bai Xue, menatap bintang. Angin malam dingin menusuk, tapi wangi api unggun sedikit menghangatkan tubuhnya.

“Aku khawatir.” bisik Liang Feng. “Kita baru menghadapi satu zona, tantangan selanjutnya semakin berat.”

Bai Xue menyentuh bahunya, auranya memeluk lembut dada Liang Feng. “Feng, kau tak sendiri. Aku di sisimu, seperti cangkang roh kura-kura, aku takkan meninggalkanmu.”

Liang Feng tersenyum tipis. “Terima kasih, sahabatku.” Ia menatap pedang naga yang menancap di tanah. “Aku bersumpah akan membawa kita pulang dengan selamat.”

Mata mereka saling bertemu, keheningan malam terasa lebih hangat.

Dini hari berikutnya, rombongan berkemas dengan suara senyap. Kabut tipis masih menutupi pohon bambu, dan suara desir bambu menambah atmosfer mistis. Liang Feng memimpin barisan keluar dari Pos Bambu dan memasuki area Tebing Kristal.

Begitu kabut menipis, tebing kristal muncul terdapat kemilau putih kebiruan memantulkan cahaya rembulan yang tersisa, menciptakan ilusi sudut, bayangan dan bahkan suara gemeretak batu. Seakan tebing itu hidup dan dapat menipu indera kami.

Para relawan terdiam melihat ilusi tangga dan jalan setapak yang berkelok. “Mana jalan yang benar?” bisik Wei Xin dengan panik.

Liang Feng mengangkat pedang, Tianlong Mark berkilau lembut. “Ikuti kilau aura Bai Xue. Jangan percaya penglihatanmu.”

Bai Xue mengepak perlahan, menorehkan aura peraknya di udara. Kilauan lembut memancar sebagai garis imajiner yang mengarahkan ke celah tebing. Rombongan bergerak menapaki kilauan itu, melewati ilusi bebatuan yang memudar saat disentuh aura perak.

Nenek Li berjalan terdepan, sesekali membisikkan mantra penolak ilusi. “Hati murni, tak terpengaruh kilauan palsu.”

Berkat kerjasama manusia dan roh, mereka melewati zona Kristal dengan selamat.

Saat mencapai pertengahan tebing, tanah retak dan gempa kecil mengguncang. Kristal di dinding pecah, menembakkan pancaran cahaya menyilaukan. Liang Feng menutup mata sesaat, lalu melangkah mengikuti moncong Bai Xue yang memancarkan perisai aura.

“Perlahan.” ucapnya. “Biar aku dan Nenek Li dulu, kalian menahan bebatuan.”

Dua relawan memegang tombak dan tongkat, menciptakan cincin perlindungan batu. Setiap kali bongkahan kristal runtuh, pancaran cahaya ditahan oleh gelombang Tianlong Mark dan aura perak Bai Xue.

Gempa mereda, mereka selamat dari ujian ini. Melewati dinding retak yang terpancar kilau perak lembut, menuntun ke jalan setapak yang menurun menuju lembah tinggi di dekat puncak.

Malam kedua di Pos Kristal, suhu menurun drastis. Tenda dipanaskan oleh obor asap biru Mei Lin, sementara para pertapa menyiapkan ramuan hangat. Liang Feng dan Bai Xue duduk berhadapan, membagi satu mangkuk sup akar kelinci.

“Ayo istirahat yang cukup.” ucap Liang Feng. “Esok fajar kita harus capai Puncak Perak.”

Bai Xue menyalurkan aura peraknya dari dalam mangkuk sup, lalu menggelegak lembut. “Semoga Hati Bumi menunggumu.” Desisnya.

Rasa kantuk menjemput dan satu persatu mereka tertidur di tenda.

1
Oertapa jaman dulu
Menarik dan berbeda dg cerita lainya
Awal cukup menarik... 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!