Lisa terpaksa ikut kekampung suami nya setelah usaha mereka bangkrut total, namun setelah sampai kampung ia malah di buat tercengang melihat keadaan rumah yang di pandangan dia amat mengerikan sekali.
Di tambah setiap malam ia selalu bermimpi seram, kuburan yang ada di tengah rumah terasa sangat menyeramkan. kata Harun itu adalah kuburan Nenek moyang nya, jadi tidak bisa mau di pindah.
Mampu kah Lisa bertahan dari gangguan?
Atau Lisa akan menyerah akibat takut dan juga ngeri melihat penampakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Sudah di lihat
"Ngapain kita kesini, Pur?" Maharani menatap rumah yang sangat besar itu.
"Ibu sibuk menyuruh ku untuk melihat keadaan rumah ini, dia tidak percaya dengan ucapan ku!" sahut Purnama.
Maharani dan Nilam tidak tau apa apa soal rumah ini karena mereka berdua adalah setan yang sama sekali tidak punya urusan dengan setan lain, beda dengan Purnama yang sering di suruh oleh Bu Laras untuk berbuat kebaikan menolong orang orang yang berurusan dengan hal ghaib tentu nya.
Jadi ya sering kesana kemari dan kasus yang mau di tangani nya sekarang adalah masalah Nilam, tapi belum selesai dan malah dapat satu lagi ini. sesuai dugaan nya dia dan Purnama juga sudah bilang pada Ibu nya bahwa ini pesugihan ular, tapi Bu Laras kekeh menyuruh agar dia datang dulu untuk memastikan lebih jelas apa kah memang pesugihan ular yang dulu pernah di anut Eyang Sundari.
"Ibu itu suka ngeyel kalau di bilangi, orang memang ini pesugihan ular!" rutuk Purnama.
"Wih berani sekali kau merutuk pada Ibu, mau jadi ular kundang kau?" sengit Maharani.
"Anaconda enggak sih, Ran?" Nilam tidak tau ular kundang.
"Kok anaconda? kan kalau manusia malin kundang, berhubung dia ular ya jadi lah ular kundang!" jelas Maharani.
"Oh gitu, baru tau aku kalau bisa berubah begitu." Nilam rasa nya mau tertawa sekarang.
Yang di katai ular kundang langsung melirik sengit dan bila saja tidak ingat ini Kakak nya maka sudah habis di banting nya kebawah sana, apa lagi sekarang mereka sedang berdiri di atas pagar dengan gaya setan lah tentu nya karena mereka memang setan, kecuali yang satu ini karena masih ada sedikit darah manusia.
"Nah kebadaraan nya setan di mana?" tanya Nilam menatap kesana kemari.
"Kebadaraan?!"
Maharani dan Purnama saling tatap karena tidak tau arti yang Nilam sebutkan tadi, sedangkan yang menyebut juga nampak bingung dan sedang berusaha mencari kata kata yang tepat untuk memperbaiki nya sekarang. sudah pasti lidah nya typo sehingga mengucapkan kata aneh, sampai dua teman nya saja tidak tau arti tersebut.
"Keradaban eh anu, keberadaban?" Nilam masih bingung.
"Adab siapa yang kau cari?" Purnama mengira adab.
"Ah bukan! aduh lidah ku kok jadi susah sekali mau ngomong." keluh Nilam.
"Keberadaan." Maharani yang akhirnya paham soal pertanyaan Nilam.
Baru setelah itu Nilam mengangguk pas karena memang mau bertanya keberadaan nya setan yang menghuni rumah ini, tak lama malah datang dua motor beriringan yang tidak lain adalah Harun dan Lisa. mereka baru pulang dari rumah kosong, Lisa juga tidak tau kalau yang menolong dia saat itu adalah Purnama.
"Aku akan menunggu kesempatan untuk menampar wajah wanita itu!" geram Maharani.
"Tunggu saja saat nya, Ibu menyuruh ku menolong dia." gumam Purnama.
"Ya sudah selesai kan dulu masalah ku, baru kau urus dia." ajak Nilam.
"Kasus mu masih lama, bisa jadi duluan masalah ini yang selesai." jelas Purnama.
"Yah baik lah, asal kan kau yang menangani nya maka aku akan terima." Nilam pasrah saja.
Ketiga nya segera pergi dari sana setelah melihat Harun dan Lisa pulang karena Purnama yang malas melihat wajah Lisa, lagi pula setan yang di cari nya sedang tidak ada. dia adalah iblis yang menjadi momok pesugihan Eyang, jadi Purnama mau langsung pergi saja.
"Kakak itu juga ular, tapi dia lebih cantik dari pada Tante." Elia menatap Purnama dari balkon nya.
"Tapi kok Kakak itu tidak takut berteman sama ua setan seram ya? ih seram sekali yang dua, semoga Kakak cantik itu tidak tertular jadi jelek." harap Elia.
Wujud Maharani dan Nilam memang lah sangat seram sehingga siapa pun yang melihat nya pasti akan pingsan, bahkan yang pingsan akan bangun lagi lalu lari pontang panting karena sangking takut nya melihat wajah mereka yang sangat seram bukan main tentu nya.
"Ayo duduk sini, biar Mas ambil kan minum." Harun berlari mengambil air untuk istri nya yang pucat.
"Apa Elia sudah tidur, Mas?" Lisa teringat anak nya.
"Tadi belum saat Mas tinggal, tapi kalau sekarang mungkin sudah." jawab Harun.
"Aku mau langsung kekamar saja lah ganti baju, ini malah masuk angin." Lisa berjalan tertatih tatih naik tangga.
"Iya biar Mas bantu!" Harun memapah istri nya dengan susah payah.
Naik lah mereka kelantai dia menuju kamar, di kamar nya Elia sedang duduk menunggu karena barusan memang dia baru dari balkon menikmati pemandangan yang sangat indah karena ada rintik hujan turun membasahi bumi.
"Mama dari mana kok lama sekali? Elia di tinggal sama Papa gara gara mau cari Mama!" Elia protes.
"Kamu diam lah kalau tidak tau apa apa, Elia!" Lisa malah membentak anak nya.
"Kamu kok malah marah sama Elia? harus nya aku sama Elia yang marah karena kamu main lupa waktu." Harun kesal juga lama lama.
"Maka nya jangan langsung protes saja, tunggu aku cerita baru kalau mau protes silahkan protes mulut mu itu!" bentak Lisa tambah keras sembari meraih handuk nya.
Elia yang melihat orang tua nya bertengkar langsung terdiam menahan tangis, bahkan tanpa banyak tanya lagi dia pun pindah kekasur milik nya dan berbaring di sana. Harun menarik nafas panjang, dengan lembut mengusap rambut anak gadis nya.
"Mama lagi ketakutan saja maka nya jadi marah marah begitu." ujar Harun lembut.
"Mama kenapa kalau marah pada apa pun selalu di lampiaskan pada Elia, Pa?" gadis kecil ini menangis.
"Bukan begitu kok, pasti besok kalau sudah tenang maka Mama akan minta maaf." bujuk Harun.
"Ys udah, Elia mau tidur saja kalau begitu." Elia memejamkan mata.
Di tepuk tepuk bokong kecil putri nya agar segera tertidur dan nanti Harun akan mengajak Lisa bicara, anak mereka lelah menunggu dan mungkin saja cemas karena Lisa tak kunjung datang. tapi begitu pulang malah langsung kena marah, pasti lah hati nya sakit juga.
"Keterlaluan kau, Lisa!" batin Harun yang selama ini memang banyak mengalah.
"Istri mu akan besar kepala bila terus kau biarkan, sekali kali kau harus memberi nya pelajaran agar dia jera." bisik suara hati Harun.
"Yang punya uang sekarang adalah kau, kau harus berani mengambil sikap pada istri mu agar kau tidak semakin di pijak!" bisik suara itu lagi.
Harun menelan ludah nya susah payah karena dia mulai termakan dengan suara hati itu, bila di turuti maka dia bisa mengambil sikap tegas pada Lisa. takut nya Lisa akan membangkang karena Lisa keras kepala, sudah pasti akan terjadi pertengkaran yang sangat hebat.
Jangan lupa like dan comen nya ya guys, terima kasih dan semoga kalian sehat selalu semua nya.