NovelToon NovelToon
Kesayangan

Kesayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: MalyaIgus17

Jadilah milik ku maka akan ku singkirkan apapun yang membuatmu ragu. aku juga bisa membawa mu keluar dari semua masalah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MalyaIgus17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Jalan Keluar

Galih duduk dengan canggung di sisi ranjang single milik Cinta. duduk diam menunggu Cinta menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnya.

Galih perlu penjelasan atas apa yang dia lihat hari ini, tapi perasaan tidak nyamannya mendominasi. Dia hanya ingin menghilang saat ini, belum siap untuk mendengar penjelasan apapun.

Pikirannya penuh dengan prasangka. Galih sadar bahwa seharusnya dia tidak seperti itu tapi, apa yang dia lihat berlebihan menurutnya.

Galih bangun dari duduknya, dia kalah dengan segala prasangkanya. Dia hanya ingin menjauh sebentar saja, dia akan tetap mendengar penjelasan Cinta. Tapi tidak sekarang.

Mulai timbul penyesalan, seharusnya dia memang tidak keluar rumah malam ini. Seharusnya dia diam saja di rumah malam ini, seharusnya dia menuruti saran sang mama untuk tetap beristirahat malam ini.

Tapi pikiran buruknya mengenai apa pun yang akan dilakukan Cinta dengan lelaki itu membuatnya frustasi.

Galih akan membuka pintu disaat Cinta keluar dari kamar mandi.

keduanya saling pandang dengan Cinta yang masih memegang handle pintu kamar mandi untuk di tutup sedangkan Galih memegang handle pintu untuk dia buka agar bisa keluar.

Cinta melihat itu " Kenapa enggak duduk bang..?" melepas handuk yang membungkus kepalanya. Memulai mengeringkan rambutnya dengan gerakan santainya.

Galih semakin tidak sabar melihat sikap santai Cinta. Galih bernafas dengan kencang seolah menahan sesuatu yang siap meledak.

Cinta yang sadar Galih tetap berdiri di tempatnya, mematikan hairdryer dan mendekat ke arah Galih.

"Kenapa hanya berdiri...?" sebuah tanya yang berhasil menyadarkan Galih dari kemelut pikirannya.

"Abang boleh tanya Cinta soal apa pun, jangan menahan diri karena Cinta..!"

Galih menunduk seolah dari wajahnya semua yang dia pikirkan terbaca.

"Kenapa harus menunggu Abang bertanya..?" mengembalikan kata, yang menurut Galih dalam situasi ini seharusnya Cinta yang berusaha meyakinkannya.

"Kalau Cinta cerita, apa yang Cinta ceritakan belum tentu sama dengan yang Abang ingin tau.." Cinta hanya bingung memulai dari mana. Menurutnya tidak ada hal yang harus diceritakan karena pada dasarnya memang tidak ada hal yang dia lakukan yang menurutnya salah.

"Boleh Cinta peluk Abang..?" Galih mengerjapkan matanya bingung.

Peluk?, kenapa sekarang?

Bahkan sesuatu yang sangat Galih sukai pun terdengar mencurigakan dalam situasi ini.

"enggak boleh ya..?" menyimpulkan karena Galih tetap diam saja.

Galih menunduk sejenak bingung harus bereaksi seperti apa. Dia menginginkannya tapi dia perlu memastikan sesuatu terlebih dahulu.

"Dia teman Cinta, namanya Ifan. Kebetulan dia datang dari kampung yang sama dengan Cinta. Kebetulan ketemu siang tadi di restoran waktu Cinta sedang sama Gea dan Luna. Setelahnya selesai..." Cinta menjeda ceritanya menunggu reaksi Galih. Tapi tidak ada reaksi apapun. Galih tetap melihatnya datar.

Cinta menggenggam tangan Galih dan kemudian menariknya, memaksa Galih duduk di sisi ranjangnya.

"Cinta lanjut ya, enggak tau gimana ceritanya dia bisa sampai di Butik. Cinta ketemu lagi dia disana, bahkan dia menunggu Cinta pulang kerja. Karena alasan sudah malam dan Cinta enggak bisa menolak itu bahkan sekedar menutupi dimana Cinta tinggal, sudah malam soalnya dan Cinta lelah. Perlu istirahat segera...!"

Menggigit bibirnya pelan atas diamnya Galih membuat Cinta tidak tau harus seperti apa. " Cinta enggak pernah ngasih tau dia soal apapun bang, hanya karena dia teman lama Cinta. Cinta juga tidak bisa mengacuhkan nya begitu saja. Terserah Abang percaya atau tidak, tapi menurut Cinta, Cinta tidak salah disini...!" menutup kalimat panjangnya.

Bahkan rambut basah Cinta tidak lagi dia pikirkan. "Abang kemana aja?, Cinta pengen lebih agresif hubungin Abang tapi Cinta takut ganggu Abang...!"

Kali ini topik lain, Cinta sengaja menanyakan hal lain berharap Galih bisa melupakan soal Ifan. Terlebih tidak ada tanggapan apapun atas ceritanya.

Menghembuskan nafasnya " Keringkan rambut mu dulu...!"

Seolah tersadar Cinta meraba rambutnya. Baju kaos yang dia kenakan juga sudah basah bagian pundak sampai punggung karena rambutnya.

Cinta dengan cepat berdiri mengambil handuk kecil dan mengeringkan rambutnya dari air yang berlebih. Setelah yakin berkurang baru Cinta kembali mengeringkan dengan hairdryer.

Galih melihat itu, semua pergerakan kecil Cinta dia perhatikan. Perasaan tenang soal Cinta tapi soal yang lain tidak sama sekali.

Kalau benar apa yang di katakan Cinta, berarti laki-laki itu ada maksud lain sampai menunggu selama itu. Tentu saja dengan dalih teman lama.

Cinta kesusahan mengeringkan bagian belakang kepalanya, melihat itu Galih beranjak dan mengambil alih hairdryer nya. Mengeringkan dengan hati-hati karena hawa panas yang keluar lumayan terasa.

" Jadi Abang kemana beberapa hari ini...?" Cinta berbalik setelah bagian belakang terasa lebih kering. Sekarang bagian depan di atas kepalanya juga perlu di keringkan sampai dengan poni nya.

Cinta menyentuh ujung jaket yang di pakai Galih bahkan kepala Cinta sejajar dengan pinggang Galih yang tengah fokus mengeringkan rambutnya.

Cinta menunduk berpegangan pada ujung jaket Galih, merasa sedih karena sudah dua kali dia bertanya dan tidak mendapat kan jawaban apa pun.

"Abang kerja, dan baru selesai kemarin malam. Dan kerjaan Abang tidur sampai dengan tadi sore...," menjelaskan intinya membuat Cinta mendongak melihat wajah datar kekasihnya.

"maaf enggak hubungin kamu. Abang tidak sempat, tapi lain kali Abang akan berusaha untuk tetap menghubungi kamu meski tidak se intens biasanya..."

Cinta tersenyum dan mengangguk. Dia tidak punya hak untuk marah, apalagi alasan kekasihnya adalah bekerja. Dan Cinta tidak berusaha memastikan apakah kekasihnya benar-benar bekerja atau tidak.

Dia percaya sepenuhnya.

"Kamu boleh menghubungi Abang kapan pun. Tapi kalau Abang balasnya lama itu artinya Abang sedang bekerja...!"

"Iya..." Cinta tersenyum sumringah.

"Abang udah enggak marah soal Ifan kan..?" hanya memastikan saja.

"Marah lah, kamu selalu berusaha menutupi soal tempat tinggalkan mu. Dan kamu membiarkan dia tau cukup membuat Abang tidak nyaman..."

"maaf, Kalau Cinta enggak jujur. Takutnya dia maksa Cinta untuk ngantar pulang. Cinta enggak punya tujuan lain, enggak mungkin Cinta ke rumah Paman kan...?"

Menunduk sedih. " Ke depannya Jangan berurusan sama dia entah sengaja atau tidak, Abang enggak suka. Setelah ini biar Abang yang urus dia...!"

Cinta seketika berdiri, " Abang mau ngapain?" spontan bertanya, karena terkejut dengan kalimat kekasihnya.

"Kamu khawatir...?" bertanya namun tangannya memastikan hairdryer agar suaranya tidak mengganggu terlebih rambut Cinta juga sudah kering.

"Bukan gitu bang, Hanya saja Cinta takut..."

"kamu enggak percaya sama Abang..?" memotong ucapan Cinta yang belum selesai di ucapkan.

Galih mengangkat dagu Cinta yang tertunduk seolah tertangkap basah. Tapi sungguh Cinta sama sekali tidak khawatir. Tapi dia merasa takut dan tidak percaya dengan Galih. Bisa saja dia melakukan sesuatu yang nantinya akan merugikan dirinya sendiri.

Galih menarik tangan Cinta dengan tangan satunya mengangkat dagu Cinta memastikan Cinta mendekat ke padanya. Setelah jarak terkikis, Galih mendaratkan bibirnya pada bibir Cinta.

Cinta membuka matanya sempurna karena terkejut. Hanya menempel saja, setelahnya Galih melepaskan kembali.

"Ingatkan Abang kalau Abang kelewatan...!" berucap sebelum menekan pinggan Cinta untuk kembali mendaratkan bibirnya. Kali ini lebih berani, Galih merasai bibir kecil Cinta.

Galih memaksa bibir itu terbuka dengan lidahnya, dalam dua kali percobaan akhirnya Cinta memberikan akses. Dan untuk pertama kalinya Galih berani sejauh ini.

Melumat bibir kecil itu, merasai apa yang ingin Galih rasai. Sedang Cinta seolah pasrah menerima. tangan dan pinggangnya di tahan membuatnya tidak bisa menjauh.

Diam Cinta, Abang bisa marah kalau kamu tidak bisa kerjasama..

Memejamkan matanya Cinta memilih menikmati apa yang dilakukan kekasihnya. Ini pengalaman pertama untuk mereka. Setidaknya pengalaman pertama mereka senekat ini.

☘️

☘️

☘️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!