Roy laki laki berusia 23 tahun yang baru saja terkena PHK, mencoba mencari pekerjaan baru namun tidak kunjung dia dapatkan. Kerasnya ibu kota membuat Roy harus bertahan dengan segala cara. Apa lagi dia adalah seorang perantauan. Apakah Roy bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cy_Ud, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Mama
Kini seorang wanita tengah bermenung dan berdiam diri di balkon apartementnya. Duduk meringkuk dengan kedua kakinya ditekuk merapat kedada diatas kursi dengan secangkir coklat panas terletak diatas meja disebelahnya. Pikirannya melayang merasuk dalam keheningan malam yang tidak indah. Langit malam ini tak berbintang rembulan pun enggan mengintip, hanya cahaya dari kendaraan berlalu lalang dan penerangan kota terlihat kecil dari lantai 23 tempat Clara berada sekarang.
Kulitnya yang putih mulus seakan dibiarkan diterpa oleh angin malam yang dingin dan tidak bisa mendinginkan hatinya yang panas. Dalam benaknya masih terus terbayang kejadian tadi siang dengan kelakuan sang kekasih yang tertangkap basah tengah enak enakan bersama seorang wanita lain yang tidak lain adalah temannya sendiri.
Clara terus bermenung dalam kegalauannya yang tidak menentu. Disatu sisi dirinya merasa dikhianati dan tersakiti, tetapi disisi lain dirinya merasa bersyukur karena mengetahui lebih awal sisi buruk kekasihnya yang akan bertunangan dengannya itu.
Ditengah kegalauan yang dia rasakan gadis cantik itu kembali teringat kata kata yang diucapkan laki laki yang baru dia kenal. "Hidup laki laki itu isinya hanya ada tuntutan, tanggung jawab dan pertanggung jawaban. Lalu tentang salah dan selalu menjadi pihak yang disalahkan. Sisanya hanya lamunan dan harapan".
Seketika terlintas begitu saja wajah seorang pria yang bisa menenangkan pikirannya itu seolah olah menjadi obat penawar dari apa yang dia rasakan. Senyuman, tingkah konyol, slengean, dan gaya bicaranya random banget membuat Clara tersenyum sendiri membayangkannya.
"Kenapa aku malah kepikiran Roy. Tapi saat bersamanya kenapa hati ku terasa damai dan nyaman. Apa aku jatuh cinta.. Ah tidak mungkin lagian cowok kayak Roy itu pasti baiknya di awal aja ntar lama lama dia juga ngelunjak Sama seperti Vino. Tapi kalau dipikir piker baiknya tulus." monolog Clara berperang sendiri.
Ting....tong.......
Sebuah suara bel petanda ada seseorang di ambang pintu luar membuyarkan lamunan Clara. "Siapa yang datang malam gini. Palingan Vino yang mau jelasin hal yang menjijikkan itu," kembali monolog Clara bergumam enggan untuk beranjak dari tempat duduknya yang kini dirasa nyaman.
Ting....tong.....
Kembali bel dipencet oleh orang yang berada di luat pintu apartement milik Clara. "Duh siapa sih...," ucap Clara dengan malasnya bangkit menuju ambang pintu untuk melihat siapa gerangan yang datang.
Cklek...pintu pun terbuka terlihat berdiri seorang wanita tua namun masih anggun dan mempesona karena perawatan dan wajah blasterannya.
"Mama," ucap Clara terkejut.
"Sayang....kamu kemana aja dari tadi mama hubungi ngak bisa bisa, Mama cemas takut terjadi apa apa sama kamu," ucap Bu Nani ibu dari Clara yang langsung memeluk putri semata wayangnya.
"Eit tunggu... Ini kening kamu kanapa nak.. kok ada perbannya, coba Mama lihat," kembali Bi Nani menyelidiki keadaan tubuh anaknya.
"Mama masuk dulu!!! Nanti Clara ceritain. Mama kesini sendiri??? Papa mana Ma??" ucap Clara mengajak ibunya masuk untuk melanjutkan obrolan mereka.
"Papa mu lagi ke Kalimantan ada urusan pekerjaan besok baru kembali," jawab Bu Nani sambil berjalan mengiringi anak perempuannya yang memutuskan untuk tinggal di apartementnya sendiri karena ingin belajar mandiri.
Setelah duduk di sofa yang ada ruang tamu Clara dan ibunya saling berbagi cerita. Ibu dan anak itu terus mengobrol. Clara menceritakan semua kejadian yang dia alami mulai dari kecelakaan handphonenya rusak dan juga memberitahukan pada sang ibu tentang Vino kekasihnya yang tertangkap basah selingkuh dengan teman Clara sendiri.
Malam ini ibunya meminta Clara untuk pulang kerumahnya. Karena besok kakeknya akan datang karena ada permasalahan keluarga yang mau dibahas dan Clara harus hadir. Awalnya gadis cantik itu menolak dan mengatakan akan datang besok pas acara, tetapi dengan bujukan dari sang ibu akhirnya gadis itu luluh juga dan malam ini ikut bersama untuk kembali kerumahnya.
*****
Di kediaman tante Tati, kini penghuni rumah yang semuanya perempuan tengah makan malam bersama. Moment yang jarang terjadi semenjak mereka punya kesibukan sendiri sendiri. Sang ibu yang merupakan kepala keluarga di rumah tersebut selalu sibuk dengan bisnis dan usahanya. Terkadang saat waktu makan malam tiba sang ibu belum juga pulang kerumah atau malah ketiduran dikamarnya karena telah lelah beraktifitas disiang hari.
Bahkan di hari libur pun sang ibu juga masih sibuk mengurusi pekerjaannya. Mereka sudah biasa menghabiskan waktu di kamar dan makan sendiri sendiri meski tinggal satu atap. Kehangatan akan layaknya sebuah keluarga telah lama hilang.
Tapi hari ini sangat berbeda semenjak sang ibu pulang siang tadi. Sang ibu seolah olah berusaha kembali mendekatkan diri pada sang anak bahkan mereka bertiga menghabiskan waktu bersama di kamar Sinta. Mereka asyik mengobrol segala macam bahkan sampai urusan percintaan anak anaknya yang telah beranjak dewasa.
Biasanya Sinta selalu mengurung diri dikamarnya entah apa yang di lakukan. Dara juga sibuk dengan urusan sekolah dan pacar barunya. Kini setelah satu minggu tidak bertemu karena kedua anaknya liburan ke negeri tetangga. Sikap ibu mereka seolah olah berubah secara drastis membuat kedua anaknya terheran, karena dari awal bertemu sang ibu terlihat penuh semangat dan lebih ceria dari sebelum sebelumnya.
Setelah makan malam tante Tati mengajak kedua anak perempuannya keruang tv untuk melanjutkan obrolan antara ibu dan anak membahas hal hal yang terkadang ngak begitu penting namun dengan begitu kehangatan keluarga tanpa sosok laki laki ini terasa semakin hangat.
Bahkan tante Tati juga mengajak anaknya untuk tidur bersama, hal yang telah lama sekali tidak terjadi semenjak mereka tinggal dirumah yang ditempai sekarang ini. Tentu saja dengan antusias kedua anaknya mengiyakan karena suasana seperti ini adalah moment yang sudah lama dirindukan.
Kini malam telah berlalu digantikan oleh pagi dengan langit terlihat indah dan sinar mentari begitu cerah. Pagi ini dua anak perempuan tante Tati sedang menikmati secangkir susu panas di pinggir kolam renang yang ada dirumah mereka. Sedangkan sang ibu tengah beryoga tidak jauh dari tempat mereka duduk.
"Kak apa kah Sinta menyadari kalau Mama dari kemaren agak lain," ucap Dara pada kakak perempuannya yang sibuk dengan gaway ditangannya.
"Lain gimana dek???biasanya mama juga yoga kalau ada kesempatan," balas Sinta yang memang selalu acuh terhadap penghuni rumahnya.
"Apa Kakak ngak menyadari kalau Mama mulai kembali care sama kita. Mama mau makan malam bareng, cerita cerita, dengerin curhat kita. Bahkan pagi ini mama terlihat begitu ceria dan penuh sangat," tukas Dara menjelaskan pada kakak perempuannya yang lebih dulu peka terhadap perubahan sikap sang ibu walau belum genap satu hari.
"Emang dimana anehnya dek, kan bagus kalau gitu," kembali Sinta menanggapi namun tanpa menatap adiknya yang berada diseberang meja tempat dia duduk.
"Ih... Kakak ne selalu acuh terus. Tapi aku berharap Mama seperti ini terus kedepannya kak. Aku harap susasana ini terus selamanya ngak hari ini aja. Karena semenjak perekonomian kita bangkit Mama jadi sibuk terus dan seperti ngak peduli sama kita anak anaknya. Hidup di satu rumah satu atap tapi jarang ketemu jarang ngobrol sibuk dengan urusan masing masing," gumam Dara merasa rindu akan sosok ibu yang dulu sewaktu mereka masih kecil dan ekonomi keluarga masih pas pasan.
"Kakak juga harap gitu dek sebenarnya kakak juga merindukan itu. Dulu walau kita hidup pas pasan tapi rasanya bahagia karena Mama selalu ada untuk kita. Sekarang kita punya segalanya tapi rasanya hambar karena Mama yang sibuk terus. Walau dia sibuk itu buat kita tapi uang yang dia berikan tidak bisa melengkapi kebahagian kita," ucap Sinta seakan tersadar dari kata kata sang adik.
“Betul kak. Biar bagaimana pun dia tetap Mama yang hebat. Meski kita tidak punya ayah namun Mama selalu berusaha untuk kita", kembali Dara berucap menatap sendu pada sang ibu yang sedang meditasi dan hanya terlihat punggungnya.
"Atau jangan jangan Mama lagi jatuh cinta kak, karena lagi kasmaran makanya Mama gitu buat ambil hati kita agar bisa nerima calonnya Mama," oceh Dara menerka nerka.
"Apaan sih dek ngak mungkin. Mama terlalu sibuk mikirin nasip kita dan bisnisnya, dan Mama sudah sangat kecewa dengan yang namanya laki laki," balas Sinta.
"Eh siapa tau kak. Kakak aja yang ngak tau. Kakak aja ngak pernah pacaran. Orang lagi kasmaran itu akan mengalami perubahan sikap kak. Dia akan lebih ceria semangat kayak Mama kita sekarang ini kak. Coba deh kalau kakak ngak percaya," balas Dara sedikit mengajari kakaknya yang diketahui tidak pernah pacaran meski wajahnya cantik.
"Apaan sih dek.. siapa bilang kakak ngak pernah pacaran." Sinta menjawab tidak mau diremehkan oleh adiknya.
Kedua kakak beradik itu terus berdebat dan bercanda bersama menambah suasana pagi ini makin komplit. Sementara itu tante Tati sedang melakukan meditasi untuk merilekskan pikirannya setelah melakukan beberapa gerakan yoga tadinya. Namun, dirinya malah tersenyum dengan kaki menyilang dan mata tertutup seakan ada yang dia bayangkan atau dia hayalkan dalam pikirannya.