perjalanan anak remaja yang berusaha bekerja keras , namun perjuangannya penuh dengan duri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curug Embun
Gunung Dempo terkenal akan kebun tehnya , di tengah perkebunan ada tulisan besar PAGAR ALAM bila kita melalui rute dusun( kampung) empat lawang.
" wah sejuknya " Lydia memandang penuh pesona hamparan kebun teh , sejuknya udara membuat pori pori tubuh seakan ikut bernapas.
" Rangga dan Lydia serta Silvia bersantai sejenak , di sana sambil menikmati nasi Lemang, nasi ketan yang di masak dalam bumbung bambu. Nasi khas daerah Pagar Alam.
" abis ini kita kesana yuk" aja Rangga , Nagini tiba tiba menyuruh Rangga ke arah timur pergunungan teh lereng di Gunung Dempo.
" ada apa di sana emang?" tanya Lydia
" ada Curup( air terjun) Embun di sana" Silvia yang menjawab.
" wah boleh ,juga "sahut Lydia senang, di sini pikirannya menjadi fresh kembali dari kepenatan sehari hari di kota.
setelah beristirahat mereka bertiga menuju ke arah yang Rangga maksud tadi.
Curug Embun berada di desa pematang Bungo, di kaki gunung Dempo, mempunyai pancuran air dengan ketinggian kurang lebih 100 meter,
Curug Embun mempunyai aliran air yang kecil, dengan ketinggian seratus meter maka air itu seakan menjadi kabut/ embun saat airnya mencapai permukaan air karena itulah Curug ini di namakan curug embun.
Rangga mengikuti kemana Nagini mengarahkan menyuruh Rangga duduk di atas sebuah batu yang agak jauh ,dengan alasan akan membuang air kecil Rangga berpamitan sebentar dengan Lydia dan Silvia .
saat Rangga baru duduk ,Nagini keluar dan melesat masuk dengan kecepatan tinggi ke dalam sebuah batu yang menempel di dinding.
Di air terjun Lydia dan Silvia asik bercanda sambil menikmati suasana di bawah air terjun ,mereka tak menyadari, Andri ternyata sedang berada di sana, mata Andri terpesona melihat Lydia yang sama cantiknya dengan Silvia, bahkan terlihat anggun dan lebih dewasa dari Silvia
" wah , wah lagi asik nich" Andri bersama dengan ke empat temannya mendekati Lydia dan Silvia ,
" nak ngapo kau( mau apa kamu) Andri?" teriak Silvia begitu tahu siapa yang mendekat .
" siapa dia Via?" tanya Lydia sedikit kesal, karena sedang asik ada yang mengganggu.
" ini anak pak Deri, yang narik sahamnya dari perusahaan ayah" jawab Silvia, ia memang sudah menceritakan semuanya pada Lydia.
" ha ha ha ,jangan sombong Silvia, bentar lagi juga kalian akan bangkrut, dan biji kopi kalian tak akan ada yang membelinya " Andri berkata dengan tertawa ,
" apa maksudmu!" ucap Silvia
" ayahku sudah memboikot semua gudang kopi di Lampung, biji kopi kalian pasti tak ada yang mau menerima nya" Andri tertawa dengan bangga.
" a...apa?" Silvia kaget , namun Lydia dengan santai menepuk bahu Silvia,
" apa nama perusahaan ayahmu?" tanya Lydia santai
" Bintang Jaya Pagar Alam, dan perusahaan milik ayahnya Kencana Jaya Pagar Alam." Jawab Silvia .
Tunggu sebentar " Lydia menelpon beberapa orang dari handphonenya, tak lama ia menutup panggilannya .
" udah beres , sekarang berbalik ,punya dia yang ga bisa masuk ke Lampung," ucap Lydia santai .
" ha ha ha, udah beres , emang siapa kamu, apa kamu pikir aku percaya " ucap Andri sambil tertawa .
" Dah ga usah di ladenin, kita cari Rangga , pamit buang air kecil lama bener, apa kencing batu" gerutu Lydia .
"Hei mau kemana kalian" Andri yang melihat keduanya menjauh dengan cepat berteriak memanggil dan menyuruh teman temannya mencegah mereka berdua.
" tolooong" Silvia sontak menjerit, namun saat itu suasana di Curug Embun memang lagi sepi karena bukan hari libur,
" teriak saja ga akan ada yang membantumu di sini" ucap Andri tersenyum penuh nafsu. berjalan mendekati Lydia dan Silvia yang udah di kepung oleh mereka.
" buk"
" aduuuh"
"Kurang ajar siapa yang menimpuku!" Andri menjerit kesakitan karena sebuah batu mengenai kepalanya,
" aku kenapa " Rangga keluar dari balik batu besar,
" ka...kamu!" Andri memerah menahan marah, melihat Rangga yang keluar ,
hajar dia!" perintah Andri pada teman temannya .
" hiaaat"
Keempatnya dengan cepat menyerang Rangga dengan serentak begitu Andri memerintah mereka.
" hiaaat " Rangga bergerak cepat, mendahului gerakan mereka
bugh
bugh
bugh
bugh
aaargh
aduuuh
Keempatnya mengaduh dan terpental saat serangan Rangga mengenai dada mereka .
" jangan , jangan kesini " Andri yang melihat ternyata Rangga jago beladiri diri berteriak ketakutan saat Rangga mendekatinya.
" dari kemaren gw udah jengkel sam elo!" geram Rangga kesal,
" kraaak"
" kraaak"nya
Aaaaaaargh
Andri menjerit kesakitan saat Rangga mematahkan kedua kakinya,
tak kuat menahan rasa sakit Andri akhirnya pingsan .
" bawa teman kalian cepaaat, sebelum aku berubah pikiran" bentak Rangga , ke empat orang itu dengan menahan sakit mengangkat Andri
" kalian tak apa apa?" tanya Rangga pada Lydia dan Silvia.
" kami ga apa apa, lama amat buang air kecilnya?" tanya lydia .
" tadi salah jalan malah muter jadinya lama kesininya" jawab Rangga mencari alasan.
mereka bermain di Curug Embun sampai sore baru pulang ke rumah Silvia.
Di rumah Silvia , pak Salman sudah beberapa kali mondar mandir bagai gosokan karena Rangga dan Lydia tak juga datang , di tambah Silvia juga ikut pergi membuatnya menjadi bingung mau bertanya sedang no handphone Rangga dia tak punya.
" Assalamualaikum , dari pintu depan terdengar suara Rangga mengucap salam"
" Waalaikum salam , " pak Salman dengan cepat menuju pintu depan dan membukakan pintu.
" maaf pak kami jalan jalan dulu tadi, Lydia ingin melihat kebun teh di gunung Dempo." ucap Rangga
" iya ga apa apa, hanya saja kenapa ga memberi kabar, bapak jadi khawatir takut ada kenapa napa" ucap pak Salman sambil mempersilahkan mereka masuk.
" lho, emang Via ga ngasih tahu, pak?" tanya Rangga , ia tadi menyuruh Silvia memberi kabar pada ayahnya.
" he he he, hapenya low yah, maaf" ucap Silvia nyengir.
" nah kalian istirahat saja dulu," ucap pak Salman.
Silvia mengajak Lydia ke kamarnya setelah mengantar Rangga ke kamarnya .
Di malam hari, beberapa mobil mendatangi rumah pak Salman
" Salman!, keluar kamu !" suara pak Deri terdengar penuh amarah.
" biar aku saja pak!" Rangga yang melihat pak Salman mau keluar langsung mencegah.
" biar kita keluar bersama sama" ucap pak Salman .
" itu orang yang mematahkan kaki Andi mang" salah seorang menunjuk ke arah Rangga .
" Salman , kenapa kamu menyuruh dia mematahkan kaki Andri!" teriak pak Deri
" bukan pak Salman yah menyuruhku, tapi aku sendiri yang ingin mematahkan kaki anakmu!" Rangga yang menjawab pak Deri.
" baik ,sekarang aku juga akan mematahkan kaki kalian semua!" teriak pak Deri , ia membawa lebih dari lima belas orang, walau Rangga jago beladiri pastinya akan kewalahan karena jumlah mereka banyak.
" apa kau tahu kenapa aku mematahkan kaki anakmu?, dia mencoba berbuat tak senonoh pada kedua kekasihku!" bentak Rangga
" aku tak mau tahu, kalian harus membayar kaki anakku yang patah!" ucap pak Deri berteriak
Rangga mengambil gagang kayu yang ada di dekatnya. Dan bersiap menghadapi mereka semua .
salam santun 🙏