Gadis cantik berpenampilan culun bernama Diana sarasvati, dia sudah beberapa kali pindah sekolah karena ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Banyak sekali siswa laki-laki di sekolah lamanya yang menyukainya karena kecantikannya, dan membuat dia dimusuhi oleh teman wanitanya. Untuk menghindari hal tersebut dia merubah penampilannya menjadi culun, dan menjadi siswa baru di SMA Nusa Bangsa. Ternyata di sekolah baru bukan menyelesaikan masalah justru karena penampilannya yang seperti orang culun, banyak teman yang membullynya.
Ada seseorang teman laki-laki tampan namanya Galen Ray Suhendra. Dia salah satu siswa yang mau berteman dengan Diana, dan membela Diana saat dibully.
Untung saja Diana siswa yang pandai, dan karena kecerdasannya itu mengharumkan nama sekolah. Dan semenjak itu dia mulai mempunyai teman banyak, walaupun masih ada yang tidak suka dan membully.
Mari kita simak bagaimana perjuangan Diana menghadapi teman- temannya, apakah Diana akan merubah penampilannya lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman Lagi Untuk Diana
Pagi hari saat hendak berangkat ke sekolah, Mamah Airin menatap tajam Diana karena tidak merubah penampilannya.
"Mamah, kesurupan ya? kok lihatin Diana gak pakai kedip," ucap Diana sembari berdandan seperti biasanya.
Mamah Airin tidak menghiraukan ucapan putrinya, beliau kesal karena Diana masih berdandan seperti orang culun.
Diana kemudian berpamitan untuk berangkat sekolah, dia berangkat dengan sepeda lagi. Kebetulan Papahnya sudah berangkat ke kantor sejak pagi tadi, ada keperluan dengan rekan kerjanya jadi tidak bisa mengantarkan Diana berangkat sekolah.
Mamah Airin ingin sekali rasanya melarang Diana berangkat dengan sepeda, tetapi beliau masih kesal dengan putrinya. Kemudian beliau mengambil ponselnya, untuk menghubungi Ray agar menjaga Diana.
Di tengah perjalanan Diana mengayuh sepedanya sambil bernyanyi, suara klakson mobil membuatnya kaget dan hampir membuatnya terjatuh.
Pengendara mobil itu turun dan menghampiri Diana, dia meminta Diana untuk berangkat sekolah bareng. Siapa lagi kalau bukan Ray, yang selalu memaksa Diana.
"Ray! kamu hampir membuat ku terjatuh," ucap Diana menatap tajam Ray.
Ray langsung merebut sepeda Diana, dan menitipkan di depan sebuah toko. Dia tidak peduli dengan teriakan Diana, lalu memaksa Diana masuk ke dalam mobilnya.
"Ray! kamu apa-apaan sih!" teriak Diana ketika Ray menarik tangan Diana untuk membawanya masuk ke dalam mobil.
"Diam! jangan banyak bicara, nanti kita terlambat," kata Ray.
Setelah berhasil membawa Diana masuk ke dalam mobil, ia melajukan mobilnya dengan kencang. Kebetulan waktu hampir habis, kalau tidak buru-buru mereka bisa terlambat.
"Woy... pelan-pelan bawa mobil!" teriak satpam sekolah saat hendak menutup pintu gerbang.
Diana marah dengan Ray, karena dari tadi Ray tidak berucap sepatah katapun. Dia mengambil tasnya lalu meninggalkan Ray yang masih berada di dalam mobil.
Setelah Diana pergi, Ray menghampiri satpam sekolah. Dia meminta maaf atas tindakannya yang sangat berbahaya tadi. Untung saja satpam sekolah itu sabar dan baik, beliau memaafkan Ray dan menyuruh untuk segera masuk ke dalam kelas agar tidak terlambat.
Ray sangat berterimakasih pada satpam itu, lalu dia menyusul Diana masuk ke dalam kelas.
Beberapa menit kemudian bel masuk kelas berbunyi, semua siswa sudah masuk ke dalam kelas masing-masing. Bu guru yang mengajar di kelas mereka juga sudah memasuki kelas.
"Anak-anak kita ulangan harian! siapkan buku ulangan kalian," ucap Bu Mirna selaku guru di kelas Ray dan Diana.
"Bu, kenapa mendadak? kita belum belajar," protes Siska yang memang tidak pernah belajar kalau tidak disuruh atau ada ulangan umum.
Bu Mirna menjelaskan pada Siska, kalau beliau sebelumnya sudah pernah mengatakan kalau akan ada ulangan dadakan jadi siswa disarankan untuk belajar di rumah setiap hari.
"Emang di rumah kita gak ada kegiatan lain apa! seenaknya nyuruh belajar," gerutu Siska.
Bu Mirna tidak mempedulikan siswa yang bandel itu, beliau langsung membagikan kertas kosong dan lembaran soal. "Silahkan kerjakan! waktu kalian tiga puluh menit," ucapnya sembari membenarkan kaca matanya.
"Diana, bisa kasih contoh tidak cara mengerjakan," ucap Maura yang duduk dibelakang Diana.
Kebetulan Siska mendengar ucapan Maura walaupun dengan berbisik, dia lalu mengadukan pada Bu Mirna. Sehingga membuat Bu Mirna marah, dan meminta lembar jawaban milik Diana dan Maura.
"Diana, Maura, kalian maju ke depan!" perintah Bu Mirna.
Diana menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi pada Bu Mirna, tetapi beliau tetap tidak percaya begitu saja dengan penjelasan Diana. Begitu juga dengan Maura yang berusaha meyakinkan Bu Mirna kalau dirinya yang salah, sudah meminta bantuan pada Diana. Walaupun Diana belum sempat menjawab, Siska sudah melaporkannya.
Bu Mirna tetap menghukum Diana dan Maura, mereka berdua diminta untuk mengerjakan ulangan di perpustakaan dan mengerjakan tugas menyalin jawaban sebanyak 10 lembar.
Siska merasa menang karena sudah berhasil membuat Diana dan Maura dihukum. Dia dan Cika lalu tertawa, sampai ada siswa lain yang menyuruhnya untuk diam.
Ternyata Bu Mirna juga hendak memberikan tugas bagi siswa yang nilainya buruk, agar mereka juga belajar saat di rumah.
Ray mengumpulkan lembar jawabannya lebih dulu, dia sudah selesai mengerjakan dengan cepat. Walaupun tidak belajar tetapi Ray bisa mengerjakan, karena dia merupakan siswa yang pandai.
Waktu mengerjakan sudah habis, tetapi Siska dan Cika belum juga mengumpulkan jawaban mereka. Bu Mirna menghampiri mereka, ternyata keduanya tidak bisa mengerjakan. Siska mengatakan kalau dia lupa cara mengerjakan, sedangkan Cika mengatakan kalau soalnya tidak jelas. Alasan mereka berdua membuat Bu Mirna menggelengkan kepalanya, beliau lalu mengambil buku yang sangat tebal dan meminta keduanya untuk belajar. Khusus untuk mereka berdua akan ada ulangan mendadak lagi.
Di perpustakaan Diana dan Maura sudah menyelesaikan hukuman mereka, lalu menyerahkan ke petugas perpustakaan. Mereka kemudian pergi ke kantin, karena sudah lapar. Tenaga mereka sudah habis terkuras untuk berfikir dan mengerjakan tugas.
"Maura, bagaimana keadaan Mamah kamu?" tanya Diana saat berada di kantin menunggu pesanan mereka.
"Alhamdulillah sudah boleh pulang, tinggal pemulihan saja," kata Maura. Terimakasih ya, kamu sudah mau menjenguk Mamah ku," lanjutnya.
Ray tiba-tiba duduk di sebelah Diana, dia bertanya pada Maura kenapa tiba-tiba baik dengan Diana bahkan begitu akrab.
"Ray, kenapa tanya seperti itu? kita semua teman. Walaupun dulu Maura pernah jahat sama Diana, dia tetap teman kita," kata Diana masih kesal dengan Ray soal kejadian tadi pagi.
"Diam kamu! aku tanya sama Maura," ketus Ray.
Maura menjelaskan semuanya agar tidak salah paham, dia berbuat baik karena nasehat dari Mamahnya dan sudah sadar. Berbuat jahat tidak ada untungnya, justru membuatnya semakin banyak menerima balasan dan hukuman.
Penjaga kantin datang mengantarkan makanan pesanan mereka, beliau melihat wajah Maura tanpa berkedip seperti mengingat-ingat sesuatu. "Non, kamu nanti bayar kan," ucapnya.
Maura lalu meminta maaf kepada penjaga kantin itu, kebetulan waktu tidak membayar dia memang belum punya uang karena Mamahnya sakit.
Ray juga menyahut akan membayar makanan mereka, jika Maura kabur lagi. Penjaga kantin percaya dengan ucapan Ray, karena Ray selalu membayar.
Setelah dari kantin mereka masuk ke dalam kelas, mereka bertiga berjalan beriringan sambil tertawa dan bercanda. Siska dan Cika menatap tajam mereka, karena tidak suka dengan keakraban mereka.
"Culun, gara-gara kamu kita dapat tugas sebanyak ini!" ucap Siska dengan keras membanting buku yang tebal itu di atas meja.
"Kenapa lu, nyalahin Diana! makanya belajar," ujar Ray.
Pertengkaran antara Siska dan Ray pun terjadi, keduanya saling mengolok-olok hingga membuat Diana dan Maura panik. Tidak ada yang berani melerai, karena sudah kebiasaan jika ada yang berantem pasti hanya dilihat lebih dulu.
jangan ngancam donk ray
jangan di sembunyikan dan di zholimi mulu ....