Zella, mahasiswi baru di Universitas Swasta Indonesia telah membuat Leon, ketua BEM yang tegas dan penuh wibawa jatuh cinta pada pandangan pertama saat OSPEK Mahasiswa.
Tidak hanya itu, Levi, seorang dosen jutek, galak, dan tidak banyak bicara yang juga putra pemilik Universitas tersebut juga ternyata diam-diam menaruh hati pada Zella.
Zella yang belum menginginkan untuk berpacaran harus terus menerus mendapatkan teror dari mahasiswi yang mengidolakan Leon dan Levi.
Leon dan Levi pun terus berjuang dengan cara mereka masing-masing untuk mendapatkan hati Zella.
Siapakah diantara mereka berdua yang mampu memenangkan hati Zella?
Adakah Leon atau bahkan Levi yang memenangkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Kini Zella susah berada di mobil Leon, tetapi ia masih memikirkan ucapan Levi. Pernyataan Levi yang sangat cemburu membuat Zella bertanya-tanya salam benaknya.
"Zella," panggil Leon. "Kamu baik-baik aja kan?"
"Aku gak papa kak." jawab Zella.
"Masih kepikiran omongan Pak Levi ya?" tanya Leon dan Zella hanya mengangguk.
"Sikap Pak Levi itu membingungkan. Gak tau ah, bawaannya jadi kesel." ucap Zella.
"Zella, apa mungkin dia ada rasa sama Pak Levi?" tanya Leon dalam hati. "Zella, minggu depan anak BEM ada acara pembinaan anak jalanan. Kamu ikutan ya." ajak Leon. "Aku pastikan Carina gak akan ganggu kamu."
"Oke kak." jawab Zella. "Kita ke mall aja yuk, ada yang mau aku beli." ucap Zella dan Leon menuruti permintaan Zella.
***
Levi membawa mobilnya pulang ke rumah. Sebenarnya ia ingin mengikuti Leon dan Zella pergi, hanya saja Dion mengabarkan bahwa dirinya akan datang ke mansion Levi bersama Renata.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu." ucap Levi saat masuk ke mansionnya.
Renata mengangkat kepalanya dan langsung terpana melihat ketampanan Levi. "Ini yang namanya Pak Levi, pemilik Universitas tempat Dion mengajar?" tanya Renata dalam hati.
"Perkenalkan nama saya Pahlevi Ainsley." ucap Levi dan duduk di samping Dion.
Renata masih diam memandang Levi tanpa berkedip, sampai Dion menyikut tangan Renata. "Ren, perkenalkan diri kamu." bisik Dion.
"Eh, I i ya. Perkenalkan Saya Renata Ozora. Senang bertemu dengan anda Pak Levi." ucap Renata menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan Levi.
"Baik Bu Renata, anda akan menggantikan Bu Karenina mengajar di kelas Manajemen awal." ucap Levi menyerahkan jadwal pada Renata dan tidak membalas jabat tangan Rena.
"Selama 6 bulan ini, Bu Karenina dan Pak Dion akan ke Negara Australia untuk kepentingan kampus juga." jelas Levi.
"Baik Pak Levi, saya akan pelajari modulnya. Mulai kapan saya mengajar?" tanya Renata.
"Besok Senin anda bisa melihat arena kampus, dan Selasa anda sudah ada jadwal untuk mengajar." jawab Levi. Renata pun mengangguk paham.
"Pak Dion, kita lanjutkan pembahasan semalam di perpustakaan ya." ajak Levi yang langsung beranjak ke perpustakaan.
"Oke, nanti saya akan menyusul." jawab Dion.
"Renata, kamu pulang duluan ya. Aku pesankan taksi." ucap Dion tapi Renata menggelengkan kepalanya.
"Aku ikut kamu aja ya. Pingin kenal Levi lebih deket." jawab Renata
"Aduh, Ren. Jangan cari gara-gara deh. Levi usianya jauh di bawah kita. Masa' iya kamu mau deketin berondong." cegah Dion memesankan taksi untuk Rena dan menyusul Levi ke perpustakaan.
"Dion, tunggu. Aku ikut kamu aja. Titik." Renata terus membuntuti Dion. "Emang berapa umurnya sekarang?" tanya Renata kemudian.
"Dua puluh tiga tahun." jawab Dion membuat Renata makin terkejut.
"Gak papa deh. Sekali-kali nyobain berondong." batin Renata dalam hati.
Saat di perpustakaan, Renata benar-benar tidak mengganggu Levi dan Dion. Ia mencoba profesional di depan Levi agar terlihat mempesona di mata Levi. Dion memang sedang mempersiapkan dirinya sebagai pertukaran dosen di salah satu kampus di Australia.
Tidak hanya Dion, dosen di setiap fakultas juga mendapatkan peluang dalam pertukaran dosen. Awalnya juga bukan Bu Karenina yang pergi langsung ke Australia, melainkan Levi. Tetapi dengan berbagai alasan yang Levi sampaikan, akhirnya mamanya mengalah demi putranya.
Setelah Dion dan Renata berpamitan, Levi melangkah ke kamarnya untuk beristirahat. Tapi ia mengurungkan langkahnya saat mendengar suara Silla yang menceritakan dirinya di kamar mamanya.
Levi langsung mendekatkan dirinya di pintu kamar mamanya.
"Mah, Kak Levi beneran suka sama Zella. Ayo mah, kapan kita lamar Zella buat Kak Levi." ucap Silla menggebu.
"Kamu ini asal aja kalo ngomong dek, bilang aja kalo kamu yang udah ngebet nikah sama Reza." jawab Mama Karen.
"Maaaah, ayolaaah. Percaya sama adek. Oh iya, adek juga punya buktinya loh Ma." ucap Silla meyakinkan mamanya.
"Dek Silla sayang, mama gak mau gegabah untuk masalah kakakmu. Yang mama takutkan kalo kita lamar Zella secepat ini, nanti Zella nolak lamaran kakak gimana?" tanya Mama Karen.
Levi tersentak mendengar ucapan mamanya, "Bener juga kata mama." batin Levi.
"Zella juga suka loh, Ma sama Kak Levi. Cuma adek kesel banget sama kakak. Dia gak pernah mau jujur sama perasaannya." keluh Silla.
Levi makin penajamkan pendengarannya mendengar ucapan Silla.
"Dari mana Adek tau kalo Zella suka sama kakak?" tanya mama Karen yang sebenarnya juga sangat senang mendengar kenyataan yang ia dengar dari putrinya.
"Yah Adek tanya dong sama Zella, berkali-kali malahan. Akhirnya Zella choose My Brother, Maa dibanding Kak Leon." ucap Silla.
Levi yang sangat senang mendengar cerita Silla langsung melonjak lonjak bahagia. "Yes, Yes," teriak Levi pelan sambil menggerakkan tangannya dan melompat hingga saking bahagianya, BRUUUUUUUK!!!! Levi terpeleset dan terjatuh tepat di tengah pintu kamar mamanya.
Mama dan Silla sampai berdiri saking kagetnya melihat pintu kamar terbuka dan melihat Levi tersungkur di depan pintu.
"Levi! Ngapain kamu sampai tersungkur gitu?" tanya mama Karen menahan tawa.
"Hahahahahahaha. Kak Levi pasti nguping ya?" tanya Silla yang tawanya langsung meledak melihat baru kali ini kakaknya bertindak bodoh.
Levi yang sangat malu langsung berdiri dan meninggalkan kamar mama Karen tanpa menjawab pertanyaan mama dan adiknya.
Kini mama Karen dan Silla masih tertawa geli atas kejadian barusan. "Mama lihat kan?" tanya Silla dan mama Karen hanya mengangguk mengiyakan ucapan putrinya.
"Dek, dengerin mama. Kalo kamu memang mantap untuk menikah dengan Reza, keluarganya boleh datang meminang kamu. Kamu sudah dewasa dan sudah bisa menentukan pilihanmu." ucap Mama Karen. "Tapi ingat, pilihan yang sudah kamu ambil tentu harus kamu fikirkan tentang bagaimana resiko ke depannya." mama Karen menasehati.
"Baik, Ma. Makasih banyak ya Ma." ucap Silla sambil memeluk mamanya.
Sedangkan Levi yang sekarang masih menahan malu merebahkan tubuhnya di atas kasurnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Benarkah Zella telah memilihku?" tanya Levi dalam hati. "Benarkan gadis itu sudah mencintaiku seperti apa yang dikatakan Silla? Zella, sejak kapan rasa itu hadir untukku?" batin Levi sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Aku harus menyatakan perasaanku pada Zella. Tapi bagaimana caranya?" tanya Levi pada dirinya sendiri. Ia pun berdiri di depan kaca.
"Zella, Aku mencintaimu. Menikahlah denganku." ucap Levi depan kaca. "Diiiih, ini terlalu kuno." ucapnya kemudian.
"I love you, Zella. Will you marry me?" Levi melihat tampangnya di depan kaca. "Yang ini sangat tidak sesuai dengan style-ku."
Levi kembali duduk di atas kasur. "Tenang, Levi. Jangan gegabah." ucapnya mengingatkan dirinya sendiri. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. "Aku harus cari tahu hal apa yang paling Zella suka, dan akan kupersiapkan sebaik mungkin untuk menyatakan perasaanku."