NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:179
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11

Kedua tangan Lilia bergetar hebat saat menerima Staff of Wizard dari Rudy. Gagangnya terasa dingin, berat, dan seakan memancarkan aura yang menekan jiwanya.

"Ini sangat berat sekali, Rudy. Aku merasa tertekan memegang senjata ini," ucap Lilia sambil sedikit mengangkatnya. Matanya berkilat kagum, tapi bibirnya menelan rasa takut.

Rudy berbicara pada Emma dalam hati. "Emma, apa senjata-senjata itu terlalu berat untuk mereka?"

[Level mereka masih belum mencapai level 10, Rudy. Tentu saja item itu sangat berat untuk mereka. Bahkan mereka tidak akan bisa menggunakannya.]

"Lalu bagaimana supaya mereka bisa menggunakan senjata itu? Apa mereka harus menaikkan level dulu?" tanya Rudy lagi.

[Kau bisa memberikan beberapa item perlengkapan full set pada mereka. Itu bisa membantu mereka.]

"Ah, kau benar Emma. Baiklah," jawab Rudy mantap.

 

"Apa kau bisa menggunakannya, Marco?" tanya Rudy.

Marco mencoba mengayunkan senjatanya sebentar, lalu menggeleng pelan. "Sepertinya senjata ini terlalu berat untukku. Sebaiknya aku kembalikan saja padamu."

"Itu sudah menjadi milikmu, Marco. Baiklah, aku akan memberikan perlengkapan lainnya untuk mendukung penggunaan senjata itu," ucap Rudy.

Tangannya terulur, dan dari udara kosong muncullah set perlengkapan lengkap yang memancarkan cahaya samar.

"Eh...?" suara Marco tercekat, matanya membelalak.

Rudy menyerahkan perlengkapan itu pada Marco dan Lilia.

"Apa aku boleh menggunakan ini, kakak?" tanya Lilia, menoleh pada Marco dengan tatapan ragu.

Marco terdiam sejenak, lalu Rudy menjawab, "Kau boleh menggunakannya, Lilia."

"Ah, terima kasih banyak, Rudy," kata Lilia sambil menunduk sopan.

"Kau juga, Marco. Pakailah perlengkapan itu," ucap Rudy.

"Ini terlalu berlebihan, Rudy... bahkan dari tadi tanganku tidak bisa berhenti gemetar," kata Marco.

Lilia tak membuang waktu. Ia langsung mengenakan perlengkapan full set itu.

Ziiing—suara khas logam magis berpadu dengan cahaya yang menyelimuti tubuhnya.

"Kakak, aku terlihat sangat cantik dengan pakaian ini. Tubuhku juga terasa ringan," kata Lilia sambil tersenyum bahagia.

"Lilia, apa yang kau lakukan? Lepaskan pakaian itu," sahut Marco, terdengar seperti kakak yang cemas sekaligus kesal.

"Tapi, aku sangat menyukainya," jawab Lilia sambil sedikit cemberut.

"Hahaha, tidak apa-apa, Marco. Kau juga, pakailah perlengkapan itu," kata Rudy.

Marco menatapnya sebentar, lalu menghela napas panjang. "Aku benar-benar berterima kasih padamu, Rudy. Kau sudah menyelamatkan hidupku, bahkan satu-satunya keluargaku. Sekarang kau memberikan item yang sangat berharga untuk kami."

"Hehe. Tenanglah, Marco. Aku sangat senang bisa membantumu," jawab Rudy dengan senyum tulus.

Akhirnya, Marco mengenakan perlengkapan itu.

"Kau terlihat sangat keren, kakak. Hihi," kata Lilia sambil tersenyum lebar.

Marco menggerakkan tubuhnya, mencoba memegang senjatanya lagi. "Tubuhku benar-benar sangat ringan, Rudy. Bahkan aku tidak merasakan tekanan saat memegang senjata ini."

"Baiklah kalau begitu. Apa kau ingin mencoba senjata itu?" tanya Rudy.

"Aku! Aku!" teriak Lilia sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.

"Ah, baik Lilia, kau boleh mencobanya," jawab Rudy.

"Hehe, baiklah. Kau lihat ini, kakak," kata Lilia sambil mengarahkan stafnya ke depan.

ZIIING—WOOOSH! Kobaran api meledak dari ujung stafnya, membentuk bola api raksasa.

"Hee...?" suara Lilia tercekat, matanya melebar melihat kekuatan itu.

"Yang benar saja..." ucap Marco, nyaris tak percaya.

"Hem, tidak buruk," komentar Rudy singkat.

SWOOSH! Bola api melesat, menghantam tebing besar di depan.

TIING—DROMRRR! Ledakan mengguncang tanah, serpihan batu beterbangan, dan jalur bola api meninggalkan parit dalam seperti sungai membara.

"HAAAAA!" teriak Lilia, terkejut sendiri.

"Ini kekuatan yang sangat besar... bahkan tembok benteng di sana pasti akan hancur dengan serangan seperti itu," kata Marco terperangah.

"Woo, itu serangan yang sangat besar," ucap Rudy.

"Kakak... tebingnya hancur. Apa tidak apa-apa?" tanya Lilia ketakutan.

"Sebaiknya kita pergi dari sini," kata Marco sambil menarik tangan Lilia.

"Eh? Mau pergi ke mana Marco?" tanya Rudy bingung.

"Kita pergi dari sini, Rudy. Cepat!" ucap Marco, mulai berlari sambil menyeret Lilia.

"Ah..." Rudy hanya sempat bergumam sebelum ikut mengejar mereka.

 

{Di Atas Benteng}

Para prajurit di atas benteng menatap ke arah luar dengan wajah pucat. Ledakan yang dibuat Lilia baru saja memecah keheningan malam.

"Apa itu?" tanya Klain, matanya tak lepas dari kepulan asap raksasa.

"Lapor kapten! Terjadi ledakan di dekat benteng. Sepertinya ada pertempuran di sana," ucap salah satu penjaga dengan napas terengah.

"Sebaiknya kita melaporkannya," kata Klain tergesa-gesa.

 

{Di Dalam Istana Gubernur}

Ruangan rapat megah itu dipenuhi para bangsawan, Kensa, dan seorang Gubernur bernama Smith.

"Apa yang kau laporkan ini benar, Kensa?" tanya Smith.

"Itu benar, Yang Mulia. Kita semua selamat dari kejaran hewan iblis karena serangan itu," jawab Kensa.

Smith menyipitkan mata. "Tapi sangat aneh jika Yang Mulia Raja datang ke sini tanpa pemberitahuan. Pasti serangan itu dari orang lain."

"Saya juga merasa seperti itu, Yang Mulia," sahut Kensa.

Para bangsawan saling pandang, lalu salah satunya berkata, "Yang Mulia, serangan seperti itu setara tingkat kaisar. Di benua ini hanya ada 34 orang yang bisa menggunakannya, dan semuanya adalah raja dari kerajaannya masing-masing."

"Ah, kau benar... Jika bukan Raja Alden, berarti ada raja lain di sini," kata Smith, wajahnya mengeras.

"Ini sangat berbahaya, Yang Mulia."

Smith mengangguk. "Ehm, sebaiknya kita melaporkan kejadian ini ke istana kerajaan."

Percakapan mereka berlanjut, membahas harta dan para prajurit.

"Yang Mulia, selanjutnya, bagaimana dengan pembagian uang yang didapatkan.?" tanya Kensa dengan rasa takut.

"Kenapa kau tiba-tiba membahas hal itu, sudah jelas akan di kelola oleh Departemen Keuangan. apa bayaran kalian tidak cukup.?" sahut Smith dengan dingin.

"Maaf Yang Mulia, kami sudah berjuang antara hidup dan mati. Setidaknya berikan mereka para prajurit hadiah atas jarahan ini."

Smith mengerutkan keningnya, seolah-olah ia tidak terima dengan permintaan itu. Namun ia juga merasa iba karena kondisi korban yang semakin banyak.

"Hm, baiklah begini saja. Aku akan mengunakan perhitungan persentase. 50% akan di jadikan aset kerajaan, 20% akan di gunakan untuk keluarga yang di tinggalkan para prajurit. Dan sisanya 30% akan di bagikan kepada kalian yang masih hidup."

Kensa pun benar-benar terkejut mendengarnya. ia tak percaya kalau permintaannya itu di kabulkan oleh sang Gubernur. Meskipun itu hanya sedikit, tapi setidaknya itu sudah cukup bagi mereka.

"Terimakasih Yang Mulia."

Lalu tiba-tiba

BAM! Pintu terbuka, dan seorang prajurit masuk tergesa-gesa.

"Lapor, Yang Mulia! Terjadi ledakan sangat besar di dekat benteng. Ledakan itu menghancurkan sebuah tebing!"

"APAA?!" teriak semua orang.

"Kami mengira ada pertempuran hebat di luar sana," tambah prajurit itu.

Smith berdiri dengan wajah tegang. "Baiklah, kita periksa sekarang. Tutup rapat semua benteng, periksa semua orang yang masuk!"

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!