Terpaksa Kembali

Untuk kedua kalinya, foto Rindu dan Evans viral di internet dan menjadi bahan gosip publik. Banyak yang bertanya-tanya siapa sebenarnya sosok Rindu, kenapa sering muncul bersama Evans. Namun, banyak juga yang langsung membuat kesimpulan sendiri.

‘Ini pasti pacarnya Evans. Jadi penasaran siapa nama wanita ini.’

‘Punya pacar secantik ini kenapa nggak dikenalkan ke publik?’

‘Gila, pacarnya Evans cantik banget. Gini kemarin dibilang jadi simpanannya tante-tante.’

‘Serasi banget, satu ganteng satu cantik. Kawal terus sampai halal.’

Hanya berdasarkan pada satu foto itu, warganet sudah berani mengunggah ke media sosial dan membuatnya semakin viral. Hampir semua unggahan dibanjiri komentar, yang isinya juga melebih-lebihkan asumsi tanpa bukti. Makanya, hanya dalam waktu bebarapa jam berita itu sudah menguasai semua media sosial.

“Kayaknya aku harus cepat-cepat buka usaha dan keluar dari dunia hiburan. Sumpah, hidupku jadi nggak tenang kalau begini terus,” gerutu Evans sambil mengacak-acak rambutnya. Kemudian, meletakkan ponselnya dan tak mau melihat berita itu lagi.

Selain Evans, ada juga orang lain yang marah-marah sendiri saat melihat berita itu. Siapa lagi kalau bukan Leon.

Pagi-pagi dia dibuat kesal dengan viralnya foto Evans dan Rindu. Leon sangat cemburu karena banyak yang menganggap mereka pacaran. Padahal, Rindu adalah wanita yang dia cintai.

Yang boleh menjadi pacar wanita itu, seharusnya hanya dia. Bukan Evans atau laki-laki lain.

‘Aku akan ke rumah Rindu dan membicarakan ini dengannya.’

Leon dengan sangat cepat melajukan mobilnya menuju rumah Rindu. Meski sebentar lagi sudah masuk jam kerja, tetapi Leon lebih dulu ke sana.

Pikir Leon, urusan kantor bisa ditunda. Yang penting sekarang harus bicara dengan Rindu.

Karena hatinya sudah dikuasai rasa cemburu, Leon membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga beberapa menit saja sudah tiba di rumah Rindu.

“Rin! Rindu!” Leon mengetuk pintu dengan tidak sabar. Hingga dia ulangi berkali-kali meski Rindu sudah menjawabnya dari dalam.

“Asyik, pagi-pagi Ayah udah ke sini.” Milea yang saat itu keluar bersama Rindu, bersorak girang ketika melihat ayahnya datang.

“Iya, Sayang, Ayah mampir sambil berangkat kerja. Kamu main dulu nggak apa-apa ya, Ayah mau bicara sebentar dengan Ibu.” Leon memeluk dan menciumi Milea, sekaligus memberi pengertian pada anak itu kalau dia akan bicara empat mata dengan ibunya.

“Oke, Yah.” Milea menurut. Gadis kecil itu kembali berlari ke kamar dan bermain di sana.

Sepeninggalan Milea, Leon langsung mendekati Rindu dan menatapnya dengan intens. “Kamu sering ketemuan sama Evans?”

Rindu lalu menghela napas panjang. Dari pertanyaan itu, Rindu sudah bisa menebak apa yang akan Leon bicarakan saat ini. Pasti lelaki itu sudah melihat berita yang beredar.

“Hanya sesekali. Itu juga hanya sebentar, paling makan atau minum doang,” kata Rindu.

“Tapi, tetap saja pergi bareng,” sahut Leon dengan cepat.

Lalu Rindu memilih diam. Hingga akhirnya, Leon lagi yang bicara, “Bisa nggak sih, Rin, jangan jalan bareng laki-laki lain. Apalagi artis seperti Evans. Aku cemburu, Rin! Kamu kalau mau jalan-jalan, kenapa nggak nelfon aku aja? Aku yakin Lea malah lebih senang kalau jalan sama aku. Tapi, kenapa kamu malah lebih milih jalan dengan laki-laki lain? Apa seburuk itu aku di matamu, Rin? Atau kamu memang senang masuk berita kayak gini, semua orang bilang kalau kalian pacaran. Kalian serasi dan wajib dikawal sampai halal. Kamu senang dengan itu, Rin?”

“Leon, tenang! Aku juga kesal dengan berita itu, aku nggak nyangka kalau ada yang ambil foto kami lagi. Padahal, aku jalan dengan Mas Evans ....”

“Nggak usah panggil dia mas!” potong Leon dengan marah.

Lalu Rindu mengulangi ucapannya untuk lebih menjelaskan pada Leon. “Maksudku, aku jalan dengan Evans nggak ada niatan apa-apa. Dia hanya ingin melihat keadaan Lea, terus ngajak kami makan, gitu aja. Aku nggak enak mau nolak. Dia udah selamatin nyawa Lea.”

“Terus aku sebagai ayahnya Lea? Kamu malah enak-anak aja nolak ajakanku. Nggak ada perasaan nggak enak kayak gitu,” sahut Leon sambil bersungut-sungut. Napasnya sampai naik turun karena terlalu kesal.

“Iya deh, aku minta maaf. Lain kali aku nggak jalan lagi sama Evans. Aku akan menjaga jarak dengannya.” Rindu mendadak merasa bersalah dan akhirnya meminta maaf.

“Bagus. Yang benar memang kayak gitu. Lagian kamu bisa kena masalah kalau dekat-dekat sama dia, nanti ikut keseret-seret berita yang nggak bener,” ujar Leon sambil mendeesahkan napas kasar.

Rindu mengangguk dan berkata, “Iya, nanti aku nggak akan dekat-dekat lagi.”

Melihat sikap Rindu yang tidak banyak membantah, emosi Leon berangsur reda dan kemudian mau tersenyum. Hingga akhirnya, laki-laki itu bisa berangkat kerja dengan tenang.

Setelah Leon pergi dari rumahnya, Rindu menyandarkan punggungnya di kursi sambil membuang napas kasar. Tiba-tiba dia merasa bingung sendiri.

‘Aku dan Leon kan nggak ada hubungan apa-apa. Tapi, kenapa tadi dia sangat marah? Dan kenapa juga aku malah meminta maaf? Duhh.’

****

Kembang kopinya jangan lupa gaess 🤭🤭🤭