Maria bereinkarnasi kembali setelah kematiannya yang tragis oleh tunangannya yang mengkhianati dirinya, dia dieksekusi di kamp konsentrasi milik Belanda.
Tragisnya tunangannya bekerjasama dengan sepupunya yang membuatnya mati sengsara.
Mampukah Maria membalaskan dendamnya ataukah dia sama tragisnya mati seperti sebelumnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 KLIWON DAN SURO
Kedatangan Kliwon dan Suro ke gedung kantor dimana Rexton berdinas langsung disambut oleh Kapten Kai.
Kapten Kai mempersilahkan dua orang pribumi itu duduk di beranda teras gedung bergaya arsitektur kolonial, memberi mereka makanan lezat serta hidangan camilan lainnya bahkan sekeranjang buah-buahan.
Kliwon dan Suro hanya memandangi penuh waspada ke arah semua hidangan itu, mereka ragu-ragu untuk menyantapnya.
Terutama Kliwon yang sedikit meningkatkan kewaspadaannya terhadap Kapten Kai.
"Jangan takut, aku tidak menaruh racun pada hidangan ini, cobalah menikmati, sangat aman buat kalian !" kata Kapten Kai.
Kapten Kai menatap dingin kepada Kliwon dan Suro secara bergantian, tak lupa menuangkan minuman buat mereka.
"Silahkan menikmati !" ucapnya.
Kliwon tampak ragu-ragu untuk menenggak minuman itu, beda dengan Suro yang langsung meminum minuman pemberian Kapten Kai.
"Glekh... !" Suro menghabiskan secangkir minuman, bersendawa keras lalu mulai menyantap hidangan didepannya dengan lahap.
Melihat Suro seperti itu, Kliwon menjadi terpacu untuk mengikutinya, dia melahap hampir sebagian hidangan makanan yang disuguhkan kepada dia dan Suro.
Tak tanggung-tanggung, mereka menghabiskan semua makanan yang ada di meja hampir tak tersisa.
Kapten Kai hanya tersenyum samar, wajahnya datar dan terdiam di dekat mereka yang tampak rakus.
"Tambah lagi makanannya ?" tanya Kapten Kai. "Masih ada makanan di sini jika kalian mau tambah".
Kliwon menengggak minumannya dan bersendawa keras.
"Fuah, tidak, saya rasa sudah cukup, perut kami sudah kenyang", sahutnya sembari tertawa keras.
"Baiklah, jika kalian sudah merasa kenyang", ucap Kapten Kai.
Kapten Kai meletakkan sekantung kain ke atas meja sembari menatap serius kepada dua orang itu secara bergantian.
"Ini ada uang buat kalian dari Letnan Jenderal Rexton, sisanya akan dibayar setelah pekerjaan kalian selesai", ucapnya.
Kliwon dan Suro saling melempar pandangan, mereka terlihat sangat serius kemudian memalingkan pandangan mereka kepada Kapten Kai kembali.
"Memangnya pekerjaan kami apa ?" celetuk Suro.
"Pekerjaan yang sangat mudah sekali, tidak perlu ekstra tenaga besar buat kalian melakukannya, sederhana dan tidak menguras akal pikiran", kata Kapten Kai.
"Katakan pada kami, tugas apa yang harus kami kerjakan untuk kalian, jika kami sanggup melakukkannya maka akan kami kerjakan", kata Kliwon.
"Gampang saja, tapi tugas ini seperti bayangan yang harus menyelinap cepat dan tak boleh sampai tertangkap oleh mata", kata Kapten Kai.
"Macam pekerjaan apakah itu ?" tanya Kliwon dengan sorot mata tajam.
Sejenak Kapten Kai terdiam namun pandangannya terlihat tegas.
"Memata-matai gubernur Batavia, Viscount Van Bekker di markas besarnya terutama disetiap dia tinggal", sahut Kapten Kai.
Kliwon dan Suro sekali lagi saling melempar pandangan, tatapan mereka sangat serius.
Terutama Suro yang terlihat bimbang serta gusar, mungkinkah mereka berdua mampu melakukan pekerjaan ini tanpa ketahuan.
"Pekerjaan ini terlampau berat bagi kami, bisa-bisa kami tewas sebelum masuk ke sana atau setidaknya kami masih bisa bernafas meski itu kemungkinan kecil bagi kami", kata Suro.
Kliwon mengalihkan pandangannya ke arah hidangan di atas meja, termenung diam sembari berpikir.
"Jadi hidangan santap makanan ini adalah menu terakhir buat kami, sebelum dipekerjakan sebagai mata-mata...", sambung Kliwon.
"Demi gusti pangeran...", sahut Suro melonjak kaget.
Suro bergidik ngeri jika membayangkannya, masuk ke markas besar seorang gubernur tanpa alasan yang jelas apalagi pekerjaan itu adalah memata-matai seorang gubernur VOC kelas berat seperti Viscount, sungguh tidaklah mudah bagi Suro maupun Kliwon melakukannya.
Hal yang tersisa dari mereka jika nekat menerima pekerjaan ini adalah harapan, kalau selamat maka mereka berdua bisa pulang dengan selamat sampai tujuan, tapi jika tidak mampu melakukan pekerjaan ini maka hal terakhir yang tertinggal dari mereka berdua adalah kematian.
Suro bergegas berdiri, sepertinya dia menyerah pada pekerjaan yang diberikan oleh Kapten Kai padanya.
"Saya menolak pekerjaan ini, bukan tidak mau bekerja, tapi saya masih sayang nyawa saya", ucapnya.
"Dan kau... ?" tanya Kapten Kai lalu menoleh kepada Kliewon yang masih duduk terdiam.
Rupanya Kliwon masih menimbang-nimbang tawaran pekerjaan itu dari Kapten Kai dan dia seperti berpikir serius.
Suro tak sabaran, dia menepuk keras pundak Kliwon sambil berkata.
"Hai, Kliwon, bagaimana ? Kita mundur saja dan pergi, pekerjaan ini tidak mudah, kenapa kau hanya diam saja ?" tegurnya.
Kliwon masih memikirkan tawaran dari Kapten Kai, dengan sangat serius, dia juga tidak ingin bertindak gegabah soal mengambil keputusan ini, selain bukan pekerjaan mudah melainkan pekerjaan ini teramat sulit.
"Kliwon ! Kau dengar tidak yang kami bicarakan ?" tanya Suro.
"Eh, yah, apa ? Apa, Suro ?" jawab Kliwon sembari memalingkan muka ke arah Suro dan Kapten Kai.
"Bagaimana menurutmu, kau terima atau tidak pekerjaan dari Kapten Kai ini ?" tanya Suro.
"Bagaimana ya, tapi kita butuh uang buat menyambung hidup kalau kita menolaknya maka kita bisa-bisa mati kelaparan", sahutnya.
"Lantas kau menerima pekerjaan ini ?" kejar Suro.
"Boleh aku tahu, berapa bayaran untuk pekerjaan ini ?" tanya Kliwon lalu menoleh ke arah Kapten Kai.
"Tiga ratus gulden, atau setara tiga kantung koin emas murni", sahut Kapten Kai.
Kapten Kai menarik kembali kantung kain yang ada di atas meja.
"Yah, jika kalian bersedia melakukan pekerjaan ini maka kami akan membayar sisanya setelah kalian mengerjakan tugas mata-mata ini", kata Kapten Kai. "Tapi, jika kalian tidak serius atau menolaknya maka yah, kalian harus kehilangan uang itu."
Kapten Kai tersenyum samar kepada Kliwon dan Suro yang memandanginya.
"Kalian bisa kaya raya dengan cepat, tapi kalau kalian bersedia melakukan tugas ini, pertimbangkan lah, siapa tahu ini jalan rejeki kalian", kata Kapten Kai.
Kliwon dan Suro saling melempar pandangan serius, terdiam lalu berpikir serius.
"Bagaimana menurutmu ?" tanya Kliwon.
"Dan kau sendiri, bagaimana ?" tanya balik Suro.
"Aku sih mau-mau saja selama pekerjaan ini menguntungkan bagi kita, kenapa tidak, bagaimana menurutmu pendapatku ini, Suro ?" tanya Kliwon.
"Tapi kita akan mati kalau nekat", kata Suro.
"Ya, bagaimana lagi, sudah resiko dari pekerjaan kalau tidak mati, ya, selamat'', sahut Kliwon.
"Kapan kita akan pergi mengerjakannya ?" tanya Suro.
"Malam ini !" sahut Kapten Kai.
"Malam ini, apa tidak bisa besok saja mengerjakan tugas mata-mata ini ?" tanya Suro.
"Harus malam ini !" jawab Kapten Kai serius.
"Demi gusti pangeran...", keluh Suro.
"Kalian tidak bisa melakukan pekerjaan ini di siang hari atau saat hari terang benderang melainkan hanya malam hari saja, tapi untuk memata-matai kehidupan gubernur di kediamannya, kalian bisa melakukannya di hari terang", kata Kapten Kai.
Kliwon dan Suro kembali saling berpandang-pandangan, menatap serius dan mulai berpikir.
Tak lama kemudian, Kliwon berkata kembali pada Kapten Kai.
"Berapa lama kami harus mengerjakan pekerjaan ini ?" tanyanya.
"Nanti akan ada kelanjutan kabarnya tentang pekerjaan ini", sahut Kapten Kai. "Lantas bagaimana sekarang ? Kalian terima atau tidak pekerjaan ini ?"
Kliwon segera menganggukkan kepalanya cepat lalu berkata.
"Iya, aku akan melakukan pekerjaan ini", ucapnya.
"Dan kau, Suro ?" tanya Kapten Kai sembari melirik ke arah Suro.
"Eh, a-aku..., aku... ??? Ba-bagaimana, ya ???" ucap Suro kebingungan.
"Jika kau tak sanggup maka aku akan lakukan pekerjaan ini sendiri, Suro", sahut Kliwon sambil beranjak berdiri.
Kliwon mengulurkan tangannya ke arah Kapten Kai sambil berkata.
"Biar saya berangkat sekarang, bisa saya menerima upahnya juga", kata Kliwon.
"Ya, baiklah, aku akan memberikanmu bayaran pertama dan selanjutnya bayaran kedua, dibayarkan setelah pekerjaan selesai", kata Kapten Kai.
"Siap...", sahut Kliwon.
"Baiklah, aku akan memberikan kantung koin emas ini sebagai bayaran diawal", kata Kapten Kai.
"Ya, baik, terimakasih", sahut Kliwon.
Kliwon menerima kantung berisi koin emas dari Kapten Kai lalu dia berjalan pergi.
Suro segera mengejar Kliwon yang sudah pergi terlebih dahulu meninggalkan gedung kantor dimana Rexton berdinas di Land-en Volkenkunde.