NovelToon NovelToon
CEO Cantik Vs Satpam Tampan

CEO Cantik Vs Satpam Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Tunangan Sejak Bayi / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Pengawal
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: MakNov Gabut

Kisah Perjodohan seorang CEO yang cantik jelita dengan Seorang Pengawal Pribadi yang mengawali kerja di perusahaannya sebagai satpam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MakNov Gabut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Setelah kepergian Jerry Zola beserta para bodyguardnya, suasana pesta yang sempat tegang kembali membaik. Musik yang sempat berhenti kembali dimainkan, gelas-gelas berkilau di meja, dan tamu-tamu yang tersisa kembali larut dalam percakapan santai. Aroma makanan dan tawa tamu memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat. Aryo menarik napas lega. Ia merasa sedikit lebih nyaman, meski hatinya masih sedikit tegang setelah keributan tadi malam.

Tiba-tiba Thania menatap Aryo dengan tatapan nakal dan menanyakan sesuatu yang membuat Aryo hampir tersedak.

“Jadi, betulan kamu suka mengintip rok Meliana?” ucap Thania sambil menyeringai. Suaranya terdengar manja tapi menggoda. Tamu-tamu lain sudah pulang, hanya menyisakan mereka bertiga di ruang tamu yang mulai sepi.

Aryo menelan ludah. Ia takut kalau Meliana muncul mendengar itu dan marah lagi. “Maaf?” katanya, nada suaranya terdengar canggung.

Thania tertawa kecil melihat reaksi Aryo, matanya berbinar penuh godaan. “Itu tidak sengaja, aku lagi ikat tali sepatu,” Aryo buru-buru menjelaskan, menundukkan kepala.

“Ah, tidak sengaja apa tidak sengaja, kok tiap hari?” goda Thania lagi, matanya menatap Aryo dengan pandangan seolah membaca isi pikirannya. Aryo menutup mata sejenak, menahan malu yang tiba-tiba meluap.

“Meliana sampai ngecek CCTV lho,” bisik Thania, menambah rasa malu Aryo.

Aryo menepuk keningnya, merasa kepalang malu. Pantas saja, saat pertama kali bertemu Meliana, perempuan itu tampak muak dan menjauh darinya. Semua gerak-geriknya diperhatikan dengan seksama, dan Aryo baru sadar betapa ia membuat kesan buruk.

“Pantas saja dia menolak pertunangan kalian. Kamu membuatnya illfeel. Ya, mungkin kalau aku jadi cowok, aku bakal melakukan hal yang sama,” kata Thania, kali ini menyandarkan tangannya di paha yang indah dan agak cokelat karena efek berjemur. Pahanya tampak menarik, mengingatkan Aryo pada Meliana, dan ia harus menahan diri agar tidak menatap terlalu lama.

Aryo berdeham, mencoba mengalihkan pandangannya. “Lihat saja, tidak apa-apa. Kalau diizinkan, jangan sok menolak,” Thania menambahkan dengan senyum menggoda. Aryo semakin merasakan jantungnya berdegup cepat, campuran rasa malu dan kagum.

Saat itu Meliana muncul dari kamar kecil, membetulkan rambut dan pakaiannya. Ia kembali duduk di sofa, menata posisi agar nyaman. Aryo dan Thania ikut menyesuaikan posisi mereka, suasana kembali hangat, meski masih ada sedikit rasa canggung.

“Thania, makasih ya atas pestanya. Aku mau pamit dulu. Aryo, antar aku pulang,” kata Meliana, suaranya lembut tapi tegas.

“Wah, kok buru-buru? Masih sore lho,” Thania membujuk sambil tersenyum, mencoba menahan Meliana agar tetap tinggal.

Aryo menengok jam tangan, ternyata sudah menunjukkan tengah malam. “Mesti beres-beres buat rencana besok. Sampai ketemu ya,” ucap Meliana sambil memeluk Thania sebentar.

“Oh ya, Aryo ikut kan?” tanya Thania, penasaran.

“Mau ke mana kita?” Aryo bertanya, menatap Meliana. Meliana membalasnya dengan tatapan tajam yang membuat Aryo tersentak sedikit.

“Ada acara kumpul bisnis antara keluarga pemegang saham di Andara Group dan para rekanan. Kumpulnya di vila keluarga Thania di Kota K. Kamu harus ikut untuk menjaga aku. Kasihan aku kalau jomlo,” jelas Meliana.

“Thania!” desis Meliana sambil mencubit pinggang Thania.

Setelah pamitan yang memakan waktu sekitar lima belas menit karena mereka bercanda panjang lebar, Aryo mulai mengantarkan Meliana pulang.

Di dalam mobil, Meliana tampak mengantuk. Ia memosisikan tubuhnya sedemikian rupa agar bisa tidur, namun rok yang ia kenakan sedikit tersingkap.

“Awas kamu kalau mengintip!” desisnya pelan, tapi cukup membuat Aryo tersentak.

Meliana tertidur dengan tenang, napasnya terdengar ringan. Aryo tak kuasa menahan diri, ia menyesuaikan posisi spion tengah agar bisa mengintip sekilas, sesekali menoleh ke belakang, mengagumi keanggunan dan kecantikannya. Darahnya berdesir, jantungnya berdetak lebih kencang, campuran kagum dan gelisah.

Sesampainya di apartemen mewah Meliana, Aryo mengawal hingga pintu kamar.

“Besok jemput aku pagi-pagi ya, Supir,” pesan Meliana sambil mengantuk, matanya setengah terpejam.

Aryo tersenyum tipis. Saat pintu menutup, ia sempat menangkap senyum kecil Meliana, meski hanya sebentar.

Keesokan paginya, keributan kembali terjadi.

“Supir dan pengawal macam apa sih kamu? Kamu terlambat menjemputku!” Meliana menegur dengan nada tinggi. Aryo baru sampai di apartemen jam delapan pagi.

“Maaf, aku pikir paginya jam segini,” Aryo buru-buru membela diri.

“Pagi-pagi sudah bikin kesal. Ya sudah nih,” Meliana melempar kunci mobil saat berjalan mendahului Aryo. Aryo menangkapnya, dan segera memikul tiga koper besar yang sudah disiapkan di depan pintu apartemen. Ia melangkah dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang jatuh.

“Siap, Bu CEO,” Aryo menjawab, melaksanakan tugas tanpa menggerutu. Ototnya yang terlatih membantunya membawa semua koper dengan lancar.

Kini, Aryo resmi menjadi pengawal sehari-hari Meliana. Kesempatan ini membuatnya semakin ingin membuktikan bahwa ia bukan pria yang digambarkan buruk oleh Meliana. Semalam, ia sudah menyiapkan setelan jas hitam terbaiknya untuk hari ini, memastikan tampil lebih pantas dan profesional.

Sampai di kantor Meliana, Aryo dan Meliana naik ke Lantai 22. Pak Kamal sudah menunggu di ruang rapat, wajahnya serius tapi ramah.

“Kami sekeluarga akan pergi ke Kota K untuk kumpul di vila keluarga Hari. Ikutlah dengan kami, Aryo. Acaranya mungkin akan berlangsung dua atau tiga hari,” Pak Kamal menjelaskan dengan tenang.

“Baik, Pak,” Aryo mengangguk, mencoba menyerap semua informasi.

“Oh ya, supaya kalian semakin dekat, kalian menginaplah satu kamar,” kata Pak Kamal, santai tapi tegas. Aryo berpikir ini semacam tes: apakah ia dianggap pria yang baik-baik di mata Meliana?

Perkataan itu membuat Aryo dan Meliana terkejut. “Tidak!” seru keduanya bersamaan.

“Tidak, Pa. Apa-apaan sih. Meliana tidak mau. Nanti kalau Meliana diperkosa bagaimana?” Meliana melengking, wajahnya merah padam. Aryo tersentak, merasa tertohok dengan tuduhan itu.

Pak Kamal mengernyit. “Tidak mungkin. Aryo lelaki baik-baik,” jawabnya tegas.

Meliana memutar mata tak sabar. “Papa kan sudah lihat buktinya. Aryo ini cabul. Makanya aku sebenarnya tidak setuju dia jadi pengawalku, apalagi tunangan.”

“Papa yakin ini hanya kesalahpahaman,” Pak Kamal mencoba menenangkan.

“Papa ini terus membela dia. Dia siapa sih Pa sebenarnya?” gerutu Meliana.

“Dia tunanganmu dan pengawalmu,” tegas Pak Kamal.

“Kan sudah dibilang, aku tidak setuju pertunangan itu. Ya sudah, aku tidak ikut ke Kota K. Silakan Papa sekamar dengan Aryo saja,” Meliana menyambar.

“Oke, oke. Kalian tidak akan sekamar. Tapi Papa ingin Aryo satu vila denganmu. Kalau mau, ajak Thania menginap satu vila dengan kalian,” Pak Kamal menambahkan.

Hening canggung beberapa saat. “Oke,” kata Meliana akhirnya, menyerah pada keadaan.

Setelah rapat selesai jam sebelas, mereka makan siang bersama, lalu bersiap berangkat. Aryo menjadi supir pribadi Meliana, barang-barangnya dimasukkan ke bagasi mobil, sementara Pak Kamal dan istrinya naik mobil lain.

“Aku bukan pemerkosa,” kata Aryo di perjalanan, mencoba menenangkan suasana.

“Terserah. Di mataku, kamu seperti itu,” balas Meliana ketus, menatap Aryo sekilas dari samping.

Perjalanan tiga jam diisi Meliana yang sibuk teleponan dengan Thania. Aryo sesekali menoleh lewat spion tengah, posisinya sudah diatur sedemikian rupa agar bisa tetap mengawasi tanpa mencolok. Ia berniat membuktikan bahwa tuduhan Meliana salah dan ia bukan pria yang disebut cabul.

Setelah macet di beberapa titik, akhirnya mereka tiba di vila keluarga Hari. Rombongan Andara disambut hangat, pelukan Thania dengan Meliana menghangatkan suasana, meski mereka sudah bertemu malam sebelumnya. Thania cium tangan Pak Kamal dan istrinya, sementara Aryo membawa koper-koper Meliana masuk ke vila.

“Yay, kita bakal curhat sampai subuh,” kata Thania dengan riang.

“Yay! Bawa masuk koper-koperku ke kamar. Awas, jangan pasang kamera tersembunyi ya,” ujar Thania.

Aryo tersenyum tipis mendengar perkataan Thania, menganggapnya sebagai candaan, sekaligus merasa bersalah. Ia menyesali kebiasaan buruknya yang sering tak sengaja menatap Meliana. Meski maksudnya tidak salah, Aryo tahu pandangan orang bisa menafsirkan hal itu dengan buruk. Ia bertekad, selama di vila ini, ia akan menjaga sikapnya sebaik mungkin.

Setelah koper-koper diletakkan di kamar masing-masing, Aryo melangkah menuju area kolam renang. Dari kejauhan, ia melihat Meliana dan Thania sudah berada di tepi kolam, duduk santai sambil menikmati pemandangan matahari sore yang mulai condong ke barat. Air kolam yang tenang memantulkan sinar jingga ke wajah mereka, memberikan suasana damai dan hangat.

“Jangan dekat-dekat. Mau nguping ya?” ucap Meliana sambil menatap Aryo dengan sorot tajam.

Aryo mengangkat kedua tangan, tersenyum menenangkan. “Oke, oke. Aku di sini cuma untuk memastikan kalian aman,” jawabnya. Ia mencari tempat duduk agak jauh, tetap bisa mengawasi tanpa mengganggu.

Sore itu, mereka bertiga menghabiskan waktu dengan suasana santai. Thania mencoba membuka percakapan serius dengan Meliana, berbagi pengalaman dan keluh kesah mereka masing-masing. Aryo memperhatikan, mencoba memahami hubungan mereka, sekaligus memantau agar tak ada gangguan.

“Jerry Zola itu brengsek. Suka main perempuan dan gampang menyerahkan masalah ke orang tua,” curhat Thania dengan kesal. “Kalau kena masalah sedikit, langsung lapor. Aku tidak suka cowok seperti itu. Tapi, susah menentang keputusan Papa dan Mama.”

Meliana mengangguk setuju, menatap Aryo dari sudut matanya. Aryo mendengar semua perkataan Thania, hatinya campur aduk. Ia merasa semakin ingin membuktikan pada Meliana bahwa ia bukan seperti yang dituduhkan.

“Kalau kulihat, Aryo tidak seperti itu. Mungkin ini hanya salah paham saja,” ujar Thania, mencoba menenangkan situasi dan memberikan pandangan berbeda kepada Meliana.

Meliana menatap Aryo sebentar, kemudian menoleh ke Thania. “Buktinya kan sudah banyak, Thania. Kamu juga lihat sendiri.”

Thania tersenyum, menepuk bahu Meliana. “Foto dan video bisa diinterpretasikan berbagai macam. Tapi kalau interaksi langsung, beda. Aku lihat Aryo baik. Aku yakin dia bisa menjadi pengawalmu yang handal dan bisa dipercaya,” katanya dengan lembut.

Meliana menunduk sejenak, kemudian menatap Aryo lagi. “Kamu lihat apa yang ingin kamu lihat saja, Thania.”

Thania menggenggam tangan Meliana, mencoba memberikan dorongan. “Coba beri dia kesempatan, Meliana. Lihat dari sudut pandang berbeda. Mungkin kamu akan berubah pikiran setelah melihat langsung bagaimana dia bersikap.”

Meliana menatap Aryo sebentar lagi, matanya masih ragu. “Mungkin. Mungkin juga malah menguatkan kesan pertamaku,” gumamnya pelan.

Sore berangsur menjadi senja, langit di atas vila berubah warna menjadi jingga keemasan, menciptakan siluet indah bagi Meliana dan Thania. Aryo duduk agak jauh, memperhatikan, sambil menahan perasaan campur aduk antara kagum, gelisah, dan ingin membuktikan dirinya.

Thania tersenyum hangat pada Meliana. “Beri dia kesempatan, Melanie,” katanya lagi, menegaskan.

Meliana menghela napas panjang, memandang Aryo. Dalam hatinya, ia mulai bertanya-tanya apakah penilaian awalnya selama ini terlalu cepat. Sementara Aryo sendiri, meski tetap waspada, merasa ada secercah harapan untuk meredakan kesalahpahaman yang selama ini menempel di dirinya.

Bersambung.

1
Edana
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
Hiro Takachiho
Aku akan selalu mendukungmu, teruslah menulis author! ❤️
Oscar François de Jarjayes
Serius, ceritanya bikin aku baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!