NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Murid Genius / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Putri asli/palsu
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Tengah Hiruk-Pikuk

Begitu menutup telepon, dahi Kepala Sekolah berkerut dalam.

Reaksi Haryo Bagaskara sangat aneh. Biasanya, orang tua akan langsung membela anaknya—apalagi kalau belum ada bukti yang jelas. Tapi Haryo… justru malah menuduh Shinta Bagaskara tanpa ragu.

Kepala Sekolah makin yakin: pria itu memang berbeda.

Ia begitu menyayangi Dira Bagaskara, tapi terhadap Shinta, sikapnya dingin dan kaku, seolah gadis itu bukan bagian dari keluarganya.

Padahal, sebagai orang luar saja, Kepala Sekolah tahu Shinta tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti yang diberitakan.

Keluarga Bagaskara termasuk kaya. Meski hanya keluarga kelas menengah di Kota Hastinapura, kekayaan mereka sudah cukup untuk menjamin hidup nyaman sampai beberapa generasi. Mereka bahkan pernah menyumbangkan satu gedung olahraga untuk sekolah.

Dengan kondisi seperti itu, mana mungkin Shinta harus mencari perlindungan dari pria tua?

Kepala Sekolah menghela napas panjang. Ia mulai memahami: Gadis itu pasti tidak pernah benar-benar dianggap di rumahnya sendiri.

---

Meskipun gosip terus beredar diam-diam di antara para siswa, tidak ada yang berani menyebarkannya keluar sekolah. Semua takut akan sanksi.

Namun, sehari penuh tanpa ada tindakan dari pihak sekolah terhadap Shinta membuat Pak Liang gusar. Ia bahkan tidak fokus mengajar; beberapa kali salah menjelaskan materi.

Begitu jam pelajaran selesai, ia langsung menelpon Kepala Bagian Akademik untuk mencari tahu perkembangan kasus itu.

Namun jawabannya hanya membuatnya makin marah.

“Tanpa bukti nyata, gosip tidak bisa dijadikan dasar untuk menjatuhkan hukuman.”

Pak Liang hampir meledak.

“Bahkan ada siswa yang mengaku melihat langsung! Apa itu masih dianggap bohong?”

Ia mengepalkan tangan di atas meja. Kenapa semua orang begitu membela Shinta? Apa istimewanya gadis itu di mata mereka?

---

Tapi Shinta sendiri sama sekali tidak terganggu.

Setelah seminggu lebih beradaptasi, ia semakin terbiasa dengan ritme sekolah barunya. Di kelas, ia fokus mendengarkan, mencatat, dan belajar sungguh-sungguh—kecuali di pelajaran Bahasa Inggris milik Pak Liang.

Setiap kali pelajaran itu dimulai, Shinta santai saja menelungkup di meja dan tidur nyenyak.

Sikap acuhnya tentu membuat Pak Liang murka. Namun lama-kelamaan, ia memilih pura-pura tidak melihat. Dalam pikirannya: biarlah Shinta malas—kalau nilainya jeblok, itu malah menyenangkan baginya.

Sayangnya, kenyataan tak berpihak padanya.

Guru-guru lain justru punya kesan sangat baik terhadap Shinta.

Setiap ulangan kecil, nilainya nyaris sempurna.

Ditambah dengan sikapnya yang sopan dan tenang, ia dengan cepat menjadi murid kesayangan para guru.

Shinta Bagaskara—murid dengan 100 poin penuh di Matematika.

---

Waktu berjalan cepat. Pagi berganti siang.

Hari itu, Shinta tidak pulang. Ia tetap tinggal di asrama sekolah bersama Salsa Namira.

Asrama SMA Hastinapura Global School memang tergolong mewah. Satu kamar hanya diisi dua orang, dengan fasilitas lengkap—kamar mandi dalam, meja belajar, dan balkon kecil. Meski tidak besar, suasananya nyaman dan bersih.

Saat jam makan siang tiba, Salsa menarik tangan Shinta dengan semangat.

“Ayo, aku lapar banget! Katanya menu hari ini rendang, lho!”

Mereka pun ikut antre di lantai dua kantin.

Di saat yang sama, Dira Bagaskara melintas dari arah depan, dikelilingi beberapa siswi lain. Mereka bercanda dan tertawa kecil, suasananya terlihat begitu akrab.

Begitu melihat Shinta, salah satu teman Dira—Zahra Jihan—langsung mencondongkan tubuh dan berbisik pelan:

“Dira, itu kan Shinta. Kudengar dia dipelihara sama om-om kaya. Masih sekolah, tapi udah tahu cara cari sponsor. Katanya lagi, dia lebih cantik darimu. Hah, mana bisa! Menurutku, Shinta bahkan nggak pantas bawa tasmu!”

Dira hanya tersenyum tenang.

Ia memang cantik, berbakat, dan berasal dari keluarga kaya.

Banyak siswa diam-diam menobatkannya sebagai gadis tercantik di sekolah.

Namun sejak Shinta muncul, semuanya berubah.

Banyak yang mulai membandingkan mereka. Dan hasilnya? Kecantikan Dira yang dulu dianggap sempurna, kini tampak biasa saja di hadapan Shinta.

Bahkan sempat muncul polling anonim di media sosial sekolah. “Siapa gadis tercantik SMA Hastinapura Global School?”

Awalnya, Shinta unggul tipis dari Dira. Tapi setelah gosip murahan itu menyebar pagi ini, posisi Shinta langsung merosot.

Dira tentu memperhatikan semua itu. Begitu masuk kantin dan melihat Shinta yang sedang antre, hatinya mendadak dicekam rasa iri.

Ia juga sadar, banyak tatapan lelaki diam-diam mengarah pada gadis itu—dan hal itu membuat dadanya terasa panas.

Ia harus mengakui, Shinta memang cantik. Cantik yang berani, cantik yang menancap di kepala hanya dengan sekali pandang.

Saat mendengar komentar Zahra, Dira tersenyum lembut.

“Jangan begitu, memang dia cantik.”

Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan pelan, “Sayangnya… dia dipelihara om-om.”

Kalimat itu terdengar seolah iba, tapi di balik senyum tenang itu, kedua tangannya mengepal erat di balik rok seragamnya.

Karena sebenarnya, gosip itu berasal darinya.

Ia tahu itu kebohongan, tapi dialah yang menyebarkannya.

Om-om kaya? Tidak ada.

Yang benar, Shinta memang dekat dengan seorang pria tampan, yang Dira sendiri belum tahu identitasnya, lelaki itu gagah dan berkelas, dengan aura elegan seperti cahaya bulan di malam gelap. Bahkan Dira sendiri tak bisa memungkiri rasa irinya.

Ia diam-diam menyelidiki siapa pria itu, tapi tak menemukan banyak hal.

Mobil yang dikendarainya saja bernilai miliaran.

Penampilannya rapi, dari ujung rambut sampai sepatu penuh barang bermerek; jam tangannya kelas atas.

Sudah jelas, ia berasal dari keluarga terpandang.

Tampan, kaya, berwibawa—tipe pria ideal untuk masa depan Dira.

Namun, pria itu justru dekat dengan Shinta. Bahkan, pernah terang-terangan menyindir Dira demi membela gadis itu.

Sejak saat itu, rasa kesal dan cemburu tumbuh dalam diam.

Dan ketika ada kesempatan, Dira menyuruh beberapa murid senior untuk menyebarkan kabar bahwa Shinta bukan hanya gadis desa, tapi juga dipelihara om-om kaya.

Hasilnya luar biasa cepat.

Dalam waktu kurang dari setengah jam, hampir seluruh siswa yang sudah datang ke sekolah sudah mendengar gosip tersebut.

“Dira, kamu memang cantik luar dalam, orangnya baik hati banget,” kata Zahra memuji, menatap Dira penuh kekaguman.

Dira tersenyum lembut.

“Sudahlah, ayo kita antre,” ujarnya, suaranya lembut tapi penuh perhitungan.

---

Sementara itu, Shinta hanya berdiri di antrean, mendengarkan ocehan semangat Salsa yang tak habis-habis soal makanan.

Tanpa sadar, giliran mereka pun tiba.

Begitu melihat deretan lauk, mata Salsa langsung berbinar.

“Aduh, lihat itu, ayam gorengnya garing banget! Ada semur daging juga! Wah, sambalnya kelihatan pedas banget!”

Kantin SMA Hastinapura Global School memang terkenal.

Semua kokinya dulunya bekerja di hotel bintang lima, jadi rasanya tidak pernah mengecewakan.

Salsa, si tukang makan sejati, langsung memilih tiga macam lauk—semuanya daging.

Ia bahkan menunjuk cepat ke arah piring sambil berteriak kecil:

“Bu, saya mau ini, itu, sama yang itu juga… eh, tambah yang ini juga satu lagi ya!”

Ibu kantin yang sedang menyendok makanan sempat berhenti dan menatapnya geli.

“Kamu ini, tiap hari makannya kayak prajurit perang aja Nak,” katanya sambil terkekeh.

Salsa hanya nyengir lebar.

“Soalnya masakannya enak banget, Bu!”

Ibu itu tertawa dan menyendok penuh setiap lauk ke nampannya, tanpa ragu.

Kalau siswa lain, sendokannya bisa irit atau bahkan dikurangi.

Tapi kalau giliran Salsa, porsinya selalu melimpah.

“Terima kasih, Ibu!”

“Ah, sama-sama, Nak. Kamu memang manis.”

Shinta yang berdiri di sampingnya hanya bisa menggeleng kecil, senyum tipis menghiasi bibirnya.

Ia menikmati melihat Salsa begitu ceria—sosok yang begitu polos, seperti secercah cahaya di tengah hiruk-pikuk gosip yang masih berhembus di sekeliling mereka.

1
Narina Chan
ayo lanjutkan kaka
Robiirta
ayo lanjut update yg banyak kaka
Robiirta
lanjutkan kaka
Na_dhyra
2 bab gak cukup beb...hihihi
Awkarina
update yang banyak kaka
Awkarina
mam to the pus🤣🤣🤣
Awkarina
jurusnya teh hijau nih👍👍👍
Awkarina
dia jijik woy😄😄😄
Awkarina
bisa gitu🤭
Awkarina
antagonis pro nih👍
Awkarina
ini dia yang marah🤣🤣🤣
Awkarina
mati aja lo😄😄😄
Awkarina
lah dia mupeng😄😄😄
Awkarina
ko saya pengen nabok y🤣🤣🤣
Awkarina
lanjutkan 👍👍👍👍
Awkarina
lanjutkan 😍😍😍😍
Awkarina
Mantap ceritanya lanjutkan sampai tamat ya thor, aku menunggu
Robiirta
👍👍👍👍👍 LAnjutkan💪💪💪💪
Robiirta
lanjutkan💪💪💪💪
Robiirta
😍😍😍😍😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!