NovelToon NovelToon
A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:672
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

Sejak bayi, Kim Areum menghilang tanpa jejak, meninggalkan tiga kakaknya—Kim Jihoon, Kim Yoonjae, dan Kim Minjoon—dengan rasa kehilangan yang tak pernah padam. Orang tua mereka pergi dengan satu wasiat:

"Temukan adik kalian. Keluarga kita belum lengkap tanpanya."

Bertahun-tahun pencarian membawa mereka pada sebuah kebetulan yang mengejutkan: seorang gadis dengan mata yang begitu familiar. Namun Areum bukan lagi anak kecil yang hilang—ia tumbuh dalam dunia berbeda, dengan ingatan kosong tentang masa lalunya dan luka yang sulit dimengerti.

Sekarang, tiga kakak itu harus membuktikan bahwa ikatan darah dan cinta keluarga lebih kuat daripada waktu dan jarak. Bisakah mereka menyatukan kembali benang-benang yang hampir putus, atau Areum telah menjadi bagian dari dunia lain yang tak lagi memiliki ruang untuk mereka?

"Seutas benang menghubungkan mereka—meregang, namun tidak pernah benar-benar putus."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26: Pulang ke Yeonnam-dong

"Baik. Tiga hari… pastikan pekerjaanmu sudah selesai sebelum pergi.” ujar Minjoon yang membuat Areum membungkuk dalam-dalam, rasa lega membanjiri wajahnya.

“Kamsahamnida, Sajangnim.” ujar nya sembari melangkah mundur pelan, tidak sadar bahwa kepergiannya baru saja meninggalkan tanda tanya di kepala tiga pria di ruangan itu—tanda tanya yang belum siap mereka jawab, tapi sulit untuk diabaikan.

Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih belum stabil. Udara malam Gangnam terasa dingin menusuk, lampu-lampu jalan memantulkan kilau emas di permukaan trotoar yang basah sisa hujan sore tadi. Ia melangkah cepat menuju halte terdekat, memilih naik bus malam ketimbang memesan taksi—lebih tenang, lebih banyak waktu untuk berpikir. Di sepanjang perjalanan, bayangan tatapan Minjoon tadi terus membayanginya. Tatapan yang seolah mengatakan aku tahu kau menyembunyikan sesuatu.

Begitu sampai di depan apartemennya, Areum merogoh kartu akses dengan tangan gemetar. Ia segera masuk, menyalakan lampu ruang tamu, lalu meletakkan tas di sofa. Matanya langsung beralih ke koper hitam di sudut lemari. Ia mulai memasukkan pakaian secukupnya untuk tiga hari, obat-obatan, dan beberapa dokumen penting. Tangannya bergerak cepat, namun pikirannya penuh keraguan. Setiap kali memasukkan baju, ia teringat potongan percakapan di ruang tamu tadi—terutama saat atasan nya itu terkejut saat dia menyebut Yeonnam-dong.

Selesai berkemas, Areum memeriksa jadwal bus antar kota yang akan membawanya dari Gangnam ke Mapo-gu. Malam ini ia akan tidur lebih awal, lalu berangkat esok pagi sebelum jam sibuk. Tapi bahkan setelah lampu kamar dimatikan, matanya sulit terpejam. Di luar, suara kendaraan yang lalu lalang samar terdengar, seakan mengiringi kegelisahannya.

"Semoga semuanya baik-baik saja," ucap Areum yang tidak tahu dia tujukan untuk siapa.

••

Pagi itu, Areum terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya mentari yang menembus tirai membuat matanya sedikit menyipit. Ia duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke lantai beberapa detik sebelum akhirnya bangkit. Pikiran tentang ibunya yang sakit terus menghantuinya sejak semalam. Setelah mandi cepat dan mengenakan sweater rajut putih yang nyaman, ia mulai merapikan isi koper. Beberapa pakaian santai, perlengkapan mandi, dan obat herbal yang ia beli semalam dimasukkan dengan rapi. Sesekali, Areum melirik jam di ponselnya—ia tidak ingin terlambat, karena bus pertama ke Mapo-gu selalu cepat penuh.

Begitu keluar dari apartemen, udara pagi Gangnam langsung menyambutnya. Langit cerah, lalu lintas mulai padat, dan aroma kopi dari diffuser apartemennya menusuk hidung. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri dari kegugupan yang entah kenapa ikut muncul, seperti akan menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar menjenguk orang tua.

Di halte, Areum berdiri sambil menggenggam koper kecilnya. Saat bus datang, ia memilih kursi dekat jendela, membiarkan pandangan matanya tersapu pemandangan kota. Gedung-gedung kaca menjulang tinggi di Gangnam perlahan tergantikan oleh jalan yang lebih sederhana. Mobil-mobil sport berkurang, digantikan oleh sepeda dan pejalan kaki yang membawa belanjaan pagi.

Ketika bus melintasi Sungai Han, Areum terpaku pada kilau air yang berpendar terkena sinar matahari. Ada perasaan hangat bercampur sesak di dadanya, seperti rindu yang lama terpendam. Begitu bus memasuki Mapo-gu, jalanan terasa lebih akrab. Kafe-kafe mungil, toko roti dengan pintu kayu, dan deretan pohon rindang di tepi jalan membuatnya seolah kembali ke masa remaja.

Areum turun di halte Yeonnam-dong. Udara di sini lebih tenang, lebih ramah. Ia menarik kopernya, langkahnya cepat tapi matanya tetap mengamati setiap sudut yang penuh kenangan. Semakin dekat ke rumah, detak jantungnya terasa makin kencang. Ia tahu Eomma sedang sakit, tapi ada perasaan lain—perasaan yang sulit ia jelaskan—yang membuatnya sedikit gugup membuka pintu rumah itu.

Areum berhenti tepat di depan pagar rumah yang sudah beberapa bulan ia tinggalkan. Cat putihnya masih terlihat bersih, meskipun beberapa pot bunga di teras tampak sedikit layu. Ia menarik napas panjang, aroma tanah basah dan bunga yang hampir layu menyapa hidungnya. Dengan hati-hati, ia mengetuk pintu pelan sambil berseru.

“Eomma… Appa… Areum pulang,” ujarnya dengan semangat, meski di dada ada sedikit berdebar—kemarin ia memang sudah memberi kabar bahwa ia akan kembali pagi itu. Tak butuh waktu lama, pintu terbuka dari dalam. Eomma muncul dengan wajah pucat, namun senyum tipisnya tetap menghiasi raut lelahnya.

“Ah, Ttal… akhirnya pulang juga,” ucapnya lembut. Areum buru-buru melangkah masuk, menurunkan kopernya dekat pintu, lalu memeluk Eomma dengan hati-hati, takut membuatnya semakin lemah.

“Eomma… kenapa tidak bilang dari kemarin-kemarin kalau sakit? Aku pasti pulang lebih cepat,” ucapnya pelan, menahan rasa bersalah yang menekan dadanya.

“Eomma-mu tidak mau membuatmu khawatir, jadi diam saja. Ayo duduk… apa sangat lelah?” jawab sang ibu, senyumnya tetap menenangkan. Areum segera bergegas ke dapur, menuangkan air hangat, lalu kembali membawa dua cangkir untuk orang tuanya.

“Minum dulu, biar tenggorokannya tidak kering,” ujarnya sambil duduk di antara mereka. Tangannya sedikit gemetar saat menyerahkan cangkir, takut salah gerak membuat air tumpah.

“Harusnya kami yang menyambut mu, kenapa malah kamu yang menyambut kami?” ujar sang ibu, nada suaranya hangat, membuat Areum tertawa kecil sambil menunduk malu.

“Aku lupa jika aku yang sedang bertamu,” jawabnya, sedikit bercanda. Senyum tipis tersungging di wajahnya, rasa lega terasa di dadanya.

“Bagaimana tinggal di Gangnam… apa menyenangkan?” tanya sang ayah. Selama ini, ia selalu mendukung apapun yang Areum inginkan, berbeda dengan Nam Hyerin sang ibu yang terkadang ingin Areum mengikuti jalan yang ia pikir terbaik, bukan karena tidak sayang, tapi karena ingin melindungi putrinya.

“Semuanya menyenangkan, Appa. Hanya saja aku rasa lebih tenang di sini karena di sana memang termasuk perkotaan kelas atas. Tapi selebihnya ini menyenangkan, aku juga punya teman baru di sana,” ujar Areum, bercerita dengan riang seperti anak TK yang baru pulang dari sekolah. Kedua orang tuanya hanya duduk diam, mendengarkan dengan mata lembut dan penuh perhatian, seolah setiap kata Areum adalah harta yang tak ternilai.

1
Ramapratama
💜
Ramapratama
jangan jangan... adik yang hilang itu di adopsi keluarga Park kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!