Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Mungkin Jatuh Cinta Lagi
Saat selesai makan dan menikmati hidangan penutup. Yumna mengeluarkan kartunya dan menyerahkan pada Davin di atas meja saat Davin sudah mengeluarkan kartu berwarna hitam dari dompetnya. Davin langsung mendongak dan mengerutkan keningnya.
"Saya ikut bayar saja Pak"
Dengan cepat Davin menyentil kartu Yumna bagaimana barang tidak berharga sama sekali. Kartu itu meluncur di atas meja dan kembali pada pemiliknya. Yumna hanya cemberut dan mengambil kembali kartu miliknya yang di anggap tidak berharga oleh Davin. Padahal kartu ini lebih dari berharga daripada nyawanya.
"Kau pikir aku tidak sanggup membayar semua makanan ini?"
"Bukan seperti itu, aku hanya tidak mau saja merepotkan Pak Davin sampai harus di bayarkan makan"
Davin selesai membayar pada pelayan, lalu dia berdiri dari duduknya dan mengancingkan jasnya. "Selama kau pergi denganku, tidak perlu mengeluarkan uang. Simpan saja uangmu untuk kebutuhanmu sendiri"
Yumna menghela napas pelan, lalu dia ikut berdiri. Pelayan Restoran yang masih berada disana diam-diam tersenyum dengan jantung yang berdegup. Membayangkan jika dirinya yang berada di posisi itu.
Beruntung sekali kekasihnya itu. Sepertinya kesalahpahaman terjadi dalam pemikiran orang-orang yang tidak sengaja bertemu dengan mereka.
Kembali ke Kantor, Yumna mulai sibuk dengan sisa pekerjaannya di atas meja. Melirik jam tangannya, dan baru sadar sudah hampir waktunya untuk Davin bertemu dengan Perusahaan Areta Group. Yumna berjalan ke ruangan Davin, mengetuk pintu lalu masuk.
"Sebentar lagi dari Areta Group akan sampai, Pak. Saya sudah siapkan semua filenya"
"Kau diam saja disini, aku akan pergi dengan ditemani Byan. Sebentar lagi dia datang, aku meminjamnya dulu untuk jadi Asistenku sekarang"
Yumna hanya mengangguk, meski bingung dengan Davin yang melarangnya untuk ikut rapat pertemuan ini. Mungkin ini termasuk dari rencana Davin untuk menghancurkan Rio, menjalankan balas dendam Yumna pada mantan suaminya itu.
Bisa ya pinjam Asisten orang lain dari Perusahaan lain juga? Ah, kenapa tidak bisa, mereka 'kan teman.
Akhirnya Yumna hanya menunggu dengan tegang, rapat mungkin sudah berlangsung karena beberapa menit lalu orang-orang dari Areta Group sudah sampai. Yumna juga tidak tahu siapa saja perwakilan yang datang kesini.
"Apa yang akan dilakukan Pak Davin ya? Aku semakin penasaran, dan semakin cemas juga"
*
Di dalam ruang rapat, Davin hanya tersenyum sinis pada semua orang yang jelas sedang menjilat padanya. Membanggakan Davin dan terus memuji kinerja Davin selama menjadi pemimpin Perusahaan ini. Tatapan Davin hanya tertuju pada pria muda yang mungkin seumuran dengannya, menatapnya dari atas sampai bawah seolah sedang menilainya.
Jadi ini mantan suaminya, jelek sekali. Tidak lebih tampan daripada aku ternyata.
"Jadi, bagaimana Tuan Davin? Apa anda berminat untuk investasi di Perusahaan kami?" tanya Rio setelah menjelaskan isi dari proposal kerja sama yang mereka ajukan dengan Perusahaan Davin ini.
Davin menatap Rio dengan dingin. membuat pria itu merasa canggung dan gugup. Dalam hatinya terus bergumam agar Davin mau menerima kerja sama ini dan berinvestasi pada Perusahaannya.
"Berapa keuntungan yang akan aku dapatkan?" tanya Davin dengan penuh penekanan dan suara yang tegas. Seperti tidak akan pernah mau merasa rugi atas kerja sama apapun. "Saya ber-inves cukup besar. Dan seharusnya keuntungannya pun sesuai jika saya menyetujui kerja sama ini"
Rio melirik pada Ayah mertuanya, seolah bertanya apa yang akan kita lakukan untuk menjawab pertanyaan Davin ini. "Em, seharusnya sudah sesuai dengan proposal yang kami berikan, Tuan. Kami yakin proyek ini tidak akan gagal"
Davin mengangguk kecil dengan wajah yang tetap datar, membaca berkas di depannya. "Hanya 10% keuntungan untuk saya? Bahkan saya mendapatkan ini hanya dalam setengah hari"
Semuanya diam, Byan hanya menundukan wajahnya dengan membenarkan kacamatanya. Menahan senyum saat mendengar ucapan Davin barusan dan melihat wajah-wajah shock dan tertekan dari semua orang.
Mereka salah mencari lawan. Haha.
"Begini saja, saya akan berinvestasi dalam proyek kalian ini, tapi saya minta 35% keuntungan"
Memang gila si Davin ini, benar-benar ingin membuat orang bangkrut ya. Byan hanya bisa membatin melihat kelakuan sahabatnya ini. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menunduk dan menahan tawa.
"Tapi Tuan, itu terlalu besar. Karena keuntungan kami pun belum tentu mencapai target di bulan pertama"
"Kalo kalian sendiri tidak yakin dengan proyek ini yang akan menguntungkan atau bahkan merugikan, lebih baik tidak usah dilanjutkan. Saya tidak perlu bekerja sama dengan proyek kecil seperti ini"
"Bu-bukan seperti itu, Tuan. Rio hanya salah bicara saja, baiklah jika Tuan Davin meminta 35% dari keuntungan, kami setuju"
"Pa" Rio terlihat kaget dengan keputusan Ayahnya yang langsung menyetujui negosiasi dari Davin. "Itu tidak mungkin Pa? Kita harus diskusikan dulu"
"Sudahlah kamu diam saja, semuanya biar Papa yang urus"
Tangan Davin berada di atas meja, jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan irama seiring. Menatap sedikit perdebatan diantara mertua dan menantu itu. Senyuman devil langsung tersemat di wajahnya yang dingin.
"Jadi, setuju dengan 35%?"
"Ya, kami setuju Tuan"
Davin mengangguk kecil dengan senyuman tipis yang sedikit merendahkan. Dia menerima uluran tangan dari pria tua di depannya. Lalu mereka merubah isi proposal dan melakukan tanda tangan kerja sama dengan kesepakatan yang sudah di sesuaikan.
Byan berdiri dan mengantar tamu mereka keluar dari ruangan rapat. Saat dia kembali ke dalam, menatap Davin dan ... Hahaha... Tawa keduanya pecah di dalam ruangan ini. Byan sampai memukul-mukul meja dengan terbahak, mengusap ujung matanya yang berair.
"Sialan kau Dav, bisa-bisanya mereka juga menyetujuinya"
"Mereka sedang butuh uang untuk mempertahankan Perusahaan yang sudah banyak hutang itu. Kita lihat saja, apa mereka akan mampu menjalankan proyek ini? Oh ya, aku punya tugas untukmu. Buat gagal semuanya, dan mereka tidak bisa membayar uang kita ataupun keuntungannya. Dan kita akan akusisi Areta Group"
"Haha.. Gila kau Dav, benar-benar gila. Iblis mana yang merasukimu sampai kau ingin mereka benar-benar hancur tanpa sisa"
Davin tersenyum mengerikan, tatapannya penuh dengan arti. Menatap berkas di depannya. "Seperti yang aku bilang, mereka sudah menghancurkan hidup Sekretarisku dan Yumna meminta bantuan padaku untuk membalaskan dendamnya. Jadi, aku harus membantunya"
Byan langsung terdiam, dia menarik kursi di samping Davin dan duduk disana. Menatap Davin yang tersenyum tanpa alasan saat bercerita tentang Yumna.
"Kau tidak sedang jatuh cinta 'kan?"
Davin langsung menatap Byan dengan sinis. Meski hati dan pikirannya pun jadi bertanya-tanya sekarang. Dia berdiri dan mengancingkan jasnya. "Mana mungkin. Aku sudah lupa bagaimana itu cinta. Aku tidak mungkin mengenal cinta lagi"
"Hati tidak akan bisa dibohongi Dav, lagian sudah terlalu lama kau menutup hatimu. Mungkin saja Sekretarismu itu yang dapat membuka hatimu kembali"
"Tidak mungkin!"
Bersambung