Petualangan Cinta Dokter Muda

Bab 24 Ci Ibun

Di restoran hotel Arssad, Arya, Eriska, Raya, Sofy dan koh Edi sedang makan bersama, Firman Sandjaya tidak ikut makan karena dia ada urusan mendesak.

Sambil makan Arya bertanya kepada Koh Edi "Paman Long, Apa kamu di sini hanya menjual batu mentah saja ?"

Koh Edi menggelengkan kepalanya kemudian dia berkata jujur "Sebenarnya aku ke kota ini bukan sekedar untuk berdagang batu mentah.

Adik ipar mu sedang sakit dan perlu perawatan, aku sudah mengunjungi beberapa rumah sakit tetapi mereka angkat tangan.

Aku dengar rumah sakit Wijaya sangat bagus, bisa mengobati pasien yang memiliki penyakit yang aneh bahkan penyakit non medis bisa di sembuhkan"

Arya menoleh ke arah Sofy dan Sofy melihat tatapan itu "Ay kenapa kamu melihat ku seperti itu?"

"Beib kamu dokter di rumah sakit Wijaya, bantu lah ayah mu" ucap Arya yang menyarankan.

Sofy terlihat sedikit kesal "Tapi itu bukan adik ku"

Koh Edi menghela napas, dia tahu sifat Sofy Bagai mana, apalagi Sofy dan ibu tirinya tidak akur, bahkan hubungan koh Edi dan Sofy membaik karena koh Edi mengakui kesalahannya dan menyerahkan Plakat keluarga besarnya yang telah dia curi.

Dan itu terjadi batu batu ini, karena dahulu koh Edi orang yang suka mabuk dan berjudi bahkan menelantarkan Sofy dan ibunya.

Sampai para rentenir berdatangan menagih hutang kepada ibu Sofy, sedangkan koh Edi sendiri kabur dengan membawa pergi plakat keluarga long.

Di sana Sofy geram dan berjanji untuk tidak memaafkan ayahnya itu kalau masih tidak berubah.

Koh Edi kabur keluar pulau dan bertemu dengan Bos wanita yang memiliki tambang batu akik, mereka pun menikah sampai dengan sekarang koh Edi di karuniai seorang putra.

Tetapi sayangnya sekarang anaknya mengidap penyakit yang aneh, dia tidak lagi mau makan dan badannya semakin kurus kering, tidak ubahnya seperti kerangka berjalan.

Koh Edi berkata "Aih, Mey er, dia anak kandung ku, meskipun beda pabrik tetapi satu adonan, itu berarti dia adik mu juga, dia dan kamu sama sama anak ku, jadi aku mohon bantulah aku"

Eriska turut bicara "Paman Long tenang saja, kalau Sofy tidak mau membantu mengobati anak mu biar aku yang akan membantu mu mengobatinya.

Biarpun aku bukan dokter, usaha ku bergerak di bidang kesehatan, setidaknya aku tahu cara mengobati beberapa penyakit"

Mendengar perkataan dari Eriska koh Edi pun merasa senang dan itu membuat Sofy luluh "Baiklah kalau begitu, aku akan coba melihat dan memeriksanya"

Arya tersenyum menanggapi persetujuan dari Sofy untuk mengobati adiknya itu, sebenarnya Arya juga bisa mengobatinya, tetapi Arya masih menghargai Sofy yang seorang dokter senior di rumah sakit.

Setelah selesai makan mereka pun pergi ke kamar hotel yang di mana istri koh Edi dan anaknya menginap.

Tadinya dia besok akan kerumah sakit Wijaya, tetapi kebetulan Sofy dan Arya ada di sini, jadi sekalian saja koh Edi meminta mereka untuk memeriksa anaknya itu.

Di kamar hotel terlihat sorangan anak yang berusia 8 tahu sedang terbaring lemah, badannya kurus tanpa daging.

Sudah beberapa bulan dia tidak makan makanan yang bergizi bahkan sedikit nasi pun dia tidak mau makan.

Sofy memeriksanya kemudian dia berkata "Ini Anoreksia, kalau sudah sampai tahap ini susah untuk di obati"

Sofy adalah dokter modern dan dia sebenarnya dokter bedah, sehingga melihat adiknya yang mengalami penyakit ini dia angkat tangan.

"Kalau saja dia mau makan sedikit, dia akan ada harapan sembuh, tetapi dia hanya mau minum saja"

Sofy menoleh ke arah Arya "Ay, apakah kamu bisa mengobatinya ? Apa menggunakan pil pemulihan mu dia bisa di sembuhkan?"

Arya tersenyum kemudian dia menganguk "Aku bisa menyembuhkannya, tetapi bukan dengan pil pemulihan"

Sofy bertanya lagi "Lalu menggunakan metode apa?"

Arya berkata kepada Raya "Yaya tolong telpon bagian dapur, buat bubur dan bawakan bubur itu ke kamar ini"

Raya mengangguk, kemudian dia mengambil handphonenya lalu kemudian dia menelpon bagian dapur hotel untuk membuat bubur.

Raya mantan karyawan dan mantan kepala resepsionis, sehingga dia tahu seluk beluk hotel ini, sehingga mengapa Arya menyuruh raya melakukan panggilan pemesanan ke orang dapur hotel.

20 menit kemudian karyawan hotel datang dengan membawa troli makanan, di atas nampan berisi bubur polos yang di tutup tudung saji yang terbuat dari alumunium.

"Nona pesanan anda sudah siap" ucap karyawan hotel.

"Bawa bubur itu kesini" perintah Raya.

Karyawan hotel membawa nampan itu lalu dia serahkan kepada raya dan raya menyerahkan kembali kepada Arya.

Arya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, itu tabung kaca kecil dengan pipet sebagai tutupnya.

Dan tabung kaca kecil itu berisi cairan bening yang kental, itu adalah ci ibun, atau air Spritual yang Arya kumpulkan dengan formasi pengumpulan energi langit dan bumi.

Arya meneteskan 5 tetes ci ibun kedalam bubur tersebut, kemudian dia aduk bubur tersebut hingga rata, seketika aroma bubur itu menyeruak di hidung yang membuat orang yang menciumnya merasa lapar.

Anak koh Edi berkata dengan nada pelan dan lemah "Mama aku ingin makan"

Mendengar itu istri koh Edi dan koh Edi sendiri merasa senang, Arya menyerahkan bubur itu ke tangan istrinya koh Edi "Ini Tante, suapi dia pelan pelan saja"

Istri koh Edi mengambil mangkuk bubur dan duduk di pinggir tempat tidur anak itu "Iya nak, ini mama bawakan kamu bubur"

Satu mangkok bubur pun habis, dan koh Edi pun merasa bersyukur "Syukurlah anak ku mau makan, Terima kasih Menantu, kamu membuat anak ku mau makan lagi"

"Jangan senang dulu paman long, ini baru awal saja, kalau bisa siapkan setiap hari bubur dan sup kaki sapi, beri makan dia 3 kali sehari, tambahkan ini 5 tetes kedalam mangkuk bubur tersebut"

Arya merogoh saku celananya, dia mengeluarkan botol poslen yang di dalamnya berisi pil pemulihan.

"Setelah satu Minggu, berikan satu pil ini 1 butir setiap 3 hari sekali"

Arya memberikan 5 pil obat kepada koh Edi "Setelah 15 hari, aku jamin dia akan sembuh total"

Koh Edi merasa bersyukur memiliki anak menantu seperti Arya, dia bisa membuat anaknya makan dan dengan murah hati dia memberikan pil obat kepada anaknya itu.

"Menantu bagai mana aku bisa membalas kebaikan mu, Setiap aku datang dan berobat ke klinik dan rumah sakit, semua angkat tangan, tetapi di tangan mu, anak ku mau makan lagi"

Mata koh Edi berkaca kaca seakan dia ingin menangis dan itu tangisan bahagia.

"Paman Long, kita ini keluarga, jadi tidak perlu perhitungan seperti itu, tapi aku punya satu permintaan" ucap Arya sambil mengacungkan satu jarinya.

"Meminta apa itu ?" Tanya koh Edi.

"Aku ingin melihat batu mentah yang kamu miliki, kalau aku suka batu mentah mu akan aku borong"

Koh Edi mengangguk "Baiklah itu permintaan yang sangat mudah"

***

* Bersambung