Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Menguatkan
"Zalika nggak mau dirumah itu lagi" Gadis itu masih mengoceh, namun perlahan ia menerima suapan dari pria dihadapannya
"Kita akan pulang kerumah kita sendiri, kamu akan dikamar kamu sendiri!" Bujuk Zayyan
Pintu dibuka, dua putra kembarnya datang. Keduanya datang dengan membawa pesanan berupa pakaian milik kedua orang tuanya serta sang kakak
"Kalian bawa barangnya?" Tanya Tari
"Iya mah" Ryan menyerahkan koper berukuran kecil pada sang mama
"Pulanglah! Besok kalian sekolah kan!"
"Kita mau disini, mah. Kita juga mau ikut jagain kakak" ucap Rayn lalu mendekati ranjang kakak perempuannya
"Gimana keadaan kakak?" Tanyanya
Gadis cantik itu mengulas senyum, hingga lesung pipi sebelah kanannya terlihat dan itu membuatnya terlihat manis. Ryan juga memiliki lesung pipi yang sama namun disebelah kiri sementara Rayn tidak
"Terima kasih ya, dek!"
"Untuk apa?"
"Kalian sudah membawa kakak pergi dari sana!" Setetes cairan bening kembali membasahi pipi wanita itu
"Harusnya kami datang lebih awal, maaf ya kak!" Ucap Rayn
"Ryan, terima kasih" gadis cantik itu beralih menatap adik laki-lakinya yang satunya
Keduanya kini bertugas menjaga sang kakak karena kedua orang tua mereka tengah berada di kamar mandi guna untuk membersihkan diri
Anak-anak itu tak mempermasalahkan apa yang dilakukan kedua orang tuanya didalam sana hingga harus mandi bersama
"Kalian sungguh akan menginap disini?" Tanya Tari memastikan
Rayn mengangguk, sementara saudara kembarnya telah duduk dengan tenang disebuah sofa di ruangan tersebut sembari membaca buku
"Baiklah, terserah kalian saja" pasrah, kini Tari malah merapikan satu kasur lipat yang akan ditempati oleh dua pemuda itu
Beruntung ruang perawatan ini berukuran luas, hingga dapat menampung seluruh anggota keluarganya
Entah apa yang dipikirkan oleh dua remaja tampan ini hingga meninggalkan rumah besar mereka dan memilih tidur di rumah sakit seperti ini
"Ingat! Jangan telponan sampai larut malam dan mengganggu kakakmu!" Peringatan itu jelas Zayyan berikan pada putranya yang sedikit bandel yaitu Rayn
"Aku janji! Katakan itu juga pada Ryan!" Protesnya
"Sejak kapan Ryan teleponan sampai larut malam?" Zayyan membela Ryan, sementara yang dibela justru sibuk dengan hal lain
"Dia selalu membaca buku, dan itu mengganggu!"
"Sejak kapan membaca buku mengganggu orang lain, Ray!" Zayyan sampai bingung dengan jalan pikiran putranya itu
"Sudah! Kalian berisik, Zalika lagi tidur" Tari memberi peringatan kepada dua orang yang tidak pernah akur itu
"Rayn, Ryan. Kalian tidurlah! Besok harus bangun pagi kan karena harus pulang kerumah dulu untuk ganti seragam!" Tutur Tari dengan lembut
Keduanya menurut, berbaring pada kasur yang telah sang mama siapkan. Berdampingan seperti ini membuat keduanya tidak nyaman, bagaimana bisa dia orang yang tidak pernah akur berada disatu kasur yang sama
"Aku tidur di sofa saja!" Ryan memutuskan, pemuda itu segera bangkit dari posisinya yang semula berbaring
"Ya, pergilah! Tidur yang nyaman disana!" Usir Rayn
"Kamu tetap disana Ryan, ayah yang akan tidur di sofa!" Ucap Tari
"Ayah bisa tidur sama Rayn" pemuda tampan itu memberi saran
"Tidak perlu membantah, nak. Kamu tidur di situ atau kalian pulang saja!" Ucap Tari tak terbantahkan, bahkan suaminya dia saja sejak tadi. Pria itu lebih memilih menemani sang putri yang terlelap di ranjangnya
"Baiklah!" Jawab keduanya bersamaan
"Kamu istirahat saja, mas. Biar aku yang temani Zalika! Kita gantian saja" Tari mengusap bahu sang suami yang tengah duduk dikursi samping ranjang dimana Zalika tengah terlelap
"Sebaiknya kamu yang istirahat! Kamu bisa tidur di sofa! Aku yang akan menemani Zalika!" Kata Zayyan
"Tapi mas.."
"Kamu pasti lelah seharian ini, jadi pergilah tidur! Aku akan disini" sebuah senyuman tulus terukir di wajah tampan suaminya
"Baiklah! Kamu bangunkan aku jika ada sesuatu" setelah mendapat anggukan dari sang suami barulah wanita itu berbaring di atas sofa panjang tersebut
Entah jam berapa sekarang, Zayyan tertidur sambil duduk dikursi. Kepalanya berada diatas ranjang pasien yang bertumpu pada kedua tangannya
Suara isakan membuatnya terbangun, dirinya mencoba mengumpulkan kesadaran karena masih sangat mengantuk
Pandangannya tertuju pada sang putri yang masih menutup mata, buliran air mata keluar dari pelipisnya yang tertutup, suara isakan terdengar lirih bahkan terkadang mengigau
"Ampun!" Lirihnya dalam tidur
"Sayang, Zalika.. kamu kenapa sayang?" Zayyan berusaha membangunkan sang putri, bahkan sedikit mengguncang tubuhnya
"Enggak.. tolong ampuni aku.. tolong jangan pukul!" Racau Zalika dalam tidurnya dan itu membuat Zayyan khawatir
Bahkan kini gadis itu bangkit dan histeris, membuat semua penghuni ruangan tersebut bangun
"Tolong Zalika, tolong lepaskan aku. Ampuni aku toloong.." Gadis cantik itu terus memberontak, dengan cepat Zayyan membawanya dalam pelukannya
"Tenanglah, sayang! Ini ayah. Kamu sekarang aman disini!" Zayyan kian mempererat pelukannya
"Selamatkan Zalika, tolong selamatkan aku!" Gadis cantik itu terus meraung, hingga beberapa tenaga medis datang dan memberinya suntikan penenang
"Ada apa sebenarnya dengan Zalika mas?" Tari yang tidak tega ikut menitihkan air matanya
"Kalian temani kakak sebentar! Ayah akan tenangkan mama dulu!" Zayyan berucap pada kedua putranya
"Biar aku saja!" Ryan mengambil posisi dengan duduk di kursi samping ranjang dimana sang kakak telah terlelap setelah mendapat suntikan
Zayyan membawa sang istri untuk duduk di sofa panjang diruang perawatan tersebut. Ia peluk tubuh wanita itu dengan erat, tangan lebarnya mengusap kepala sang istri yang kini terbalut hijab instan berwarna cream
"Tenanglah sayang! Kita harus menghadapi ujian ini dengan sabar!" Tutur Zayyan dengan lembutnya
"Tapi aku nggak tega melihat Zalika seperti itu, dia ketakutan mas!" Tari terisak dalam dekapan hangat suaminya
"Ini adalah takdir yang harus Zalika terima, ini tidak akan lama. Setelah ini Zalika akan kembali seperti Zalika kita yang ceria dan manja lagi!" Kata-kata itu juga ia berikan pada dirinya sendiri, mengingat dirinya juga memiliki ketakutan yang sama. Hanya saja ia dapat menyembunyikan kesedihannya dengan baik
Tanpa sadar kini wanita itu terlelap dalam pelukan suaminya, Zayyan memberikan posisi yang nyaman bagi sang istri dengan meletakkan kepala wanita itu di atas pangkuannya, sementara Ryan pun terlelap dengan posisi yang sebelumnya Zayyan lakukan
***
Pagi hari semuanya lebih baik, Zalika tak lagi memberontak. Bahkan kini wanita itu tengah menyantap sarapannya
Akbar datang mengunjungi sang adik, Zalika tampak nyaman bercerita pada sang kakak tentang kejadian yang ia alami
"Aku sudah daftarkan ke pengadilan untuk pembatalan pernikahan antara Zalika dan Arga!" Ucap pemuda itu setelah selesai berbincang dengan sang adik
"Apa semuanya akan baik-baik saja?" Tanya Zayyan, bukan tanpa alasan. Ia hanya tidak ingin kasus ini mempengaruhi mental putrinya jika dilakukan dalam waktu dekat seperti ini
semoga terkuak ya rahasianya