Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seseorang Yang Tidak Pantas
Evelin mengajak Cassie untuk pergi jalan jalan, kebetulan ayahnya memberi uang jajan untuk digunakannya bersama dengan Cassie. Pasalnya jika diberi langsung padanya mak dengan tegas Cassie akan menolaknya, jadi orang tua mereka mencari akal seperti itu.
"Mau membeli baju? Bukannya lemari baju mu sudah tidak muat karena ada terlalu banyak baju mu?" ujar Cassie.
"Yang lainnya sudah tidak muat, sudah ku kepak dan akan ku kirim ke panti asuhan" ucap Evelin.
"Aku juga akan mentraktir mu berbelanja, jadi kamu bebas memilih baju mana yang mau dipakai" ucap Evelin kembali.
"Aku tidak perlu! Masih banyak baju ku yang belum ku pakai" ucap Cassie.
"Aku ingin mentraktir mu sebagai bentuk kelolosan ku yang sebentar lagi akan menjadi penyanyi" ucap Evelin.
"Hah! Baiklah, aku malas ribet jadi kamu saja yang pilihkan untuk ku" ucap Cassie.
"Okei" sahut Evelin dengan bersemangat.
Mereka pun terus keluar masuk ke toko yang ada di dalam mall itu, barang yang mereka beli sama semua hanya warnanya saja yang membedakan. Mulai dari baju, celana, sepatu, tas, parfum dan lain sebagainya.
Setelahnya mereka segera bersiap untuk pulang, sebelum itu Evelin mengajak sahabatnya itu untuk pergi ke sebuah restoran karena dia sudah kelaparan sebab seluruh tenaganya sudah digunakan untuk berbelanja.
~ ~ ~
Mereka segera memilih makanan yang akan mereka makan, sembari menunggu pesanan mereka tiba. Evelin melihat ke sekeliling restoran itu, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah meja dimana di sana ada dua orang dan salah satu dari mereka Evelin mengenalnya.
"Hm, bukankah itu Jackson? Siapa perempuan yang bersamanya? Apa itu pacarnya? Mereka terlihat seperti sedang berkencan saja!" celetuk Evelin.
Cassie pun ikut menoleh ke arah dimana Evelin melihat, dia melihat keberadaan Jackson bersama dengan perempuan yang juga bersamanya tadi pagi.
"Mungkin!" sahut Cassie.
"Huh? Ah sebaiknya kita fokus makan saja" seru Evelin mengalihkan fokusnya Cassie, dia baru tersadar kalau sahabatnya itu cukup dekat dengan Jackson lalu sekarang dia malah melihat pria itu yang terlihat cukup dekat dengan perempuan lain.
"Makanan yang dipesan belum datang" ucap Cassie.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sampai pesanannya tiba? Aku akan mati kebosanan karena terlalu lama menunggu dan tidak ada yang dilakukan selama itu" ucap Evelin.
"Eve? Kenapa kamu terlihat seperti orang yang panik?" tanya Cassie.
"Serius kamu bertanya sekarang? Bukannya kamu sedang dekat dengan Jackson?" ujar Evelin.
"Kami tidak pernah dekat, aku hanya sekedar seorang kenalan untuknya. Ke depannya hanya akan seperti itu juga, jadi tidak perlu panik seperti itu" ucap Cassie.
"Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Evelin.
"Apa aku terlihat tidak baik-baik? Aku baik-baik saja" ucap Cassie.
Setelahnya percakapan mereka tidak terlanjutkan sebab pelayan restoran sudah datang mengantarkan makanan yang sudah mereka pesan tadi.
"Makanlah" ucap Evelin.
"Mn!" sahut Cassie.
. . .
Setelahnya Evelin langsung buru-buru mengajak Cassie untuk pulang, di depan restoran itu mereka bertemu dengan Richardo.
"Loh? Kalian juga makan di sini? Apa kalian bertemu dengan Jackson?" ucap Richardo.
"Mn! Dia sedang bersama dengan pacarnya" ucap Evelin.
"Huh?" sahut Richardo yang keheranan.
"Hah! Sih playboy itu entah apa yang sedang dipikirkannya, semalam begitu dekat dengan Cassie lalu siangnya begitu dekat dengan perempuan lain" celetuk Evelin kemudian segera meninggalkan Richardo yang tengah berada dalam keterkejutan.
Richardo segera masuk ke dalam, dia melihat sahabatnya yang begitu dekat dengan Keisya. Dia pun mengerti kenapa Evelin terlihat begitu marah, dia sendiri pun menghela napas.
"Maaf aku telat! Kalian ini yah, pantas saja ada yang mengira kalau kalian itu berpacaran. Dilihat saja kalian seperti sedang berkencan, benar-benar membuat orang lain salah paham" ucap Richardo.
"Apa yang kau katakan? Mana ada begitu?" sahut Keisya dengan malu-malu dan terlihat sangat senang.
"Apa maksud mu?" tanya Jackson dengan datar.
"Oh! Tadi aku bertemu dengan Cassie dan Evelin yang baru keluar dari sini, katanya mereka melihat mu sedang bersama dengan pacar mu dan terlihat sangat mesra" ucap Richardo yang menambah-nambah sedikit bumbu untuk memanaskan sih Jackson.
Jackson yang tersadar dengan ucapannya Richardo pun sangat terkejut.
"Dimana mereka?" tanya Jackson yang sudah terlihat panik.
"Sudah pergi, sepertinya mereka sudah mau pulang. Ada banyak sekali tas belanjaan yang mereka pegang, sepertinya baru selesai berbelanja dan singgah makan dulu lalu pulang ke rumah" ucap Richardo.
"Kau belum mau pulang kan?" celetuk Jackson.
"Kenapa memangnya?" tanya Richardo.
"Kau temani dia dulu" ucap Jackson.
"Kamu mau ke mana? Aku tidak suka untuk berduaan dengannya" ucap Keisya.
"Lalu kau pikir aku juga mau?" sahut Richardo.
"Aku harus pergi, ada urusan yang penting" ucap Jackson.
"Untuk membujuk seorang perempuan? Apa kamu menyukainya? Apa perempuan yang tadi pagi itu? Kata mu dia hanya seorang kenalan, kenapa sekarang kamu terlihat panik?" ujar Keisya.
Jackson sudah tidak merespon, dia langsung buru-buru keluar.
"Kei, kau menggunakan dalih sebagai teman masa kecil untuk mengikat Jackson di sisi mu tanpa peduli seperti apa perasaannya. Sayangnya, baik itu dulu mau pun sekarang pun kau tidak akan bisa memenangkan hatinya. Kau mengetahui soal dia dekat dengan seseorang kan? Makanya kau langsung pulang kemari padahal harusnya masih ada dua tahun lagi kau di sana, kau menaruh seseorang untuk terus memata-matai Jackson kan? Jika sampai dia mengetahuinya, menurut mu seperti apa dia akan meresponnya?" ucap Richardo.
"Jangan asal berbicara!" ucap Keisya.
"Entah aku asal berbicara atau memang begitu kebenarannya, kau sendiri yang tahu! Kau bukan lagi anak kecil, berhentilah menyita waktunya Jackson untuk mu. Kau pikir dia tidak punya urusan yang lain?" ujar Richardo.
"Kenapa memangnya? Jika aku mau dia menemani ku, aku tidak peduli pada hal yang lain" ucap Keisya.
"Karena itulah kenapa Jackson tidak pernah jatuh cinta pada mu, karena kau hanyalah seorang perempuan yang egois dan manja" ucap Richardo.
"Kau..." seru Keisya dengan geram.
"Kei, tipe ideal pasangan yang diinginkan Jackson itu adalah seseorang yang selalu mandiri dan tidak selalu mengandalkan orang lain. Seseorang yang selalu terlihat dingin, padahal sebenarnya hatinya sangat rapuh. Seseorang yang tidak suka terlihat lemah, jadi dia akan selalu berlagak kuat" ucap Richardo.
"Dan kau, tidak punya kesempatan sama sekali. Jadi, menyerah lah Kei" ucap Richardo, setelahnya dia meninggalkan perempuan itu sendirian.
~ ~ ~
Sedang Jackson saat ini sibuk menelfon Cassie namun seperti tidak melihat ada panggilan masuk untuknya, Cassie hanya mengabaikannya saja.
Lagi pula dia sudah memutuskan untuk tidak terlibat lagi dengan Jackson karena dia tidak mau berhadapan dengan hal yang merepotkan.
"Aku hanya terenyuh sebentar dengan sikapnya selama ini hingga membuat ku lupa diri, kalau seseorang seperti ku tidak pantas untuk memiliki seseorang di samping ku" gumam Cassie di dalam hati sembari melihat pemandangan yang ada di luar dari dalam mobil.
