Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Yuni beberapa kali menarik serta mengembuskan napas secara kasar sebelum menjawab pertanyaan Bayu. Meski pun dia terpukul dengan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Suaminya, tapi Yuni harus tetap kuat demi Denis dan Nadira.
"Sebelumnya aku sudah berkomitmen dengan Mas Hendra kalau aku tidak akan pernah memaafkannya jika dia sampai berselingkuh. Jadi, aku akan menggugat cerai Mas Hendra, dan ini adalah air mata terakhir yang aku keluarkan untuk seorang pengkhianat, karena dia tidak pantas untuk aku tangisi." tegas Yuni dengan mata nyalang.
Bayu terkejut mendengar perkataan Yuni. Padahal dia sudah mengira jika Yuni akan memaafkan kesalahan Hendra.
Ada rasa bahagia terselip dalam hati Bayu ketika mendengar Yuni akan menggugat cerai Hendra, karena dengan begitu suatu saat nanti dia akan memiliki kesempatan untuk menikahi serta membahagiakan Yuni dan kedua Anaknya.
Tuhan, aku tau kalau aku salah karena merasa bahagia mendengar Yuni akan menggugat cerai Hendra, tapi aku tidak bisa membiarkan Yuni dan kedua Anaknya terus menderita jika mereka hidup bersama Hendra. Semoga suatu saat nanti aku memiliki kesempatan untuk membahagiakan Yuni, Denis dan Nadira, ucap Bayu dalam hati.
Sesaat hanya ada keheningan yang menyelimuti ruangan tempat Yuni dan Bayu berada, karena keduanya masih sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai akhirnya Yuni kembali angkat suara.
"Bay, apa foto foto yang dikirimkan Lisa bisa menjadi barang bukti untuk menggugat cerai Mas Hendra?" tanya Yuni yang sudah bulat dengan keputusannya.
"Tentu saja semua itu bisa menjadi barang bukti yang kuat. Kita harus menyimpan barang bukti ini baik-baik. Kamu tenang saja, aku akan menghubungi Pengacaraku supaya membantu kamu mengurus proses perceraian."
"Jadi kamu mempunyai Pengacara pribadi?" tanya Yuni yang merasa heran.
"Maksudku, aku memiliki Teman seorang Pengacara." Maaf Yun, aku tidak bermaksud membohongi kamu, tapi sekarang masih belum saatnya aku jujur, karena aku tidak mau kamu menjauhiku jika kamu mengetahui siapa aku sebenarnya, lanjut Bayu dalam hati.
"Bay, tapi aku tidak memiliki uang untuk menyewa Pengacara. Mungkin sebaiknya aku meminta ijin kepada pihak HRD supaya bisa memiliki waktu untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan."
"Kamu tidak perlu khawatir tentang semua itu. Aku akan membicarakannya dengan Teman ku. Nanti, kamu hanya perlu datang ke pengadilan saja," ujar Bayu.
Bayu tiba-tiba menempelkan telunjuknya pada bibir Yuni ketika Sahabat karibnya tersebut hendak kembali angkat suara, apalagi dia tau jika Yuni ingin mengucapkan terimakasih kepada dirinya.
"Kamu jangan mengucapkan terimakasih. Sekarang sudah tidak ada tempat lagi untuk ucapan terimakasih kamu," ujar Bayu dengan terkekeh sehingga membuat Yuni tersenyum.
"Gitu dong, kamu lebih cantik kalau tersenyum," sambung Bayu.
"Halah gombal. Maaf, aku gak punya receh," ucap Yuni dengan tertawa.
Aku bahagia bisa melihat kamu tertawa lagi Yun, batin Bayu.
"Yun, kita pergi belanja yuk, Aku lapar nih. Kita sekalian bawa Denis sama Nadira jalan-jalan," ujar Bayu, dan Yuni hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, apalagi Yuni juga ingin membeli kebutuhan Anaknya.
Terimakasih Tuhan, karena Engkau telah mengirimkan Orang baik ke dalam kehidupan hamba. Semoga Engkau membalas semua kebaikan Bayu dengan memberikannya jodoh perempuan baik dan soleha, ucap Yuni dalam hati.
Yuni berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang, apalagi dia belum siap mengatakan semua yang terjadi dalam rumah tangganya kepada Pak Ibrahim dan Bu Siti.
"Nak, kalian mau pergi ke mana?" tanya Bu Siti ketika melihat Bayu dan Yuni sudah memakai jaket.
"Kami mau pergi belanja Bu. Kebetulan pampers Nadira juga sudah habis," jawab Yuni.
"Jagoan sama Nadira mau ikut jalan jalan gak?" tanya Bayu dengan menggendong Nadira.
"Mau, mau," jawab Denis dan Nadira yang terlihat bersemangat.
Setelah Yuni dan Bayu memakaikan jaket pada Denis dan Nadira, keduanya berpamitan kepada Bu Siti.
"Bu, kalau begitu kami berangkat dulu ya," ucap Yuni dengan mencium punggung tangan Bu Siti, begitu juga dengan Bayu dan kedua Anak Yuni.
"Apa Ibu mau sekalian ikut? Kebetulan tadi Bayu pinjam mobil punya Teman," tanya Bayu.
Sebelumnya Bayu meminta Anak buahnya untuk mengantarkan mobil, karena Bayu tidak ingin kedua Anak Yuni sampai masuk angin jika dia membawanya naik motor.
"Tidak usah Nak, Ibu di rumah saja, sebentar lagi Bapak juga pulang dari Masjid. Kalian hati-hati ya."
"Iya Bu," ucap Yuni dan Bayu dengan serempak, kemudian mereka mengucap salam sebelum berangkat.
Beberapa saat kemudian, Pak Ibrahim pulang dari Masjid. Beliau merasa heran karena tidak melihat keberadaan kedua Cucunya.
"Bu, kemana Denis sama Nadira?" tanya Pak Ibrahim.
"Mereka katanya mau pergi jalan-jalan sekalian ada yang mau dibeli," jawab Bu Siti.
"Apa Nak Hendra sudah pulang makanya mereka pergi jalan-jalan?" tanya Pak Ibrahim lagi.
"Yuni sama Anak-anak di antar sama Nak Bayu."
"Memangnya mereka naik apa?" tanya Pak Ibrahim ketika melihat sepeda motor Bayu masih terparkir di halaman rumah kontrakannya.
"Nak Bayu katanya pinjam mobil punya Temennya supaya Anak-anak tidak sampai masuk angin."
Pak Ibrahim merasa kesal dengan kedekatan Bayu dan Yuni, apalagi saat di Masjid, banyak yang bertanya tentang hubungan keluarga Pak Ibrahim dengan Bayu.
"Kenapa Ibu tidak melarang mereka? Yuni sama Nak Bayu itu bukan muhrim. Apa kata orang nanti kalau sampai ada yang tau jika Nak Bayu sebenarnya bukan saudara kita melainkan Teman baik Yuni," ujar Pak Ibrahim.
"Bapak ini kenapa sih, Nak Bayu sama Yuni itu bukan Anak kecil lagi, jadi Ibu tidak mungkin melarang mereka. Lagian mereka berangkatnya membawa Anak-anak, jadi Bapak jangan terlalu khawatir seperti itu."
"Bu, Nak Hendra pasti marah jika sampai mengetahui Yuni pergi dengan lelaki lain. Apa Ibu mau melihat Anak kita menjadi seorang Janda? Sebaiknya Bapak segera menjodohkan Mia sama Nak Bayu."
Bu Siti menghela nafas panjang mendengar perkataan Pak Ibrahim. Sebenarnya Bu Siti tidak habis pikir dengan jalan pikiran Suaminya tersebut.
Bu Siti akhirnya memilih diam karena tidak mau berdebat dengan Pak Ibrahim.
Meski pun Yuni tidak mengatakan apa pun, tapi sebagai seorang Ibu, aku punya firasat jika saat ini hubungan Yuni dengan Suaminya sedang tidak baik-baik saja.
Aku juga tidak pernah melihat Yuni bahagia selama berumah tangga dengan Nak Hendra, apalagi Nak Hendra jarang sekali memperlihatkan perhatiannya kepada Yuni dan kedua Anak mereka.
Berbeda sekali dengan Nak Bayu yang terlihat perhatian dan menyayangi Yuni beserta kedua Anaknya. Apa mungkin kalau sebenarnya Nak Bayu memiliki perasaan lebih terhadap Yuni? ucap Bu Siti dalam hati.
Hari ini Author kasih double Up. Alhamdulillah cerita Yuni lulus kontrak melebihi retensi.
Terimakasih banyak do'a dan dukungannya selama ini, terutama bagi yang sudah meninggalkan jejak 🙏
Sehat dan sukses selalu untuk semuanya, 🤲
*
*
Bersambung
emang agak lain pak Ibrahim ini
semangat thor
semangat thor asli kesel banget gue sama Hendra dia itu bukan bodoh lagi iiiiiiiiihhhhhhh kesel banget awas luu Hendra habis kau