NovelToon NovelToon
Kintania Raqilla Alexander

Kintania Raqilla Alexander

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta
Popularitas:889
Nilai: 5
Nama Author: Lesyah_Aldebaran

Tidak semua cinta datang dua kali. Tapi kadang, Tuhan menghadirkan seseorang yang begitu mirip, untuk menyembuhkan yang pernah patah.

Qilla, seorang gadis ceria yang dulu memiliki kehidupan bahagia bersama suaminya, Brian—lelaki yang dicintainya sepenuh hati. Namun kebahagiaan itu sekejap hilang saat kecelakaan tragis menimpa mereka berdua. Brian meninggal dunia, sementara Qilla jatuh koma dalam waktu yang sangat lama.

Saat akhirnya Qilla terbangun, ia tidak lagi mengingat siapa pun. Bahkan, ia tak mengenali siapa dirinya. Delvan, sang abang sepupu yang selalu ada untuknya, mencoba berbagai cara untuk mengembalikan ingatannya. Termasuk menjodohkan Qilla dengan pria bernama Bryan—lelaki yang wajah dan sikapnya sangat mirip dengan mendiang Brian.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari sosok yang hanya mirip? Dan mungkinkah Qilla membuka hatinya untuk cinta yang baru, meski bayangan masa lalunya belum benar-benar pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lesyah_Aldebaran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Sembilan belas

Qilla menundukkan kepalanya, rasa lelah mulai menyelimuti tubuhnya setelah berkeliling menyapa tamu-tamu yang sebagian besar adalah teman-teman Brian.

Gaun yang gadis itu kenakan terasa semakin berat, dan kakinya terasa pegal karena sepatu hak tinggi yang dipaksakan untuk dipakai seharian. Walaupun demikian, Qilla tetap berusaha tersenyum demi menghormati kedua orang tuanya dan menjaga citra keluarganya.

Namun, di balik senyum yang dipaksakan itu, Qilla menyembunyikan rasa frustrasi dan keputusasaan. Dia merasa seperti sedang terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari sana. Pandangan matanya yang sayu dan lelah tidak luput dari perhatian Alvaro dan Alexandra, yang terus memantau Qilla dari jauh dengan penuh kekhawatiran.

"Sialan! Ternyata Brian lebih pandai dari apa yang kita duga," ujar Alvaro dengan nada pelan, mengumpat pelan karena rencana mereka tampaknya sudah terbaca oleh Brian.

"Membawa Qilla kabur tidak semudah apa yang sudah kita rencanakan, sialan!" timpal Alexandra dengan nada yang geram, menunjukkan frustrasi dan kekecewaan.

"Apa yang kita harus lakukan?" tanya Alvaro pada saudara kembarnya itu, pandangan mereka tertuju pada Qilla yang kini sedang memperhatikan mereka dengan mata yang penuh dengan permohonan.

Alexandra melihat dengan teliti, dan dia menyadari bahwa Qilla sedang memberikan kode pada mereka dengan jari-jarinya. Setelah memperhatikan lebih dekat, Alexandra melihat angka 20774 yang dibentuk oleh jari-jari Qilla, dan dia langsung paham bahwa itu adalah kode untuk pergi.

"Kita pergi dari sini sekarang, nanti kita akan bahas ini lagi di tempat lain," ujar Alexandra membuat Alvaro menatapnya heran.

"Lo gila atau bagaimana, hah? Bagaimana kita bisa pergi dari sini sekarang? Sedangkan Qilla masih di sana?" Alvaro emosi, tidak ingin meninggalkan Qilla sendirian dalam situasi seperti ini.

"Sudah menurutlah!" tegas Alexandra, langsung menarik tangan saudara kembarnya untuk pergi menjauh dari pesta pertunangan Qilla dan Brian. Alvaro masih terlihat ragu-ragu, tapi dia akhirnya mengikuti Alexandra karena dia percaya pada penilaian saudara kembarnya itu.

Di samping Qilla, Brian berdiri tegap dengan senyum yang mempesona. Lengan kekarnya masih melingkari pinggang mungil Qilla dengan posesif, menunjukkan kepemilikan yang tidak dapat disangkal.

"Kamu lelah?" bisik Brian, suaranya lembut di telinga Qilla, membuat Qilla merasa seperti disengat listrik. Nada suaranya yang lembut dan penuh perhatian jauh berbeda dari sebelumnya, ketika dia mengancam Qilla dengan nada yang dingin dan menakutkan.

Qilla merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Brian yang tiba-tiba ini, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk merespons. Dia hanya bisa diam, berharap bahwa Brian tidak akan menyadari betapa tidak nyaman dan takutnya dia saat ini.

Brian menatap Qilla dengan mata yang penuh dengan perhatian, seolah-olah dia benar-benar peduli dengan perasaan Qilla. Tapi Qilla tahu bahwa itu hanya sandiwara, dan dia tidak percaya pada Brian lagi.

Menangkap raut wajah Qilla yang mulai kehilangan semangat, Brian tersenyum tipis lalu menghadap teman-temannya dengan senyum yang mempesona.

"Sorry, bro. Calon istriku butuh istirahat. Kita pamit duluan," ucapnya ringan, seolah-olah dia benar-benar peduli dengan kebutuhan Qilla.

Teman-temannya mengangguk dan tersenyum, tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi di antara Brian dan Qilla.

"Tentu, Brian. Selamat ya, semoga pernikahanmu lancar," kata salah satu temannya, sementara yang lain mengucapkan selamat dan harapan yang sama.

Brian tersenyum dan mengangguk, sambil tetap memegang pinggang Qilla dengan erat. Qilla hanya bisa tersenyum paksakan dan mengangguk. Dia tidak tahu apa yang Brian rencanakan, tapi dia yakin bahwa itu tidak akan baik baginya.

Sesampainya di dalam mobil, Brian menghela nafas sebelum merogoh ponselnya dari sakunya. Jarinya cepat menari di atas layar, mengirim pesan kepada ibunda Qilla dengan nada yang santai dan penuh perhatian.

"Bu, saya izin membawa Qilla pulang ke apartemen saya. Dia sudah sangat kelelahan." Pesan singkat itu dikirim dengan cepat, dan Brian menatap Qilla yang duduk di sebelahnya dengan mata yang penuh dengan perhatian.

Qilla merasa tidak nyaman dengan situasi ini, dan dia tidak tahu apa yang Brian rencanakan. Dia berharap bahwa ibunya tidak akan setuju dengan rencana Brian, tapi dia juga tahu bahwa ibunya sangat menghormati Brian dan mungkin akan membiarkannya melakukan apa yang dia inginkan.

Brian menggenggam tangan Qilla perlahan, menunjukkan kelembutan yang tidak biasa dari dirinya.

"Maaf kalau sikapku tadi menyakitimu," ucap Brian pelan, dengan nada yang penuh penyesalan dan kelembutan. Tidak ada lagi nada datar atau keras, hanya suara seorang pria yang berusaha menenangkan seseorang yang dia cintai dengan caranya sendiri.

Qilla merasa terkejut dengan perubahan sikap Brian yang tiba-tiba ini, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk merespons. Dia hanya bisa membiarkan Brian menggenggam tangannya, sambil mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam pikiran Brian. Apakah ini hanya akting untuk menenangkan dirinya, atau apakah Brian benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda? Qilla tidak tahu.

Mobil melaju pelan, meninggalkan pesta yang masih benderang di belakang mereka. Sesampainya di apartemen, Brian sigap turun lebih dulu, lalu membukakan pintu mobil untuk Qilla dengan gerakan yang elegan.

Sentuhan hangat tangannya saat membantu Qilla turun membuat Qilla sedikit tersadar dari lelahnya, dan dia merasa seperti sedang diperlakukan seperti seorang putri.

Begitu Qilla berdiri, Brian tanpa banyak bicara langsung mengangkat tubuhnya dalam gendongan bridal style, membuat Qilla terkejut dan matanya membesar. Qilla secara refleks melingkarkan tangannya di leher Brian, merasa sedikit tidak nyaman dengan posisi yang intim ini.

Qilla tidak bisa tidak memikirkan bagaimana Brian bisa begitu kuat dan gesit, dan dia merasa seperti sedang berada dalam kendali Brian sepenuhnya. Qilla mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal ini, tapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman yang mulai muncul di dalam hatinya.

Begitu pintu apartemen terbuka, Qilla langsung disambut aroma lembut khas ruangan Brian yang maskulin, hangat, dan entah bagaimana terasa menenangkan. Ada sedikit rasa kikuk dalam dirinya, namun gadis itu diam saja dalam gendongan Brian.

Sesampainya di dalam, Brian mendudukkannya pelan di sofa, lalu menaruh kunci di atas meja dan melepaskan jasnya dengan gerakan yang santai. Brian menggulung lengan kemejanya hingga ke siku, memperlihatkan otot lengan yang kencang dan membuat Qilla merasa sedikit terintimidasi.

Qilla hanya bisa memperhatikan diam-diam, matanya menyimpan rasa malu yang sulit dijelaskan.

"Langsung istirahat, ya," ucap Brian lembut, dengan nada yang penuh perhatian. Qilla duduk kikuk di sofa, bingung harus melakukan apa dan merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini.

Melihat ekspresi ragu di wajah gadis itu, Brian menghampirinya dan membungkuk sedikit hingga sejajar dengannya. "Mau ganti baju dulu? Biar lebih nyaman?"

Qilla mengangguk pelan, malu-malu, merasa sedikit terharu dengan perhatian Brian. Brian lalu berjalan menuju lemari di sudut ruangan, mengambil kaus longgar berwarna hitam dan celana pendek katun, lalu menyerahkannya pada Qilla dengan senyum yang lembut.

"Pakai ini saja dulu. Kamar mandi di sebelah kanan." Qilla menerima pakaian itu dengan kedua tangan, pipinya memerah karena perhatian Brian.

"Terima kasih..." ucapnya pelan, dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Gadis itu segera masuk ke kamar mandi, dan beberapa menit kemudian, Qilla keluar dalam baju pinjaman Brian yang kebesaran di tubuh mungilnya.

Ujung kaus hampir menyentuh lutut, membuatnya terlihat jauh lebih kecil dan manis, seperti seorang anak kecil yang bermain dengan pakaian orang dewasa.

Brian yang duduk di sofa menoleh, sempat terpaku beberapa detik, matanya terfokus pada Qilla dengan ekspresi yang tidak bisa disembunyikan. Brian cepat-cepat mengalihkan pandangan, menepuk sofa di sebelahnya dengan gerakan yang santai.

"Duduk sini," ucapnya dengan nada yang lembut, mencoba untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka.

Qilla ragu-ragu sejenak, tapi perlahan berjalan dan duduk di sofa, menjaga jarak aman di antara mereka.

Suasana mendadak hening, hanya terdengar detik jam dinding yang berjalan lambat, menciptakan suasana yang agak tidak nyaman.

"Kamu pasti capek banget, ya?" tanya Brian akhirnya, memecah keheningan dengan nada yang penuh perhatian.

Qilla mengangguk pelan, merasa sedikit lebih nyaman dengan pertanyaan yang sederhana ini. "Lumayan," jawabnya singkat, dengan suara yang masih sedikit pelan.

Brian menarik napas sejenak, lalu menatap Qilla dengan lebih dalam, matanya memancarkan kehangatan dan ketulusan.

"Maaf... Kalau sikapku tadi terlalu keras. Aku cuma ingin kamu tahu, aku mencintaimu, Qilla," ucapnya dengan suara yang lembut dan penuh perasaan.

Qilla terdiam, kata-kata itu meluncur begitu saja dan langsung menyentuh relung hatinya, membuatnya merasa sedikit terharu. Ada sesuatu yang hangat merayap pelan di dalam hatinya, membaur dengan rasa takut dan canggung yang perlahan luntur.

Qilla menunduk, memainkan ujung kaus hitam yang menutupi pahanya, merasa sedikit tidak nyaman dengan pengakuan Brian yang tiba-tiba ini.

Qilla tidak tahu bagaimana cara untuk merespons, apakah dia harus percaya pada Brian atau tidak. Dia hanya bisa duduk diam, menikmati kehangatan yang mulai muncul di dalam hatinya, sambil mencoba memahami perasaan yang sebenarnya dia rasakan.

"Kalau mau tidur, kamarnya di situ," ujar Brian sambil menunjuk pintu di sebelah kanan dengan gerakan yang santai.

"Aku tidur di sofa. Jadi, kamu jangan takut," tambahnya dengan nada yang lembut dan penuh perhatian.

Qilla mengangkat wajahnya, matanya sedikit melebar dengan ekspresi yang terkejut namun juga sedikit lega. "Kamu tidur di sofa?"

Brian tersenyum, menunjukkan senyum yang hangat dan menenangkan. "Iya. Aku janji tidak akan macam-macam," ucapnya dengan suara yang penuh keyakinan.

Untuk pertama kalinya malam itu, Qilla mengulum senyum kecil, samar tapi nyata, menunjukkan bahwa dia mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan Brian.

"Terima kasih, Kak Brian," bisiknya pelan, dengan suara yang lembut dan penuh rasa syukur.

Brian tak menjawab, pria itu hanya menatapnya sebentar lalu mengangguk, membiarkan Qilla berjalan pelan ke arah kamar dengan perasaan baru yang perlahan tumbuh di hatinya. Qilla merasa sedikit lebih tenang, dan dia berharap bahwa malam ini akan menjadi awal dari sesuatu yang baru dan lebih baik.

1
kalea rizuky
orang kaya pasti demi harta biar g kemanaa tuh makanya di jodoin sedari kecil hadeh pak buk egois demi harta anak di korban kan meski akhirnya cinta klo enggak apa gk hancur masa depan anak katanya orang kaya tp kayak orang desa aja kelakuan
kalea rizuky
panass
kalea rizuky
koo ortunya ijinin anak nya nikah muda pdhl orang kaya knp thor
kalea rizuky
meleleh ya qil/Curse//Curse/
kalea rizuky
jd mereka uda nikah g ada flashback nya apa thor
wait, what?
yah, belum lanjut kah? :(
wait, what?
Ditunggu lanjutannya yaa kak
wait, what?
rekomendasi banget sih untuk kalian baca, seruu banget
wait, what?
seruuuu banget, aku sangat suka sama cerita nya. Ditunggu kelanjutannya
Shoot2Kill
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
Shion Fujino
Menyentuh
Mabel
Wah, cerita ini anjreng banget! Pengen baca lagi dan lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!