Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Pulang
Setelah makan di rumah makan sederhana tadi, mobil Lahat kembali berjalan membelah jalanan menuju kota Bandung. Sesekali Lahat menoleh pada gadis di sampingnya yang sejak menaiki mobilnya, belum bicara lagi padanya selain menyampaikan alamatnya di kota Bandung jalan Toscha.
"Apa sebetulnya masalah gadis ini? Sepertinya dia hamil, dan cowoknya tidak mau tanggung jawab, lalu dia nekad bunuh diri. Kalau sudah seperti ini, gimana?" Lahat berbicara di dalam hatinya sejak tadi. Dia merasa iba dengan gadis di sampingnya yang tengah patah hati.
Lahat juga punya adik perempuan dua, tapi mereka sudah menikah, semua melangkahinya. Saat kedua adiknya belum menikah, dia orang yang paling merasa khawatir. Takut kedua adiknya dihamili atau disakiti. Dan perasaan dia pasti merasa tidak senang apabila saudara perempuannya mengalami masalah.
"Nama kamu siapa?" tanya Lahat setelah tadi asik merenung. Aika tidak langsung menjawab, perlahan ia menoleh ke sampingnya dengan tatap ragu.
"Aika," jawabnya pendek.
"Ohh, Aika, ya?"
"Masalah kamu apa sebenarnya kalau boleh tahu? Abang bukan sekedar ingin tahu, tapi ingin ikut membantu kamu kalau kamu butuh bantuan," celoteh Lahat lagi.
Aika lagi-lagi tidak menjawab, ia merasa malu untuk menceritakan masalahnya. Hanya diputuskan lalu sampai mau bunuh diri, betapa malunya ia. Pasti pria di sampingnya ini akan menertawakannya.
"Kamu dihamili lalu cowokmu pergi dan tidak bertanggung jawab?" terka Lahat lagi yakin. Aika langsung menoleh ke arah Lahat lalu menatapnya kesel.
"Saya tidak hamil, Pak. Jangan sembarangan menuduh saya hamil," jawab Aika menyalak. Lahat sampai terkejut, galak juga gadis di sampingnya ini. Kalau memang tidak hamil, lantas apa sebabnya sampai ia putus asa dan mau bunuh diri?
"Lalu, kalau tidak dihamili, apa dong?" tanya Lahat lagi ingin tahu. Aika tidak menjawab, dia sakit kepala jika bicara lagi.
Melihat Aika tidak menjawab, Lahat tersenyum simpul. Ia meyakini ada hal lain yang membuat ia nekad bunuh diri.
"Tidak hamil, tapi pasti gadis ini sudah dinodai, tapi pacarnya tidak mau tanggung jawab. Ya ampun, pergaulan anak zaman sekarang, ngeri. Kalau tidak dihamili, pastinya dinodai." Lahat membatin membayangkan mirisnya pergaulan zaman kini yang semakin kebablasan.
"Ini ke mana lagi setelah ini, jalan Toscha yang arah ini atau ...."
"Masih di depan, Pak," potong Aika sembari menunjukkan telunjuknya ke depan.
"Bisa tidak kamu jangan panggil saya pak, saya ini belum tua-tua amat, lho? Saya ini masih 32 tahun dan belum menikah." Lahat protes karena tidak senang mendengar Aika menyebutnya bapak sementara ia masih bujangan.
"Oh, ma~maaf. Lalu saya harus pang ...."
"Abang saja, itu lebih pas dan enak buat saya," potong Lahat penuh tekanan. Seperti biasa gaya bicaranya terkesan ngegas persis gas tabung tiga kilo yang berada di jok paling belakang.
Akhirnya Aika meminta berhenti dan menunjukkan alamat rumahnya yang mana. Rumah Aika berada di lingkungan komplek Toscha yang adem dan aman. Jalannya meskipun tidak terlalu sepi dengan pengendara, tapi aman dari ibu-ibu penghuni komplek yang biasanya ngumpul di pinggir jalan untuk sekedar ngobrol tentang gosip selebritis.
Lahat menuruni mobil, lalu memutar dengan maksud mau membukakan pintu untuk Aika. Namun Aika sudah membuka pintu itu sendiri.
"Terimakasih, ya, Bang, sudah mengantar saya sampai rumah. Dan terimakasih juga motornya sudah tiba dengan selamat," ucap Aika seraya menoleh ke arah motornya yang sudah ada di bawah kanopi.
"Ok. Aku antar sampai rumah sambil aku bilang sama orang tua kamu."
"Tidak usah, Bang," tolak Aika merasa tidak enak lalu menahan tubuh Lahat agar tidak melangkah. Namun, suara seseorang di depan rumah, menghentikan Aika dan Lahat, keduanya menoleh bersamaan.
"Aika, kamu pulang juga akhirnya. Itu siapa, bawalah masuk dulu. Apakah orang yang menolongmu tadi? Kata si pengantar motor, kamu sedang diantar seseorang." Bu Andini menatap ke arah Aika dan menyuruh Aika mengajak Lahat masuk.
Terpaksa Aika mengajak Lahat masuk. Sementara hati Aika dilanda takut, takut kalau Lahat berbicara tentang kejadian percobaan bunuh dirinya tadi.
Lahat berjalan menuju wanita paruh baya sekitar 50 tahun itu, lalu merunduk sopan dan menyalami tangan wanita itu.
"Duduk dulu, silahkan." Wanita itu mempersilahkan Lahat duduk. Lahat duduk, karena ia pun perlu bicara dengan wanita yang diduga ibunya Aika.
"Aika, tolong bikinkan minum buat Mas ini, ya. Sekalian untuk bapak," titah Bu Andini. Aika tidak membantah, ia segera masuk ke dalam rumah. Bu Andini menatap kepergian anak bungsunya itu dengan sedikit heran.
Setelah Aika pergi ke dalam, tidak lama dari itu Pak Andi ayahnya Aika muncul. Bu Andini dan Pak Andi berbicara dengan Lahat. Mereka bertiga terlibat sebuah obrolan yang serius, sebelum Aika muncul.
Lahat mau tidak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya. Kedua orang tua Aika terkejut seketika, setelah mendengar cerita Lahat.
"Saya menyampaikan ini, ikut prihatin. Kalau bisa, jika Ibu dan Bapak tahu di mana kediaman cowok itu, maka saya siap mencarinya dan memberi pelajaran agar dia bertanggung jawab," pungkas Lahat berempati, sebelum Aika muncul dengan membawa tiga gelas air minum untuk mereka bertiga.
Aika meletakan ketiga cangkir itu di atas meja, lalu ia duduk di samping ibunya dengan wajah menunduk.
"Terimakasih banyak, Nak Lahat atas pertolongannya. Mohon maaf anak kami sudah membuat Nak Lahat susah dan kerepotan. Dan mengenai biaya klinik, kalau boleh tahu berapa, biar kami ganti?" ujar Pak Andi berterimakasih dengan perasaan yang tidak enak.
Aika mengangkat wajahnya lalu menatap Lahat sekilas, dengan maksud ingin mengatakan terimakasih.
"Tidak usah, Pak. Saya ikhlas menolong, kok. Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu. Saya masih ada urusan." Lahat berpamitan dan berdiri.
"Oh iya, Pak. Kalau ada yang perlu saya bantu seperti yang saya bilang tadi, jangan segan hubungi saya," ujar Lahat sebelum kakinya melangkah.
"Baik, Nak Lahat. Sebelumnya kami haturkan terimakasih." Bu Andini dan Pak Andi menatap kepergian Lahat dengan rasa haru. Setelah Lahat pergi mereka berdua masuk ke dalam menggiring Aika.
"Ai, kenapa kamu tidak berterimakasih pada pria tadi? Kamu sudah ditolong sama dia." Bu Andini mengomeli Aika yang sudah diajaknya duduk di kursi tamu.
"Aika sudah berterimakasih tadi, Bu, di depan." Aika langsung berdiri, raut mukanya muram dari sejak datang, lalu hendak pergi, sehingga mengundang kecurigaan kedua orang tuanya.
"Aika, tunggu sebentar. Katakan apa sebenarnya masalahmu. Apakah ada kaitannya dengan kekasihmu itu? Lalu, bagaimana rencana dia yang sudah mengajakmu bertunangan itu, apakah jadi?" cecar Bu Andini ingin tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi putri bungsu mereka sehingga nekad akan bunuh diri.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄