Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.
Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.
Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.
Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.
Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Penakluk Wyvern (1).
Bab 31. Penakluk Wyvern (1).
Yang mengejutkan Putri Eleanor, Amelia Silverleaf, dan para kesatria elit itu bukanlah hanya kekuatan regenerasi Wyvern yang menentang hukum alam, tapi kecepatan penyembuhan yang begitu sempurna hingga membuat kematian menjadi konsep yang tidak berlaku. Bagian tubuh yang terpotong, bahkan kepala yang terpenggal, dapat tumbuh kembali dalam hitungan detik dengan kesempurnaan yang mengerikan, seolah waktu berbalik untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Pedang terbaik mereka hanya mampu menciptakan luka sementara. Sihir paling mematikan mereka tidak lebih dari gangguan kecil. Setiap serangan yang berhasil dilancarkan akan sia-sia dalam sekejap mata, sebuah kegagalan yang perlahan-lahan menggerogoti moral pasukan yang paling elite sekalipun.
Akibatnya, prajurit-prajurit terbaik Kerajaan Lumina mulai berjatuhan satu per satu. Tidak karena kematian, tetapi karena kelelahan yang melampaui batas fisik dan mental sehingga mudah diserang. Mereka adalah para veteran yang telah menghadapi banyak peperangan melawan iblis, namun tidak ada yang mempersiapkan mereka untuk menghadapi musuh yang tidak bisa mati.
Melihat pasukannya mulai kehilangan harapan, dua Kesatria Suci, Sir Kaiden dan Lady Mireille, bergerak dengan putus asa seorang komandan yang akan melakukan apapun untuk menyelamatkan anak buahnya.
Mereka mengeluarkan seluruh kemampuan terpendam yang selama ini disimpan untuk situasi darurat, teknik-teknik rahasia yang akan menguras Mana mereka sendiri demi memberikan satu kesempatan kemenangan.
Tidak ketinggalan, Putri Eleanor dan Amelia Silverleaf ikut mengeluarkan kekuatan sejati mereka, kekuatan yang seharusnya menjadi kartu truf dalam menghadapi lawan terkuat.
Tetapi Wyvern yang mampu terbang dengan sangat cepat dan menyerang dari segala arah tetap sulit ditumbangkan. Mereka seperti badai hidup yang tidak pernah lelah, tidak pernah ragu, dan tidak pernah berhenti.
-----
Sementara itu, di dalam gua raksasa yang telah menjadi saksi dari kehebatan Jeno Urias, ia berdiri dalam keheningan yang kontemplasi. Ia tidak mengetahui bahwa di luar, situasi pertempuran yang akan menentukan nasib ratusan nyawa sedang berlangsung. Pikirannya terfokus pada tiga Skorax Wyvern yang berdiri di hadapannya, bukan lagi sebagai musuh, tetapi sebagai potensi yang belum direalisasikan.
Matanya menatap makhluk-makhluk buatan itu dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dalam beberapa menit terakhir, ia telah membuat keputusan yang akan mengubah jalan hidupnya secara fundamental. Alih-alih mengakhiri keberadaan mereka dengan kekuatan yang ia miliki, ia memilih jalan yang berbeda, jalan yang bahkan bagi standarnya sendiri tampak ambisius hingga batas kesombongan.
Lalu ia melirik Luna yang kembali berdiri di sampingnya. "Ajak kadal-kadal itu bermain, tapi jangan membunuh mereka. Aku ada hal yang perlu dipersiapkan."
Luna tertawa karena Jeno menyebut kadal untuk Skorax Wyvern. Ia yang ingin menunjukkan kemampuannya, jelas tidak menolak. "Hanya bermain-main, 'kan? Kesukaanku." Ucapnya dan langsung menghilang. Tidak menghilang, tapi pergelangannya sangat cepat dan muncul di belakang Skorax Wyvern.
Skorax Wyvern yang berada di tengah langsung terpental ke samping dalam sekali pukulan dari Luna, tubuh besar itu menabrak spesiesnya.
"Angelina," panggil Jeno pada asisten sistem yang hanya ada dalam pikirannya, sambil melihat Luna menghajar Skorax Wyvern, ia berkonsultasi. "Tunjukkan padaku opsi untuk... domestikasi."
Suara feminin yang elegan mengalir dalam kesadaran Jeno dengan nada yang penuh antusiasme profesional. "Tentu, Tuan Jeno. Sistem menyediakan dua artefak langka yang sangat sesuai untuk tujuan ini. Namun..." ada jeda yang dramatis, "harga salah satu item mencapai satu juta Poin Sistem Pengalaman."
Jeno hampir tersedak mendengar angka itu. Bahkan dengan standar kekayaan sistem yang ia miliki, ini adalah investasi yang sangat mahal.
"Satu juta? Kau benar-benar rentenir," gumamnya dengan nada yang mencampur antara shock dan kesal "Apa yang membuatnya semahal itu?"
"Item pertama adalah Ark of Obedience (Tabut Ketaatan), ini sangat murah, per item senilai dua puluh ribu Poin Sistem Pengalaman," Angelina menjelaskan dengan gaya seorang sales professional yang sedang menjual barang mewah. "Artefak Kuno Kelas S yang diciptakan pada Era Penjara Dewa. Fungsinya adalah memperbudak atau menjinakkan makhluk hidup, binatang, ras buatan, iblis, bahkan manusia, dan memaksa mereka tunduk sepenuhnya kepada pemilik tabut. Dapat digunakan sekali per makhluk dan akan mengikat jiwa mereka secara permanen."
Jeno merasakan sensasi aneh di tulang belakangnya. Ini bukan sekadar kepemilikan hewan peliharaan, ini adalah dominasi absolut pada level spiritual.
"Dan yang kedua?"
"Soulbound Containment Sphere (Lingkup Penahanan Jiwa), dalam bentuk bola kristal yang terikat dengan jiwa Anda. Harga satu juta lima ratus ribu Poin Sistem Pengalaman. Artefak Dimensi Kuno yang mampu menyimpan makhluk hidup yang telah dijinakkan ke dalam ruang alternatif. Makhluk dapat dipanggil kembali kapan saja, seperti peliharaan dalam kontrak jiwa. Kapasitas maksimal: seratus jiwa, dan bisa ditingkatkan."
Jeno terdiam beberapa saat, menimbang-nimbang keputusan yang akan memiliki kegunaan jangka panjang yang tidak bisa ia prediksi sepenuhnya. Namun keinginan untuk memiliki kekuatan yang tidak dimiliki orang lain, untuk menjadi sesuatu yang unik bahkan di antara orang-orang pilihan, akhirnya mengalahkan pertimbangan praktis.
"Beli Tabut Ketaatan sesuai kebutuhan, dan satu Lingkup Penahanan Jiwa," katanya dengan nada final.
Dalam sekejap, empat artefak muncul di hadapannya. Yang pertama dalam jumlah tiga tampak seperti kalung suci, itu adalah Tabut Ketaatan, bentuk pelat melingkar berwarna hitam pekat, dengan aksen emas dan ukiran kuno yang tampak bergerak sendiri. Simbol rantai surgawi yang terukir di permukaannya memancarkan aura tekanan ilahi yang membuat udara di sekitarnya bergetar.
"Kalung Tabut Ketaatan," Angelina menjelaskan dengan kebanggaan yang hampir maternal, "diciptakan oleh para dewa untuk mengendalikan creation mereka yang memberontak. Saat digunakan, cahaya kehendak absolut akan muncul dan mengikat makhluk sasaran melalui jalur Sihir Mana sebesar dua ratus ribu poin."
"Beruntung MP-ku unlimited," gumam Jeno dengan senyum tipis.
"Dengan Tabut Ketaatan," lanjut Angelina dengan nada yang hampir berbisik namun menggoda, "bahkan Raja Iblis pun akan berlutut... selama jiwanya tidak terlindungi oleh kontrak dewa. Yang harus Anda ketahui, dewa sekalipun akan tunduk."
Kedua mata Jeno melebar melihat kalung Tabut Ketaatan yang ternyata sangat berguna. Ia membayangkan bagaimana nantinya para dewa menjadi pelayannya.
Artefak kedua tampak lebih elegan, sebuah bola kristal transparan seukuran kepalan tangan dengan jalinan cahaya ungu kebiruan yang bergerak seperti galaxy miniature di dalamnya. Ada sesuatu yang hipnotis dalam pergerakan cahaya itu, seolah-olah melihat ke dalam infinite cosmos.
"Lingkup Penahanan Jiwa diciptakan oleh arsitek dimensi dari Era Tiga Matahari," Angelina menjelaskan dengan reverence, "artefak ini mampu mengisolasi makhluk berjiwa dan menahannya di luar waktu dan ruang. Makhluk yang dimasukkan tidak akan menua, tidak lapar, dan tetap setia saat dipanggil kembali."
"Seperti memiliki tentara pribadi dalam genggaman," gumam Jeno, mata hitamnya berkilau dengan antisipasi.
"Persis seperti itu, Tuan. Cocok untuk melatih pasukan pribadi dalam skala kecil... atau besar, tergantung ambisi Anda."
BOOM BOOM BOOM!
Ledakan beruntun ketika Luna mengeluarkan sihir pada tiga Skorax Wyvern sekaligus. Mahkluk-mahkluk itu terlempar dan membentur dinding gua.
"Luna, mundur!" Perintah Jeno dan Lupharion yang masih dalam wujud wanita cantik dengan cepat berdiri di sampingnya.
"Puasnya," kata Luna sambil mengelus kepalan tangannya sendiri. "Apa Tuan sudah selesai persiapannya?" Tanyanya.
"Ya." Jawab Jeno singkat sambil menunjuk artefak di tangannya.
Luna segera mundur ketakutan, ia merasakan jiwanya seperti diseret ke dalam kalung Tabut Ketaatan. Wajah cantiknya seketika pucat dan keringat membasahinya.
"Tenang saja, benda ini untuk Skorax Wyvern," kata Jeno yang begitu santai.
Dengan keyakinan penuh, Jeno menggunakan tiga kalung Tabut Ketaatan tersebut pada tiga Skorax Wyvern, ia melemparkan setiap kalung ke atas kepala makhluk itu. Seketika ketiga kalung itu melingkar di leher mereka.
Prosesnya berlangsung dengan efisiensi halus yang hampir antiklimaks: satu momen mereka adalah predator kuat yang akan merobek tubuh siapa pun berkeping-keping, momen berikutnya mereka berdiri dengan postur tunduk, mata yang sebelumnya menyala dengan haus darah kini dipenuhi dengan pengabdian yang absolut.
Namun Jeno tidak berhenti di situ. Pandangannya beralih ke kristal raksasa yang masih berdenyut dengan energi primordial.
"Angelina, apa pendapatmu tentang kristal itu?" Tanyanya dengan menggunakan pikiran.
"Oh, itu adalah Core Crystal, sumber kehidupan seluruh ekosistem dungeon," jawab Angelina dengan kegembiraan yang nyaris tak terkendali. "Tanpa kristal tersebut, dungeon manapun akan runtuh dan menjadi cave biasa. Tapi jika Tuan mengambilnya..."
"Aku bisa membuat dungeon sendiri," Jeno menyelesaikan kalimat itu dengan senyuman tipis.
"Tepat sekali! Bayangkan memiliki training ground private di mana Tuan bisa melatih orang-orang yang loyal kepada Anda. Tempat di mana kesetiaan ditempa melalui cobaan dan kesengsaraan."
Tanpa keraguan lebih lanjut, Jeno menyimpan kristal raksasa itu ke dalam Item Box-nya. Dalam pikirannya, blueprint untuk masa depan yang akan ia bangun mulai terbentuk, visi tentang masa depan yang akan menempatkannya pada posisi yang tidak bisa digoyahkan.
Luna, yang selama ini mengamati dalam diam, akhirnya bersuara dengan nada yang penuh kekaguman. "Awalnya aku mengira Tuan akan membunuh mereka. Tapi ini... ini jauh lebih brilliant."
"Kematian adalah akhir," jawab Jeno dengan nada filosofis. "Tapi loyalty... loyalty adalah awal."
"Apa tujuan sebenarnya dari semua ini?" tanya Luna, keingintahuan yang tulus terpancar dari matanya.
Pada saat yang sama, tiga Skorax Wyvern meletakkan kepalanya di depan Jeno sebagai bentuk kepatuhan. Luna mengelus kepala Skorax Wyvern sambil menunggu jawaban.
Situ Sehat ??!