Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Tolong periksa keadaan wanita ini dok, dia pingsan dan saya tidak tahu apa penyebabnya." ucap William dengan khawatir sekaligus membuat dokter itu mengangguk.
"Tolong bawa wanita ini ke ruang pemeriksaan, saya akan memeriksa kondisinya." ucap dokter dengan cepat.
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, William segera membawa Safeea masuk ke dalam ruang pemeriksaan dengan ditemani oleh dokter.
Suasana di ruang pemeriksaan terasa hening, hanya terdengar suara detak jarum jam di dinding dan dengung halus dari pendingin ruangan saat dokter mulai memeriksa kondisi Safeea yang sudah dibaringkan ke atas ranjang periksa. Kening William terlihat mengerut saat ia melihat dokter mulai memeriksa tekanan darah dan juga denyut nadi Safeea dengan menggunakan tensimeter. William tidak menyangka kalau tubuhnya akan terasa panas dingin karena sangat khawatirnya dengan kondisi Safeea.
Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan oleh dokter, dokter pun segera memberitahu kepada William kalau wanita yang ia bawa tengah hamil muda.
"Bagaimana dokter? Sebenarnya dia kenapa bisa pingsan?" tanya William dengan cemas.
"Wanita ini pingsan karena dia sedang hamil pak, usia kehamilannya sekitar tiga Minggu. Ditambah dengan perut wanita ini yang kosong serta tekanan darahnya yang rendah, membuat tubuhnya tidak kuat dan itu yang menyebabkannya jatuh pingsan. Saya akan meresepkan obat untuknya, tolong anda perhatikan kondisinya selama tahap awal kehamilannya agar tidak drop." ucap dokter yang membuat William mengangguk mengerti.
"Baik dokter saya akan melakukan semua yang dokter katakan, terima kasih." ucap William yang suaranya terdengar bergetar saat mengetahui tentang kehamilan Safeea.
"Jika anda tidak keberatan, boleh saya tahu apa hubungan anda dengan wanita ini? Saya lihat anda begitu mencemaskan nya." tanya dokter pada William.
William tidak menjawab langsung pertanyaan dari dokter, ia berpikir kalau tentu tidak mungkin baginya untuk memberitahu dokter kalau ia bukan siapa-siapa bagi Safeea, mengingat saat ini wanita itu sudah mengandung darah dagingnya, hasil dari cinta satu malam yang mereka habiskan waktu itu.
"Saya adalah suaminya, dokter." Jawab William kemudian yang akhirnya membuat dokter mengerti dan segera meninggalkan ruang pemeriksaan untuk memeriksa pasiennya yang lain.
Setelah kepergian dokter, William segera mengambil tempat duduk yang ada di sebelah Safeea. Ia juga mengambil salah satu tangan Safeea untuk ia cium dengan penuh kelembutan. Dengan rasa bersalah dan juga bahagia karena dirinya akan segera memiliki keturunan, William mengatakan kepada Safeea kalau ia minta maaf karena sudah membuat Safeea hamil tanpa keinginan gadis itu.
William juga berjanji akan tetap bertanggung jawab atas kehamilan Safeea jikalau Safeea tidak mau dirinya bertanggung jawab terhadap kondisinya saat ini.
Ketika William tengah menyesali perbuatannya terhadap Safeea, tiba tiba William mendapat telepon dari kepala pelayan rumahnya yang memintanya untuk segera pulang ke rumah atas suruhan pak Prawira. William sempat menolak untuk pulang karena ia harus menjaga Safeea sampai siuman, namun kepala pelayan rumah William berbohong kepada William dengan mengatakan kalau penyakit jantung yang diidap oleh pak Prawira kembali kambuh, demi untuk bisa membuat William pulang ke rumah.
Alhasil karena hal itu, William pun segera meninggalkan rumah sakit dengan cepat setelah membayar biaya pengobatan Safeea untuk pulang ke rumahnya karena khawatir dengan kondisi sang papa.
Beberapa saat setelah William meninggalkan rumah sakit, Safeea pelan pelan mendapatkan kesadaran kembali. Kedua matanya terlihat bergerak beberapa kali sebelum akhirnya ia membuka kedua matanya dan mendapati dirinya tengah berbaring di ranjang rumah sakit.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.