NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:580
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18

Rania segera menunduk setelah mengintip dari jendela kecil. “Ada setidaknya tiga cahaya senter. Mereka mendekat dari sisi barat,” bisiknya.

Adrian memberi isyarat kepada Milo dan Darius untuk bersiap. Kai mematikan layar terminal agar cahaya tidak menarik perhatian. Yara menempel di dinding dekat pintu, memegang senjatanya erat-erat.

“Berapa jaraknya?” tanya Darius.

“Kurang dari seratus meter,” jawab Rania.

“Mereka bergerak cepat.”

Milo memeriksa peta kecil di pergelangan tangannya. “Kita tidak punya jalur keluar lain kecuali pintu masuk tadi.”

Kai menoleh. “Itu berarti kita harus lewat sisi yang sama dengan mereka.”

Adrian berpikir cepat. “Tidak. Kita bisa gunakan lorong servis di bawah. Aku lihat panel akses di ruang utama tadi.”

Darius mengangguk. “Itu ide bagus. Tapi kita harus menahan mereka cukup lama untuk masuk semua.”

Rania memandang Adrian. “Aku dan kau bisa memberi pengalih perhatian sebentar.”

Adrian ragu. “Itu berisiko.”

Rania mengangkat bahu. “Kalau kita semua bertahan di sini, kita pasti tertangkap.”

Darius menyela, “Aku ikut membantu. Kalian turun lewat panel akses, aku dan Rania akan tarik perhatian mereka.”

Adrian akhirnya mengangguk. “Baik. Milo, Kai, Yara—buka panel dan mulai turun. Jangan buang waktu.”

Milo dan Kai bergegas membuka panel di lantai. Bunyi berderit terdengar ketika penutup logam dilepas. Yara menyalakan lampu kecil dan melihat tangga besi di bawah.

“Aman sejauh mata memandang.”

Mereka mulai turun satu per satu. Milo lebih dulu, diikuti Kai dan Yara.

Rania dan Darius bergerak ke jendela, mempersiapkan diri. Mereka menempatkan beberapa pecahan logam di sudut ruangan untuk memantulkan suara.

Lampu senter di luar semakin dekat. Suara sepatu menimpa puing terdengar. Rania melempar baut logam ke sisi lain ruangan, menghasilkan bunyi keras. Lampu senter langsung bergerak ke arah suara itu.

Salah satu penjaga berseru, “Di sana!”

Adrian memanfaatkan momen itu untuk menembakkan satu peluru ke arah lampu senter, bukan untuk melukai, tetapi membuat mereka berhenti. Suara tembakan menggema di seluruh area.

Darius berteriak, “Turun sekarang, Adrian!”

Adrian berlari ke panel akses dan menuruni tangga besi. Darius dan Rania mundur perlahan, terus memberi tembakan peringatan agar musuh menjaga jarak.

Begitu Adrian hilang di bawah, Darius memberi isyarat terakhir kepada Rania. Mereka berdua segera menyusul ke bawah, menutup panel akses dengan hati-hati.

Di bawah, lorong servis sempit dan berbau apek. Milo memimpin dengan senter, sementara Kai memeriksa radar. Yara berhenti sejenak untuk menunggu Darius dan Rania turun. Begitu semua berkumpul, mereka mulai bergerak cepat.

Kai berbicara pelan, “Mereka akan menemukan panel ini dalam beberapa menit.”

Adrian menjawab, “Kita harus keluar sebelum itu terjadi.”

Di pusat kendali CupidCore, Liora menatap layar laporan. “Mereka sudah masuk ke relai,” kata seorang analis.

Liora menatap peta. “Blokir semua jalan keluar yang menuju sektor timur. Paksa mereka ke arah selatan.”

Kembali di lorong, kelompok bergerak sambil menjaga formasi. Milo menemukan pintu besi kecil di ujung lorong. Ia memeriksa panelnya.

“Masih terkunci, tapi mekanismenya tua. Aku bisa membukanya cepat.”

Rania berjaga di belakang, mendengar suara samar langkah dari atas. “Mereka sudah mulai mencari jalur bawah tanah.”

Adrian menatap Milo. “Cepat selesaikan itu.”

Beberapa detik kemudian, pintu besi terbuka. Mereka keluar ke area pembuangan industri lama, jauh dari menara relai.

Kai mematikan lampu radarnya. “Kita lolos… untuk saat ini.”

Darius menatap sekeliling. “Kita tidak bisa tinggal di sini lama-lama. Mereka akan memperluas pencarian.”

Rania menatap Adrian. “Kita berhasil menyelamatkan data dan memanggil bantuan, tapi mereka sekarang tahu kita masih hidup.”

Adrian menjawab singkat, “Itu artinya permainan baru saja dimulai.”

Kelompok itu berjalan cepat melewati pipa-pipa berkarat di area pembuangan industri. Bau bahan kimia lama bercampur dengan udara malam yang dingin. Milo memimpin, memeriksa peta portabelnya.

“Menurut peta lama, ada jalur servis menuju kanal selatan sekitar lima ratus meter dari sini,” katanya.

Kai memandang ke belakang. “Pastikan tidak ada jejak yang kita tinggalkan.”

Yara menunduk, memperhatikan tanah berlumpur. “Langkah kita meninggalkan bekas. Hujan terakhir membuat tanah basah.”

Darius menggeram. “Kita tidak bisa hapus semuanya. Kita hanya harus lebih cepat.”

Mereka melewati deretan mesin tua yang ditinggalkan. Beberapa lampu darurat masih berkedip lemah, memberi kesan area ini pernah aktif. Adrian berhenti sejenak, memeriksa data yang berhasil dikirim dari relai.

“Tidak ada respons dari jaringan,” katanya.

“Entah pesan kita terlalu lemah atau mereka tidak bisa menjawab.”

Rania menarik napas panjang. “Kita tidak bisa mengandalkan bantuan yang belum pasti.”

Milo menoleh. “Setidaknya sekarang mereka tahu kita masih di luar.”

Adrian menatapnya. “Itu juga berarti musuh tahu lokasi kira-kira kita.”

Tiba-tiba, suara dengungan mesin mendekat dari kejauhan. Kai mengenali suara itu. “Drone pengintai.”

Semua orang segera mencari perlindungan. Yara menunjuk ke bawah struktur baja besar. Mereka merunduk di bawahnya, menunggu. Drone lewat perlahan, sinar pencarian menyapu area. Setelah beberapa detik tegang, drone menjauh.

Darius berbisik, “Mereka akan menyebar lebih banyak drone setelah ini.”

Rania mengangguk. “Kita harus bergerak lebih cepat.”

Mereka melanjutkan perjalanan dan menemukan kanal selatan: sebuah lorong beton besar dengan air dangkal mengalir perlahan. Ada jembatan kecil yang mengarah ke jalan industri.

Milo memeriksa dinding lorong. “Ada tanda bintang lagi di sini. Mereka yang sebelum kita jelas menandai jalur aman.”

Kai menyalakan peta dan menunjuk ke arah timur. “Jika kita ikuti kanal ini, kita bisa menuju sektor Delta tanpa melewati pos penjagaan utama.”

Di pusat kendali CupidCore, Liora menerima laporan dari unit lapangan.

“Mereka lolos ke kanal selatan,” kata analis.

Liora tetap tenang. “Biarkan mereka bergerak. Kita bisa memprediksi rute berikutnya. Siapkan tim untuk memotong jalur di sektor Delta.”

Kelompok itu bergerak sepanjang kanal, menjaga jarak satu sama lain untuk meminimalkan jejak.

Yara menoleh ke Adrian. “Apa langkah kita berikutnya?”

Adrian menatap ke depan tanpa berhenti. “Kita temukan titik pertemuan yang aman dan evaluasi ulang. Kita harus memutuskan apakah akan terus mengirim sinyal atau berpindah ke rencana cadangan.”

Rania menambahkan, “Kita butuh tempat berlindung sebelum fajar. Kanal ini bukan tempat yang baik jika drone mulai menyisir lagi.”

Setelah berjalan hampir satu kilometer, mereka menemukan sebuah pintu servis kecil di dinding kanal.

Kai memeriksa panelnya. “Terkunci, tapi tidak sulit.”

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Mereka masuk ke ruangan pemeliharaan tua. Di dalamnya terdapat meja besi berdebu dan beberapa kursi rusak.

Milo menutup pintu dengan hati-hati. “Setidaknya ini lebih baik daripada di luar.”

Yara duduk di salah satu kursi yang masih utuh. “Kita butuh istirahat sebentar.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!