NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 | Dilema

Dirgantara kembali sibuk dengan kegiatan di dalamnya. Berbagai ekstrakurikuler mulai berjalan lagi dengan anggota baru yang berdatangan. Kelas XII juga mendapat pelajaran tambahan sebagai persiapan menghadapi ujian akhir kelak.

Seperti Gala yang sudah siap dengan pakaian basketnya, dia mulai mendrible bola dan melemparnya ke arah ring. Sementara adik kelas yang siap mengikuti basket, sudah berkumpul di sana.

Di aula, anggota cheer juga siap memainkan koreo andalan mereka. Dengan gaya centil dan lenggak lenggok yang ceria, grup cheerleader Dirgantara sukses tampil memukau meski masih tahap latihan. Bella sebagai pemimpinnya, bersorak riang dan memberi semangat untuk yang lain.

Sedangkan di dalam kelas, tiga orang gadis tengah mengobrol sambil menikmati snack di meja.

"Lo kemarin ke mana aja, Na? Gue diajak ke rumahnya. Ih, malu banget, mana nggak persiapan sama sekali. Untung orang tuanya nggak masalahin tampilan gue kemaren." Terlihat mata Vio penuh bunga mawar bermekaran, pipinya juga dihiasi semburat merah muda yang semakin terlihat jelas.

"Wah, Juna serius ngajakin lo nikah ini mah. Fix, abis lulus langsung lamaran!" Seru Alana menggoda.

Namun, Sisi hanya diam. Wajahnya cemberut dengan hidung merah tengah kembang kempis. Matanya berkaca-kaca.

"Si, lo kenapa?" Vio menegur temannya yang paling berisik, tapi tidak dengan hari ini.

"Lo mau nangis, Si? Nangis aja, jangan ditahan." Alana mengusap bahu gadis itu. Tak menunggu lama, suara isakan terdengar dari sudut kelas. Sisi menangis sesenggukan dengan hidung yang mulai mengalirkan lahar dingin. Vio menyodorkan tisu dan segera disambut oleh tangan yang bergetar.

Setelah menunggu, akhirnya Sisi mulai buka suara. Dia menceritakan apa yang terjadi di taman waktu itu. Termasuk sikap Galih yang tak mengejarnya saat dia berlari menjauh.

"Gue nggak abis pikir, kenapa tu cowok jadi aneh gitu? Dia nggak peduli pas gue pergi, gue nanya juga dia diem aja kayak patung." Sisi meluapkan kekesalannya dengan tangan yang masih sibuk membersihkan lahar dan air mata.

"Mungkin dia lagi banyak pikiran, Si. Kan dia udah masuk kampus, bisa jadi banyak tugas baru, kan?" Vio menepuk lembut punggung temannya, sedangkan Alana hanya terdiam.

Nggak bisa dipungkiri, gue ngerasa ada sesuatu ke Galih. Tapi, sekarang dia kan punya Sisi, nggak mungkin gue terima dia.

Lo kenapa sih, Na? Dulu waktu tu cowok nembak lo, lo nggak mau nerima, lo ngamuk-ngamuk. Sekarang? Lo malah dilema sama keputusan yang lo buat sendiri.

Alana memejamkan mata untuk meredam suara di kepala yang membuat pening. Tangannya memijat pelipis, gerakan itu membuat Sisi dan Vio menoleh.

"Na, lo sakit? Pusing?" ucap mereka hampir bersamaan.

Alana menggeleng, "gue ke toilet dulu ya," ucapnya sembari melangkah keluar kelas.

Alana melihat beberapa kelompok siswa dan siswi yang berkumpul di lapangan, juga banyak yang mulai bermain musik di kelas maupun kegiatan indoor yang lain.

"Na, lo ada eskul apa? Belom pulang?"

Alana menghentikan langkah, matanya bertemu dengan senyuman di wajah teduh yang membuatnya refleks ikut tersenyum.

"Gue, oh, gue nggak, nggak ada ikut eskul." Alana gugup, entah karena apa.

Na, lo kenapa jadi gagap gini? Lo salting ketemu cowok ganteng?

"Kirain ada eskul. Nanti balik bareng gue mau, Na? Bentar lagi sih." Cowok itu menunjuk lapangan, di mana anak basket ada di sana.

Alana menolak dengan sopan, kemudian berlalu ke tujuan utamanya.

Di ruangan yang sunyi itu, Alana menatap cermin dan terlihat wajah seorang gadis dengan rambut terurai di sana. Alana memaksakan senyuman, namun gagal.

Gue kenapa sih? Kenapa perasaan gue jadi acak-acakan gini? Sekarang Gue suka Galih, tapi kenapa tadi gue salting juga ketemu dia?

Gemericik air memecah keheningan, Alana membasuh wajah lalu mengikat rambutnya.

Baru saja dia hendak melangkah pergi, ponsel di saku bergetar.

"Mama?" Alana mengeryitkan kening, merasa aneh karena ibunya jarang menghubungi di jam-jam sekolah.

Dengan satu gerakan, suara ibunya terdengar dari seberang sana. Dia meminta agar Alana segera pulang jika memang sudah selesai ekstra. Saat ditanya kenapa, sambungan sudah diputus sepihak.

Alana bergegas kembali ke kelas dan merapikan alat sekolahnya.

"Gue balik duluan ya, Mama nyuruh balik sekarang." Sisi dan Vio ikut berdiri, mengantar Alana sampai gerbang.

Di sana, pak Joko sudah menunggunya. Tanpa berlama-lama, Alana masuk dan berlalu pulang.

"Pak, Mama kenapa? Kok kesannya buru-buru banget. Ada apa di rumah?" Sambil mengamati lalu lintas, Alana meminta penjelasan. Si sopir menjawab dengan mata tetap fokus pada jalanan di depan.

"Maaf, saya nggak tahu, Non. Tadi cuma disuruh cepet jemput aja."

Alana memejamkan mata dan menutup telinga, berbagai pikiran aneh muncul tanpa permisi, membuat dirinya kesal sendiri.

Sesampai di rumah, dia mendapati ruang tamu yang kosong, berulang kali memanggil ibunya, tetap tak ada jawaban sama sekali. Alana ke dapur, namun di sana juga kosong. Bi Minah yang biasa sigap mendengar suara Alana, kini entah di mana.

Alana menaiki anak tangga perlahan, membuka pintu kamar dan terkejut.

"Ini apa?"

Tangannya meraih sepotong kertas yang terselip di sebuah buket bunga.

"Nak, kamu udah pulang?"

Alana terkejut, dia menoleh dan melihat ibunya bersama bi Minah.

"Mama dari mana? Aku panggil dari tadi nggak ada yang nyaut." Gadis itu meletakkan kembali buket di meja lalu menghampiri kedua wanita yang berdiri di ambang pintu.

Hanna memeluk putrinya, "kita harus ke rumah Nenek sekarang, Nak. Mama dapet kabar dari Pak Mul, katanya Papamu ada di sana."

"Papa? Kok tahu-tahu nyampe sana? Mau apa, Ma?"

Tanpa menunggu jawaban, Alana segera berkemas. Namun sang ibu menahannya, "semua keperluan kamu udah Mama siapin di bawah tadi sama Bi Minah, sekarang kita berangkat."

Mereka menuju halaman, di mana pak Joko sudah siap di tempat.

Mobil melaju, bergelut dengan keramaian kota yang tak ada habisnya. Alana menatap keluar dengan pikiran carut marut tak karuan.

Untuk apa Papa ke sana? Apa yang sebenarnya dia inginkan?

Pak Joko membantu menurunkan barang bawaan majikannya di bandara. Hanna mendekat dan menepuk pelan pundak pria itu, "saya titip rumah ya, Pak. Nanti Lidia juga akan ke sana setelah tutup kafe."

Pak Joko mengangguk hormat, mengantarkan kedua wanita itu masuk ke dalamnya.

Sementara di sekolah, kegiatan sudah selesai, membuat parkiran yang hening kembali ramai dan berisik oleh teriakan juga bunyi klakson yang nyaring. Sisi dan Vio berlarian ke arah gerbang, menantikan tumpangan untuk kembali pulang. Mereka tersenyum senang saat Juna dan Rio datang bersama kedua temannya.

Dalam hati, Gala berusaha menahan untuk tidak ikut campur urusan orang lain, namun tidak dengan mulutnya.

"Loh, kalian? ... trus yang kemaren gimana, Si? Lo jadi cadangan?" Gala menunjuk Sisi dan Rio bergantian, detik berikutnya dia terdiam, merutuki diri.

Omegottt ni mulut, lo nggak bisa banget diajak kerja sama!

"Eh, Singa ke mana? Kok nggak bareng?" ucap Gala cepat, untuk mengalihkan perhatian. Dia menatap ke halaman, mencari keberadaan Alana.

"Dia balik duluan tadi."

Jawaban Sisi membuat Gala mengangguk pelan.

Apa dia balik sama tu cowok? Dia juga tadi balik duluan.

Gala mengedikkan bahu lalu menghidupkan mesin motornya.

*

1
Nadin Alina
Ceritanya seru kak, semangat Thor 🔥💪🤗
Bulanbintang: makasih ya, kamu jg semangat nulisnya😉🤗
total 1 replies
Noveria_MawarViani
jangan lupa mampir ya
Bulanbintang: siapp
total 1 replies
Noveria_MawarViani
bagus kak
M.S
aku udah mampir kakak
Bulanbintang: Terima kasih ya,
total 1 replies
Violette_lunlun
udah mampir ya Thor, bagus banget novel dan penulisan.
jika berkenan mampir juga yuk ke karya ku.
Bulanbintang: Baik, terima kasih.
total 1 replies
–Kang Je Ra
haiii, semangatt nulis yaa! /Rose/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
follback
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Anisa Febriana272: Judul nya ngawak kak
Anisa Febriana272: Oke Ni saya lagi buat novel di catatan judul nya wanita pelakor yang kena karma
total 19 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!