Misteri Proyek Mangkrak (Hantu Pohon Duwet)

Yayuk masih menatap foto di dalam pigura sederhana itu. Meskipun jantungnya berdebar debar karena teringat sosok putih putih di lokasi proyek mangkrak. Di dalam hati Yayuk mengagumi wajah cantik alami di foto itu.

“Apa itu foto Yatmi ya? Kasihan sekali dia, cantik dan masih muda tetapi nasibnya malang. Kurang ajar sekali orang yang sudah berbuat jahat padanya..” gumam Yayuk di dalam hati.

Ekspresi wajah Yayuk pun sedih mengingat nasib malang Yatmi akan tetapi tampak juga kesal dengan orang yang sudah berbuat jahat pada gadis desa muda belia itu.

Di saat Yayuk masih menatap foto gadis cantik itu. Jantung Yayuk tratapan lagi karena mendengar suara..

“Itu foto Yatmi anak pertama saya Bu. Itu foto terakhir kali..” ucap seorang perempuan yang tidak lain adalah Suprihatin, Emaknya Yatmi.

Suprihatin terus melangkah sambil membawa nampan. Nampan itu berukuran besar terbuat dari kayu. Berisi empat gelas minuman dan satu piring pisang rebus.

“Saya sebenarnya tidak suka foto itu dipasang. Hanya membuat hati saya sedih saja. Tapi Kakek Yatmi yang ingin foto itu tetap di situ. Untuk kenang kenangan katanya...” ucap Emaknya Yatmi lagi.

Kedua mata Emaknya Yatmi tidak hanya memerah. Akan tetapi butir butir air bening sudah meleleh dari kedua ujung matanya.

Yayuk yang pandangan mata nya sudah berpaling dari pigura foto, menoleh ke arah sumber suara..

“Berapa usia Yatmi Bu?” tanya Yayuk, lalu dia duduk di salah satu kursi rotan, model tempo dulu.

“Sembilan belas tahun Bu.. Itu foto waktu dia ulang tahun.. hu... hu....hu.. tidak menyangka itu foto terakhir kali dan ulang tahun yang terakhir kali.. hu... hu....hu...” ucap Emaknya Yatmi tangisnya kini pecah. Dia menangis tersedu sedu. Air mata sudah mulai berlinangan.

Nampan besar itu dia taruh di atas meja. Dia duduk di kursi rotan yang panjang. Dan tangannya sibuk menghapus air mata yang terus meleleh.

“Itu Yatmi minta diantar Tarno foto ke kota, Bu.. sebelum Yatmi mendapat musibah hu.... hu.... hu....” ucap Emaknya Yatmi lagi.

Yayuk yang hatinya ikut sedih dan turut prihatin. Bangkit berdiri lalu duduk di samping Emaknya Yatmi. Yayuk mengusap usap punggung Emaknya Yatmi.

“Ada satu lagi foto terakhir dia, dia berdua dengan Tarno. Tapi foto itu sudah dibakar sama Adik adiknya Yatmi. Dia sangat benci sama Tarno yang tega membunuh Kakaknya, hu... hu... hu....”

“Sabar Bu... Apa Tarno satu satunya tersangka saat itu Bu?” ucap Yayuk sambil masih mengusap usap punggung Emaknya Yatmi.

“Saya sudah sabar Bu... hu... hu... hu...” ucap Emaknya Yatmi satu tangannya mengelus dadanya sendiri. Masih ada rasa sakit di dadanya, jika mengingat nasib malang anak perempuannya.

“Saya sabar Bu, saat orang orang membicarakan Yatmi yang hamil dari Grenduwo.. Saya juga sabar saat saya masih berkabung karena kehilangan Yatmi, orang orang mengatakan Yatmi menjadi kuntilanak, yang menakut nakuti warga hu... hu... hu... “ ucap Emak nya Yatmi dan terus menangis tersedu sedu sambil berlinang air mata.

Yayuk terus mengusap usap punggung Emaknya Yatmi.

“Apa Tarno satu satunya tersangka saat itu Bu?” tanya Yayuk lagi.

Emaknya Yatmi masih diam saja. Dia sibuk mengusap air mata yang terus meleleh..

“Saya tidak tahu Bu, saya tidak pernah ikut ke kantor polisi dan juga tidak ikut sidang. Bapaknya Yatmi yang datang Bu.” Ucap Emaknya Yatmi.

“Saya hanya ditanya Pak Polisi yang datang ke sini. Kapan Yatmi terakhir kali keluar dari rumah dan dengan siapa.” Ucap Emaknya Yatmi selanjutnya.

“Sebelum Yatmi menangis mengatakan hamil pada sampeyan. Apa dia pernah menangis juga Bu, curhat pada sampeyan?” tanya Yayuk pelan pelan dan sangat hati hati, agar tidak semakin menambah sedih dan luka hati Emaknya Yatmi.

Emaknya Yatmi hanya geleng geleng kepala..

“Dia tidak curhat ke saya sebelumnya Bu. Tetapi saya melihat ada yang beda dengan Yatmi dari hari ke hari. Dia tidak ceria seperti biasanya. Wajahnya murung terus.. “ ucap Emaknya Yatmi, sambil menghapus air matanya.

“Itu sebelum Yatmi foto ini ya Bu?” tanya Yayuk sambil sejenak menoleh ke arah pigura foto Yatmi, yang terlihat tersenyum manis.

“Iya Bu, sebelum dia foto itu. Kalau saya tanya kenapa murung, dia hanya jawab sedang capek.” Ucap Emaknya Yatmi.

“Saya terus perhatikan dia Bu. Saya mulai curiga, saat saya tidak melihat ada pembalut di kamarnya atau pembalut bekas di tempat sampah.” Ucap Emaknya Yatmi.

Emaknya Yatmi berhenti sejenak. Dia lalu mempersilakan Yayuk untuk minum dan mencicipi pisang rebus yang dia suguhkan. Emaknya Yatmi yang merasa sakit leher dan dadanya, mengambil satu gelas minuman teh hangat itu, dan meminumnya pelan pelan.

Yayuk yang masih menunggu cerita Emaknya Yatmi, juga ikut minum teh hangat itu.

“Bu Suprih terus tanya ke Yatmi?” tanya Yayuk kemudian sambil menatap wajah sedih Emaknya Yatmi.

“Iya Bu,tapi Yatmi jawab katanya tidak haid karena kecapekan dan stres banyak kerjaan. Saat itu memang musim hajatan dan musim liburan Bu, home stay ramai..” jawab Emaknya Yatmi.

“Saya terus perhatikan Yatmi, tubuhnya juga mulai berubah. Saya yang sudah hamil tiga kali. Benar benar mulai curiga Bu. Pulang kerja saya tanya Yatmi. Akhirnya dia nangis nangis dan bilang hamil itu Bu.. “ ucap Emak nya Yatmi. Air matanya kembali meleleh di pipi.

Kedua tangan Emaknya Yatmi kembali sibuk menghapus air mata yang terus meleleh..

“Hiks.. hiks... saat saya bilang harus cepat cepat nikah. Yatmi malah menangis sejadi jadinya. Dia bilang bukan Tarno yang menghamili. Tarno tidak mau menikah dengannya.. hu... hu.. hu... hu...”

“Apa Yatmi mengatakan Bu, siapa yang menghamili dia?”

Emaknya Yatmi yang masih menangis tersedu sedu hanya geleng geleng kepala.

Yayuk kembali mengusap usap punggung Emaknya Yatmi.

“Yatmi tidak mengatakan Bu, saya benar benar marah saat itu pada Yatmi. Saya sampai berkata buruk pada Yatmi, apa dia menjual tubuh pada tamu tamu home stay, hu... hu... hu....”

Emaknya Yatmi kembali menangis tersedu sedu. Air matanya terus bercucuran. Yayuk mengambilkan tisue dari tasnya. Diberikan satu pak tissue pada Emak nya Yatmi.

“Terima kasih Bu..” ucap Emaknya Yatmi namun dia tidak mengambil tissue dia usap mukanya dengan lengan daster nya.

“Yatmi menangis dan bersumpah kalau dia tidak menjual tubuh kepada siapa pun..” ucap Emak nya Yatmi, terdengar ada nada penyesalan.

“Saya menyesal Bu, sudah bicara buruk pada anak saya.. saat itu saya benar benar emosi pada Yatmi.. “

Emaknya Yatmi sejenak terdiam. Dia meneguk air teh nya lagi..

“Saya dan bapaknya Yatmi, datang ke rumah Tarno. Berkali kali, pertama kami minta Tarno untuk bertanggung jawab. Dia tidak mau, dia mengatakan kalau bukan dia yang menghamili Yatmi.” Ucap Emaknya Yatmi kemudian.

Yayuk terus saja mendengarkan cerita dari mulut Emaknya Yatmi.

“Kami terus datang ke rumahnya, memohon Tarno mau untuk menutup aib Yatmi jika memang bukan dia yang menghamili Yatmi. Tarno akhirnya luluh hatinya. Dia mau menikahi Yatmi, dia mengajak Yatmi ke rumah sakit. Tapi malah hu.... hu.... hu....”

Emaknya Yatmi kembali sibuk menghapus air mata dengan lengan daster nya.

“Waktu mereka mau ke rumah sakit apa mereka bilang mau test DNA janin di kandungan Yatmi?”