Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.
Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prewedding dadakan
"eunghhh..." Nahda terbangun dari tidurnya. Lalu ia terkejut jika hari sudah kembali pagi dan dirinya masih mengenakan pakaian kemarin.
"Apa aku mimpi?" Ia masih mengira jika kejadian kemarin adalah mimpi.
Kemudian, datang Haris dengan membawa nampan berisi makanan untuk diberikan pada kekasihnya itu. Haris terkejut dikarenakan Nahda sudah terbangun.
"Eh, sayang udah bangun.. ayok sarapan dulu.. aku udah beli bubur ayam nih"
Kemudian Nahda menoleh ke arah Haris sembari mengucek matanya "ini beneran kamu?"
Haris menatap kekasihnya bingung. Kemudian, ia menaruh makanan tersebut di atas laci meja yang ada di dekatnya.
"Iya.. ini aku.."
Terlihat raut terkejut dari wajahnya "berarti kejadian kemarin nyata?" Gumamnya.
"Kamu kenapa?"
Kemudian Nahda menatap Haris dengan lekat. Matanya berkaca-kaca. Dan tiba-tiba dirinya menubruk tubuh Haris dan memeluknya dengan erat. Ia pun kembali menumpahkan tangisannya tersebut.
"Kamu... kenapa gak bilang kalo pulang kemarin?" lirih Nahda dengan suara bergetar.
"Suprise sayang hehe.."
Ia pun mengeratkan pelukannya "aku kangen sama kamu."
"Aku juga."
Haris dengan sabar menunggu tangisa kekasihnya itu mereda. Ia pun mengelus rambutnya agar merasa lebih tenang. Kemudian, tangisannya pun mulai mereda. Pelukannya yang erat kian melemah dan sekarang mereka saling berpandangan.
"Udah, jangan nangis ya... makan dulu, aku suapin."
Nahda mengangguk. Ia pun kembali duduk diatas kasur berbarengan dengan Haris yang duduk di tepi kasurnya. Haris mulai menyuapi gadis itu sarapan.
"Kamu gak makan?" Tanya Nahda.
"Nggak, aku udah sarapan sebelum suapi kamu. ayo makan lagi,"
Nahda makan dalam keadaan diam. Haris pun sama tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia dengan lembut menyuapi kekasihnya itu. Hingga perlahan bubur dalam mangkuk tersebut perlahan mulai sedikit.
"Aku udah kenyang,"
"Sedikit lagi sayang, ayo habisin."
Karena Nahda merupakan orang yang sayang akan makanan, mau tidak mau ia harus menghabiskannya agar tidak mubazir.
"Nah, habis... minum dulu nih, aku ke dapur dulu ya..."
Ia pun meneguk air minum hingga habis. Setelah Haris pergi ke dapur, Nahda berdiri dan mulai mendekati lemarinya. Ia mengambil baju dan rok batin yang baru dikarenakan pakaian yang ia pakai sudah kotor. Kemudian ia pun tak lupa mengambil handuknya.
Tapi saat hendak menuju ke kamar mandi, ia melihat Haris sedang membersihkan peralatan makannya di dapur. Karena jarak kamar mandi dan dapur itu sangat dekat. Dia sedikit malu untuk masuk ke sana. Jadi, dirinya menunggu Haris selesai terlebih dulu.
Tak lama kemudian, Haris pun selesai. Ia pun segera keluar dari dapur tersebut dan terkejut saat melihat Nahda ada di depannya.
"Kamu mau ke mana?"
"Aku mau mandi, awas ya jangan ngintip."
Terlihat senyum jahil di wajah pria itu "ngintipin calon istri sendiri gapapa dong.."
"Ish.. awas ah!"
Dia pun segera berlari ke kamar mandi. Haris pun terkekeh melihat tingkahnya yang kembali normal. Haris pun menunggunya dengan duduk di kursi kayu. Ia merogoh ponselnya untuk mengecek pekerjaannya yang masih tersisa. Ia tak bisa pulang ke sana dikarenakan misinya belum selesai.
Haris masih belum tau siapa pelaku dibalik fitnah besar yang menimpa kekasihnya itu. Ia harus menemukan orang tersebut. Untuk Tia, dialah penyebab penyebaran informasi bohong tersebut. Tapi, dia mengaku hanya disuruh seseorang. Dan dirinya pun tidak mengetahui identitas asli dari orang tersebut.
Ia melakukan itu karena tergiur dengan bayaran besar. Dan saat itu ia membutuhkan biaya untuk kebutuhan keluarganya dan saat itu juga ia ingin membalaskan sakit hatinya dikarenakan Hana telah banyak merebut laki-laki yang disukainya.
Padahal yang asli, Hana yang merupakan kembang desa banyak dikejar oleh laki-laki termasuk oleh orang yang disukai Tia. Namun, Hana tidak sama sekali menggoda mereka. Merekalah yang menyukai Hana.
Dan itu membuat Tia sedikit dendam padanya. Namun, semua sudah teratasi karena Haris sudah mengurus semuanya. Sekarang tinggal pelaku utamanya yang belum ia periksa lebih dalam. Untuk warga yang terprovokasi, mereka kembali dibebaskan dengan syarat harus berperilaku baik pada Hana.
Hana ternyata sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah serta balutan kebaya emas yang sangat cocok dibadannya.
"Kamu masih di sini? Kirain berangkat kerja."
Haris sedikit terperangah melihat penampilan Nahda yang kian hari makin cantik di matanya. Apalagi badannya yang super ideal dibalut kebaya yang pas dibadan membuat aura kecantikan alami dari gadis tersebut bertambah.
"Kamu cantik banget." puji Haris.
"Ish.. gombal."
Nahda pun duduk di samping Haris "maaf ya aku tidak menyuguhkan apapun.. karena bahan makanan sudah habis.."
"Ya tinggal beli lagi lah" ujar Haris enteng.
Entah kenapa itu membuat Nahda murung. Karena ia sudah tidak bisa menghasilkan uang lagi. Bekerja di kebun dan menari di sanggar yang merupakan sumber penghasilannya sudah tidak ada lagi. Jadi dirinya benar-benar tidak punya simpanan uang.
Menyadari omongannya membuat gadis itu tersinggung, Haris segera meminta maaf atas ucapannya itu.
"Maaf.. aku gak bermaksud-"
Nahda tersenyum tipis "gapapa.. kamu benar kok.. cuma, aku udah gak punya penghasilan lagi.."
Ia pun kembali meneteskan air matanya. Entah kenapa, saat di dekat pria tersebut. Ia selalu ingin menumpahkan rasa sakit yang selama ini ia rasakan. "Tempat aku cari uang, sudah tidak menerimaku bekerja.. aku sekarang benar-benar tidak punya uang.. bagaimana aku bisa hidup di sini" lirihnya sendu.
Haris menangkup wajah cantik itu yang penuh dengan air mata "kamu kenapa nangis Hem? Kalo kamu mau kembali kerja, coba datang ke sana.. aku yakin mereka masih mau menerimamu"
"Tapi.. tapi.. aku takut.."
"Semua sudah ku urus sayang.. gak ada yang harus di takutkan lagi.. tapi, kalaupun kamu tidak bekerja, tidak apa-apa.. masih ada aku.. aku akan kasih kamu uang ya"
"Aku gak enak sama kamu.."
Haris menghembuskan nafas panjangnya "ngapain merasa gak enak sama aku.. kamu itu kan calon istriku.. nanti juga semua kebutuhan kamu aku yang tanggung, sayang"
"Udah.. jangan sedih-sedih ya.. oh iya.. aku mau kasih tau kamu sesuatu nih"
"Apa?"
"Kebetulan aku masih ada di sini, kita bikin prewedding yuk.. tema pedesaan.. nanti saat di kota, aku akan bawa kamu ke keluargaku"
Nahda sepertinya kebingungan dengan istilah itu. Baru pertama kali ia mendengar hal tersebut.
"Prewedding itu apa?"
"Semacam dokumentasi foto sebelum kita menikah sayang.. foto aja dulu.. yuk, mau gak?"
"Tapi aku gak ngerti"
"Gapapa.. nanti sama aku yang atur.. mau ya?"
Nahda mengangguk pelan sembari tersenyum "boleh deh.. kapan itu?"
"Hari ini"
"Apa?! Mendadak sekali.."
"Iya.. ayok siap-siap.. aku udah siapkan semuanya.. tinggal datang aja ke lokasi yuk"
"Ayuk"
***
Nahda dan Haris pun keluar rumah secara bersamaan. Saat melewati banyak kerumunan, gadis itu berubah ketakutan namun Haris yang melindunginya membantunya menenangkan dirinya.
"Gapapa.. ayo jalan terus"
Mereka pun telah sampai di sebuah persawahan. Di sana sudah terdapat fotografer lengkap dengan timnya.
"Halo pak" sapa fotografer itu pada Haris.
"Halo.. udah siap semuanya?"
"Udah pak.. untuk calon istri bapak, silahkan dimakeup terlebih dulu.. di sana sudah ada tim kita yang akan mengurusnya"
"Baik.. terimakasih.." lalu Haris menoleh ke arah gadisnya itu "ayo sayang, di makeupin dulu"
"Emang harus ya?"
"Iya.. biar lebih rapi.. ayo sana"
Nahda pun mengangguk. Ia menuruti keinginan dari calon suaminya tersebut. Kemudian ia di sambut oleh para mua yang akan menghiasi wajahnya dengan makeup. Saat mulai memoleskan makeup, mau tersebut terkejut dikarenakan kulit Nahda sangatlah bagus.
"Teh.. Masya Allah.. kulitnya bagus banget.. perawatannya apa teh?"
Nahda mendengar itu hanya tertawa pelan "hahaha.. biasa aja.. aku gak pakai apa-apa teh.. cuci muka pakai air biasa aja.. maklum orang desa kaya saya belum mampu perawatan mahal"
"Tapi kulit teteh cantik banget.. jadi pengen deh" pujinya terus.
Mua itu terus memoleskan makeup pada Nahda yang duduk anteng menghadap kaca. Mereka semua telah disiapkan Haris jauh-jauh dari sebelum ia kembali ke sini. Haris telah menyewa mereka semua dengan harga yang lumayan dari pusat kota. Karena di sini tidak ada fasilitas seperti ini, jadi ia menyewa yang ada di kota saja.
Waktunya pun sangat pas, dikarenakan ia juga ingin menghibur hati gadis itu yang telah mendapatkan kejadian buruk selama dirinya pergi. Hitung-hitung ini sebagai hadiah atas penantiannya selama misi berlangsung di desa sebelah. Haris sudah bergaya ala petani dikarenakan tema tersebut diambil dari pedesaan.
Lagi-lagi ini hanya direncanakan oleh dirinya. Bahkan keluarganya sendiri belum diberitahu jika dirinya sudah melakukan prewedding duluan. Haris akan melakukan ini kembali di kota setelah ia meminta izin pada kedua orang tuanya meminang gadis itu menjadi istrinya. Ia pun akan mengurus surat pada kedinasan untuk melepaskan masa lajangnya. Dikarenakan ia juga seorang tentara, harus melaporkan dokumen penting yang akan diajukannya untuk menikah nanti.
"Pak! Calon istri anda sudah siap! Ayo ke lokasi!" Ujar fotografer tersebut dari kejauhan. Haris yang mendengar itu segera menghampiri mereka. Di sana, ia sedikit terkesima melihat Nahda yang semakin cantik dibalut makeup tipis di wajahnya.
"Ayo.. semuanya bersiap!!"
Haris pun tersenyum dan menghampiri gadis itu "ayo sayang.. kita mulai fotonya"
Mereka pun memulai sesi pemotretan di sana. Yaa maklum namanya di desa, semua warga ikut menonton kegiatan mereka tersebut. Sebelumnya, Nahda merasa tidak percaya diri apalagi di lihat oleh semua warga di sana. Masih ada terselip ketakutan di dalam dirinya. Namun, kembali Haris menenangkan dirinya. Ia pun mengikuti apa kata calon suaminya tersebut. Dirinya pun mulai membiasakan diri dan mulai bergaya sesuai instruksi dari fotografer tersebut.
Hampir 2 jam mereka berdua melakukan sesi pemotretan di tempat yang berbeda-beda. Dan selama itu Nahda tak berhenti tersenyum. Ia bersyukur masih bisa merasakan apa yang belum ia rasakan selama ini. Kemudian setelah pemotretan selesai, Haris yang sudah berganti baju pun ia mengajak gadis itu jalan-jalan mengelilingi desa mengenakan sepeda motor yang ia sewa pada salah satu warga di sana.
"Gimana? Kamu suka?"
Nahda pun memeluk pinggang Haris "Suka banget.. makasih ya.."
Kemudian Haris menghentikan motornya di sebuah bukit yang terdampar rerumputan hijau. Dengan suasana hati yang bahagia, Nahda pun turun dari motor dan mulai berlari layaknya anak kecil. Haris hanya tersenyum sembari memperhatikan gadis itu dari kejauhan.
Mengingat tingkah lakunya tersebut, mengingatkannya dulu saat ia pergi ke pantai. Di sana Nahda juga sangat bahagia sekali melihat air laut.
Ternyata, membuat gadis itu bahagia sangatlah sederhana. Padahal Haris bisa memberikan yang lebih dari ini. Namun, sepertinya itu tidak diperlukan karena dari hal kecil saja ia sudah merasakan kebahagiaan seperti itu. Itulah yang ia sukai dari gadis itu, tak pernah menyepelekan apapun dari dirinya walaupun itu hanya sebagian kecil.
"Hariisss.. aku capek" ngeluhnya.
"Yaudah yuk duduk di sana"
Mereka pun terduduk di atas rumput hijau serta menikmati angin sepoi-sepoi menambah suasana ketenangan dan kedamaian.
"Makasih ya.. aku bersyukur bisa ada di samping kamu.. kamu selalu baik sama aku.. "
"Sama-sama.. ini belum seberapa.. aku juga mau berterima kasih, karena sudah mencairkan es dalam diriku.. sekarang aku bisa menghangat kembali karena adanya kamu di sisiku"
Mereka pun saling berpelukan satu sama lain. Suasana di sana sangat sepi Hanya terdapat mereka berdua saja. Haris menemukan tempat ini saat hendak menuju ke kota, ia berinisiatif untuk mengajak gadisnya ke sini untuk menenangkan hatinya.
Setelah lama berpelukan, Nahda pun melepaskannya dan menatap Haris kembali "kamu beneran mau bawa aku ke kota?"
"Kamu tidak mau?"
"Aku mau.. tapi, sebelumnya kita ke makam Mak dulu ya.. minta izin buat pergi sama menikah.. aku juga pengen pamitan sama Puput dan A Amir"
Mendengar nama Amir membuat Haris sedikit menemukan wajahnya "ngapain sih harus sama Amir?"
"Dia itu baik sama aku.. gak mungkin aku pergi gak pamitan.. aku juga ingin mengucapkan terima kasih sama dia.. aku cuma mau terima kasih aja, percaya sama aku"
Haris pun kembali tersenyum karena ia percaya gadisnya ini tidak akan pernah menduakan dirinya "aku percaya kok"
"Oh iya? Keluargaku juga ada kan di sana? Apa boleh nanti aku ketemu sama mereka?"
Haris terdiam sejenak. Iya tak mungkin mengatakan hal sebenernya sekarang.
"Eumm i-iiya.. aku akan bawa kamu ke keluarga aslimu ya"
"Horeeee... Makasih ya sayangku" ujarnya sembari memeluk Haris dengan erat.
Haris pun membalas pelukannya itu, namun ia menyadari bahwa langit sudah mulai menggelap mungkin tanda akan ada hujan.
"Udah mau hujan, ayo kita pulang.. aku akan menemanimu hari ini"
"Ayok"
Haris membantu gadis itu berdiri. Kemudian mereka pun pergi meninggalkan tempat tersebut dengan sepeda motornya. Lalu, sebelum hujan turun, ia pun melesatkan motor tersebut dengan kecepatan rata-rata.
Melihat senyum gadis itu di spion, Haris pun merasa bahagia. Kini, ia kembali tersenyum setelah apa yang terjadi.