Hidup Naura yang sudah menderita itu, semakin menderita setelah Jessica anak dari Bibinya yang tidak sengaja menjebak Naura dengan seorang pria yang dikenal sebagai seorang preman karena tubuhnya yang penuh dengan tato, berbadan kekar dan juga wajah dingin dan tegas yang begitu menakutkan bagi warga, Naura dan pria itu tertangkap basah berduaan di gubuk hingga mereka pun dinikahkan secara paksa.
Bagaimana kelanjutannya? siapakah pria tersebut? apakah pria itu memang seorang preman atau ada identitas lain dari pria itu? apakah pernikahan mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lumayan Sibuk
Aiden menatap istrinya datar tanpa ekspresi apapun dan tentu saja hal itu membuat Naura takut, 'Aku salah ngomong ya, aduh harusnya aku gak tanya soal gaji. Walaupun aku udah nikah, tapi kan aku sama Mas Aiden nikahnya terpaksa, gak ada rasa suka antara aku sama Mas Aiden,' batin Naura.
Berbeda dengan Naura yang menganggap Aiden marah atas pertanyaannya, padahal Aiden sendiri bingung harus menjawab apa, ia hanya takut jika Naura curiga dengan jawaban Aiden. 'Biasanya gaji kayak gitu berapa ya? di perusahaan kalau soal gaji semuanya diurus Fandy dan aku tinggal terima beres. Kira-kira kalau 5 juta, kebanyakan gak ya? takutnya Naura curiga,' batin Aiden.
"Ka-kalau Mas gak mau jawab gapapa kok," ucap Naura.
"Gajiku 2 juta, nanti pas aku gajian uangnya aku lasih ke kamu," ucap Aiden.
"Eh, gak usah Mas. Kau bukannya mau minta uang, aku cuma tanya aja kok tadi, uangnya Mas bawa aja," ucap Naura.
"Kamu sekarang istriku, jadi wajar kan kalau gajiku aku kasih ke kamu," ucap Aiden.
"Iya, Mas. Nanti dibagi dua aja," ucap Naura.
"Gampang kalau itu, dipikir nanti aja," ucap Aiden dan diangguki Naira.
"Udah malam, kamu tidur aja. Aku harus mandi dulu," ucap Aiden dan diangguki Naura.Tentu, saya akan melanjutkan cerita tersebut.
Naura membaringkan dirinya di atas ranjang kayu sederhana dengan perasaan campur aduk, ini adalah malam pertama mereka sebagai suami istri.
'Apa aku harus melayani Mas Aiden? tapi, aku belum siap, ini semua terlalu tiba-tiba,' batin Naura.
Ketika Naura tengah berpikir tentang apa yang harus ia lakukan setelah ini, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, karema kamar mandi berada di luar kamar sehingga Naura tidak tau kapan Aiden keluar dari kamar mandi.
Aiden masuk kedalam kamar hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya dan memperlihatkan tubuh atletisnya yang dihiasi tato pada lengan, leher dan dadanya, ditambah rambut yang masih basah.
Melihat hal itu, Naura yang sejak tadi bergerak pun langsung berhenti, Naura memilih utnuk pura-pura tidur, Naura tidak sanggup melihat Aiden yang menurutnya begitu menggoda
Aiden sendiri melirik Naura dan Aiden berpikir jika Naira sudah tertidur, ‘Sial! kenapa aku gak bawa baju ganti sih tadi. mana bajuku tadi udah aku cuci, ini juga kenapa aku jadi gugup gini? Padahal Naura sudah tidur, aku harus cepat pakai baju,’ batin Aiden, buru-buru mengambil kaus dan celana training dari lemari.
Setelah berpakaian, Aiden berjalan ke arah ranjang dan merebahkan diri. Keheningan segera menyelimuti ruangan, hanya ditemani suara jangkrik dari luar jendela.
'Ini malam pertama kan ya, harusnya dia nawarin buat berhubungan badan gitu. Ini malah tidur, gimana mau punya pewaris kalau kayak gini, harusnya Naura ngajak padahal aku idah siap. Kata Gerald kalau malam pertama itu cewek yang ngajak duluan, lah ini malah tidur. Emang gak bisa dipercaya omongannya Gerald,' batin Aiden.
Pagi harinya, mata Naura perlahan terbuka dan memastikan suaminya yang ada disampingnya. Ia menoleh sedikit, melihat punggung lebar Aiden yang naik-turun perlahan, Naura pun menghela napas lega.
Naura bangun secara perlahan dari ranjang dan berusaha agar tidak membangunkan Aiden. Ia berhati-hati melangkah menuju kamar mandi, mencuci muka. Setelah segar Naura kembali masuk kedalam kamar, saat Naura masuk kedalam kamar, ia melihat Aiden yang masih terlelap.
'Dia tidur nyenyak juga ya, kayaknya dia capek banget deh. Untung aja kemarin dia gak minta, aku gak bisa bayangkan gimana kalau kemarin aku gak pura-pura tidur,' batin Naura yang merasa lega
Naura lantas menuju dapur, ia mengeluarkan bahan-bahan seadanya dan mulai memasak nasi goreng. Aroma bawang merah dan cabai yang ditumis mulai menyebar, samar-samar masuk ke kamar.
Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Aiden keluar dengan wajah kusut, rambut acak-acakan, namun aura bosnya tetap tak bisa disembunyikan meski hanya mengenakan kaus oblong dan celana training.
Naura melihat Aiden dan terpesona dengan pemandangan yang ia lihat saat ini, 'Kalau dipikir-pikir, Mas Aiden ini ganteng loh, kayaknya di desa ini gak ada yang seganteng Mas Aiden deh. Kalau orang yang gak kenal Mas Aiden pasti bakal mikir Mas Aiden anak orang kaya, Mas Aiden emang menakutkan, tapi Mas Aiden punya aura-aura orang kaya,' batin Naura.
"Ada apa?" tanya Aiden yang melihat Naura menatap lekat dirinya.
"Mas, udah bangun. Aku masak nasi goreng. Mau aku siapkan?" tanya Naura canggung karena ketahuan tengah menatap suaminya itu da. Aiden mengangguk singkat sebagai dengan ekspresinya datar sebagai jawaban.
Aiden dan Naura duduk di lantai ruang tamu, mereka tidak memiliki meja makan bahkan mereka tidak memiliki sofa, mereka hanya menggelar tikar di ruang tamu agar bisa mereka tempati.
Suara sendok yang beradu dengan piring menjadi satu-satunya melodi, baik Aiden maupun Naura merasa kaku.
"Mas Aiden nanti jadi ke rumah Juragan Adit?" tanya Naura.
"Iya, habis ini aku siap-siap dulu baru berangkat dan aku pulangnya nanti kayaknya malam, jadi jangan nungguin aku pulang. kamu langsung istirahat aja," ucap Aiden.
Hari pertama Aiden diawali dengan sebuah kebohongan, sebenarnya Aiden pergi bukan untuk bertemu Juragan Adit, Aiden harus membahas beberapa pekerjaan dengan Fandy melalui panggilan video dan tidak mungkin Aiden melakukannya di rumah ini, karena itu Aiden memilih untuk pergi ke vila, di mana Aiden lebih bebas bekerja disana.
"Mas pasti sibuk, aku dengar akhir-akhir ini Juragan Adit sedang bangun beberapa perkebunan juga," ucap Naura.
"Iya, lumayan sibuk," jawab Aiden
"Mas mau aku siapin bekal gitu?" tanya Naura.
"Gak usah, biasanya Juragan Adit suka traktir. Takutnya nanti kalau bawa bekal. bekalnya gak kemakan, kan sayang," ucap Aiden.
'Aiden, pintar banget bohongnya. Semoga aja Naura gak curiga,' batin Aiden.
"Ternyata Juragan Adit baik banget ya, padahal aku kira dulu Juragan Adit suka marah-marah," ucap Naura.
"Kalau gak ada yang bikin masalah, ya buat apa Juragan Adit marah-marah," ucap Aiden.
"Iya. Mas bener. Oh ya, aku nanti mau ambil beberapa barangku di rumah, gapapa kan Mas?" tanya Naura.
"Kenapa harus ambil barangmu? disini kan udah lengkap?" tanya Aiden.
"Di rumah masih ada barang peninggalan Ayah sama Ibu, aku mau ambil barang itu Mas," ucap Naura.
"Kapan kamu ambil barangnya?" tanya Aiden.
"Mungkin nanti jam 10," ucap Naura.
'Jam 10? pas banget harus rapat itu,' batin Aiden.
"Agak sorean aja gimana, biar aku bisa bantu ambil barangnya?" saran Aiden.
.
.
.
Bersambung.....