Hidup dalam lingkaran kemiskinan, membuat Rea ingin bekerja setelah lulus SMA, semua itu dia lakukan demi keluarga.
Namun takdir berkata lain, Ayahnya sudah memutuskan masa depan Rea, sebagai istri dari seorang lelaki bernama Ryan.
Dia tidak bisa menolak dan menerima keinginan sang ayah.
Hanya saja, Rea tidak pasrah, dia bukan wanita lemah, selama belasan tahun berjuang dalam kesengsaraan, melatih mental yang kuat menahan setiap penghinaan para tetangga.
Sehingga dia akan berusaha membuat Ryan menyesal karena sudah menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit lagi
Ryan bingung, orang-orang juga bingung, saat seorang wanita yang tanpa asal atau pun usul tiba-tiba saja berteriak dan menunjuk ke arahnya.
"Kenapa kau ada disini ?." Teriak wanita itu dengan nada keras.
Namun sebaliknya, Ryan jelas tidak ingat tentang siapa wanita di depan matanya, dia bahkan tidak terlalu peduli kepada wanita lain kecuali Rea.
Menoleh ke belakang, kiri atau kanan, tidak ada seorang pun yang bersembunyi di balik badan Ryan .."Siapa yang kau maksud ? Aku ?."
"Tentu saja kau, memang siapa lagi." Tegasnya.
"Aku tidak tahu kenapa kau begitu terkejut."
"Jangan berlagak be*go, aku yakin kau mengikuti ku kemari, karena penasaran denganku." Ucapnya sinis.
'Huh ?, apa yang dia pikirkan ?.' Ryan bingung sendiri.
"Maaf nona, mungkin kau salah orang, aku bahkan tidak kenal siapa kau ?." Jawab Ryan.
"Ternyata kau lumayan ahli dalam berpura-pura." Wanita itu tersenyum mengejeknya.
'Bukannya sombong, tapi aku cukup bangga dengan kemampuan berpura-pura.' jawab Ryan dalam hati.
Ryan berusaha mengingat tentang wanita di depannya, dia tidak akan nyaman, jika ternyata wanita itu adalah teman sekolah yang lama hilang dan datang secara ajaib untuk pinjam uang. Kemudian hilang lagi.
"Apa memang dunia ini begitu sempit, sampai-sampai kita harus bertemu lagi." Wanita itu jelas tidak peduli tentang caranya bicara kepada Ryan.
Orang-orang yang mendengar mulai tertarik dan memperhatikan dari jauh.
"Tunggu, biar aku ingat-ingat lagi." Balas Ryan sembari berpikir.
"Apa kau lupa, sungguh aku tidak percaya."
"Apa kau itu Sulastri ?." Asal saja Ryan menebak.
"Siapa juga Sulastri, berani-beraninya aku disamakan dengan wanita bernama kampungan seperti Sulastri." Jelas-jelas dia menolak, itu artinya bukan.
Kembali Ryan berpikir...."Beri aku kesempatan, bagaimana dengan Rini ?."
"Rini ?. nama ku bukan Rini." Balasnya kesal.
"Sundari ?."
"Apa kau sendang main-main denganku ?."
"Lestari ?."
"Bukan !!!!."
"Sanusi."
"....hhmmmm." wajahnya mulai berkedut menahan emosi.
"Rohadi."
"Jelas-jelas itu nama laki-laki. Kau sedang mengejekku." Dia kehilangan kesabaran.
"Kasuari."
"Itu bahkan bukan nama manusia, akan aku panggil polisi."
"Wulandari."
"Gak pake 'dari'."
"Si*al sedikit lagi."
Ryan cukup percaya diri untuk ingatannya dalam hal pelajaran, tapi mengenal seorang wanita, bagi Ryan itu sangat sulit. Di jaman sekarang, perubahan wanita sebagian besar karena make up dan foto AI, membuat mereka tampak sama saja.
Jika dibandingkan Qiya atau pun Rea dengan kecantikan orisinil dan spesial, wanita itu hanya bermodalkan cantik dari hasil rekayasa kosmetik. Wajah putih dipenuhi bedak ber merkuri, dempul sana dempul sini, setidaknya itu bisa menghilangkan kerutan karena sering emosi, dan lipstik merah di bibir seakan bisa menyala saat malam hari.
Terlebih skin care yang dia oleskan di wajah bahkan mungkin ke seluruh tubuh, menjadikan kulit wanita itu tampak mengkilap terang, jika dibandingkan dengan manusia Silver di pinggiran jalan saat lampu merah menyala, hampir sulit Ryan membedakan antara keduanya.
"Baiklah, Yulianti."
"Kenapa !!!, Darimana datangnya nama Yulianti !!!. Aku Wulan, Wulan !!!." Ucap wanita itu dengan tegas.
"Maaf, tapi aku tidak memiliki teman bernama Wulan sejak jaman sekolah dulu." Perjelas Ryan merasa aneh.
"Siapa juga yang jadi teman sekolahmu dulu." Balasnya meremehkan.
"Lalu kenapa anda terkejut melihatku ?." Ryan pun kembali bingung.
"Karena kau ada disini."
"Lah itu urusanku."
"Masih berpura-pura ?, aku tahu, aku lebih cantik dari istrimu itu, jadi kau mengikuti sampai kemari karena tertarik denganku." Begitu percaya diri Wulan membanggakan wajah penuh dempul miliknya.
'Apa dia gila ?, seenaknya sendiri ngaku-ngaku lebih cantik dari istriku.' Pikir Ryan dengan kesal.
Karena suara Wulan yang ngegas tidak jelas, ada banyak orang di dalam lobi memperhatikan mereka, termasuk pak Prapto, dimana dia mengawasi keamanan Ryan selaku atasannya.
"Tapi maaf saja, aku tidak suka dengan lelaki modal ganteng doang, biaya perawatan ku ini mahal, kau tahu." Wulan semakin bersemangat untuk menyombongkan diri.
"Pak, pak Prapto kemari pak." Panggil Ryan.
"Siapa wanita ini gila ini, apa dia bekerja disini." Tanya Ryan.
"Tidak pak, dia tadi datang bersama tamunya pak Hazel."
"Aku tidak tahu kalau Hazel punya teman model begini."
"Apa perlu aku keluarkan wanita ini, pak Ryan ?, karena mungkin dia menganggu kenyamanan anda ?." Pak Prapto pun sudah siap jika diperlukan.
"Tenang saja pak, biarkan dulu, malah nantinya dia bisa-bisa mengamuk dan kesurupan." Ryan tidak mau mengambil resiko.
"Baik pak." Pak Prapto bersiaga karena ini menyangkut harga diri sebagai seorang satpam profesional berpengalaman 30 tahun.
Setelah berbicara kepada pak Prapto, Ryan mendengar ucapan Wulan yang membuatnya tahu tentang siapa wanita sombong itu.
"Di banding Ruslani, kau cuma keroco." Senyumnya jelas mengejek Ryan .
"Oh. Jadi itu kau." Ryan ingat, jika dia adalah pacar dari Ruslani.
Tanpa perlu peduli lagi dengan Wulan yang masih ngegas dan mengoceh tidak jelas, menyombongkan tentang kehidupan glamor hasil dari kepiawaiannya menikung Ruslani.
Ryan segera datang ke meja resepsionis yang di jaga oleh gadis cantik dengan name tag 'Melisa', menunjukkan senyum ramah dan sopan, itu sudah menjadi tugas 'Melisa' di perusahaan.
"Silakan tuan, ada yang bisa aku bantu." Tanya wanita resepsionis.
"Aku ingin bertemu dengan Hazel." Jawab Ryan.
"Saat ini, tuan Hazel sedang kedatangan tamu penting, jadi kami tidak bisa mengganggu waktu pertemuan."
Senyum di wajah Ryan sedikit turun beberapa derajat, meski pun dia adalah pemilik perusahaan AL Tech Corporation, tapi sebagian besar karyawan seperti wanita penjaga Resepsionis bersama 'Melisa' itu tidak mengenal siapa dirinya.
Ryan pun sadar, jika Melisa adalah karyawan baru yang dia ingat dari Hazel ketika mengirim data interview dari para pelamar kerja untuk menggantikan resepsionis lama karena memutuskan resign.
"Kalau begitu, tolong panggilkan saja Hazel dengan telepon, katakan jika Ryan sudah datang." Pinta Ryan kepada Melisa.
"Apa tuan sudah membuat janji." Melisa balik bertanya.
Ryan bersabar untuk apa pun..."Hmmm sudah, anggap saja begitu."
"Maaf tuan, tapi kami tidak bisa memanggil pak Hazel, jika tuan hanya ingin bertemu dan belum membuat janji." Perjelas Melisa.
Ryan tidak bisa menyalahkan Melisa atas penolakan permintaannya, dimana memang itu sudah sesuai prosedur, jika ada tamu yang ingin bertemu dengan seorang atasan.
"Ok, ok, biar aku sendiri yang meneleponnya." Ryan membuka ponsel.
Setelah satu panggilan telepon kepada Hazel.
"Aku ada dibawah, cepat kemari..." Cukup beberapa kata dan Ryan menutup ponselnya kembali.
Tidak perlu menunggu lama, Lelaki bernama Hazel keluar dari lift untuk memberi sambutan kepada Ryan dengan senyum sopan dan wajah menunduk hormat.
Tentu ini membuat Melisa dan Wulan terkejut saat seorang direktur dari perusahaan terkenal AL Tech sampai membungkuk hormat kepada lelaki yang lebih muda darinya.
apa banyak misteri di antara mereka ber dua bukan cuma majikan ma pelayan ,,aihhh
mohon untuk up terus Thor...