NovelToon NovelToon
Gairah Sang Papa Angkat

Gairah Sang Papa Angkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Cinta Terlarang / Cerai / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:140.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Luh putu Sri rahayu

menjadi sukses dan kaya raya tidak menjamin kebahagiaanmu dan membuat orang yang kau cintai akan tetap di sampingmu. itulah yang di alami oleh Aldebaran, menjadi seorang CEO sukses dan kaya tidak mampu membuat istrinya tetap bersamanya, namu sebaliknya istrinya memilih berselingkuh dengan sahabat dan rekan bisnisnya. yang membuat kehidupan Aldebaran terpuruk dalam kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Lilia hanya mengangguk pelan, akhirnya ia berbaring di tempat tidur, Aldebaran menarik selimut tebal dan menyelimuti tubuh mungil gadis itu. "Selamat malam, sayang." katanya lembut, sekali lagi ia mengusap lembut kepala gadis itu. Sebelum ia melangkah keluar dari kamar Lilia, ia menutup pintu perlahan dan membiarkan pintu itu tertutup pelan di belakangnya.

Setelah Aldebaran keluar dari kamarnya, diam-diam air matan yang sedari tadi coba Lilia tahan akhirnya jatuh juga, dalam diam Lilia memeluk jas Aldebaran yang masih melekat di tubuhnya.

"Papa..."

Ia memeluk jas itu semakin erat seolah Aldebaran lah yang sedang di peluknya, ia menghirup aroma parfum mahal pria itu yang masih melekat di jasnya, seolah Lilia ingin mengingat aroma tubuh pria itu dalam ingatannya.

"Lilia... Menyukai Papa..." kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir mungilnya tanpa ia sadari. "Lilia cemburu..." ucapnya lagi di tengah-tengah isaknya yang tertahan, sebuah pengakuan yang enggan tapi terasa menyakitkan.

Dengan lembut ia membenamkan wajahnya di jas milik Aldebaran, sebuah pengakuan tulus dan polos dalam diam. Lilia paham ia tidak mungkin akan mengatakan perasaanya ini pada Aldebaran karena Aldebaran adalah ayahnya—ayah angkatnya. Dan jika itu terjadi, di saat ia mengutarakan perasaanya bagaimana orang-orang akan menilai dirinya dan bagaimana Aldebaran akan memandangnya.

Lilia menahan air matanya di jas Aldebaran seolah itu menjadi satu-satunya hal yang bisa meredam badai dalam hatinya. Lama gadis itu menangis hingga ia leleh dan tertidur.

Sementara itu, di ruang kerjanya Aldebaran menatap keluar jendela besar di sudut ruangan, tatapannya kosong ke arah pemandangan kota di bawahnya, pemandangan cahaya lampu jalan dan gedung-gedung di malam hari seolah tak ada matinya menyuguhkan pemandangan malam dan pesona dunia malam. Namun, itu tidak cukup untuk menghibur hatinya yang sedang tercerai-berai antara menjadi sosok ayah yang sempurna dan pria yang merindukan sentuhan putrinya.

Di tangannya segelas besar wiski berkilauan di bawah cahaya lampu redup di dalam ruangan, Aldebaran meneguk minuman kemasan itu dengan sekali tegukan, rasa panas dari minuman itu menjalar di tenggorokannya tapi itu tidak cukup kuat untuk mengalihkan pikirannya yang terus terpaku pada Lilia—gadis yang selama ini ia besarkan dan anggap sebagai putrinya sendiri. Namun kini Aldebaran tahu ia sedang berdiri di tepi jurang yang dalam dan tak berujung. Ia tahu bila salah langkah ia akan jatuh kedalam dosa yang tak bisa termaafkan.

"Lilia..." ia mengucapkan nama gadis itu dengan suara bergetar dan serak karena efek dari wiski tadi. "Kau benar-benar membuatku seperti orang bodoh." Ujarnya, sambil tertawa, namun, tawa itu jauh dari kata bahagia, namun lebih menyerupai tawa getir penuh luka dari seorang pria yang di hadapkan pada dilema hidup yang tak berkesudahan.

"Ku pikir... Dengan menjadi kaya, aku akan mendapatkan apapun yang aku mau... Tapi... Kenapa hanya untuk mendapatkan mu, Lilia. Aku harus menderita siang dan malam. Kau membuatku menjadi pria yang tidak memiliki apapun untuk ku banggakan..." Aldebaran membiarkan kata-kata itu menggantung di udara seolah ia takut mengakui sesuatu yang tidak bisa ia miliki.

Malam semakin larut, Aldebaran duduk di kursi di meja kerja pribadinya. Untuk beberapa saat ia menggoyangkan gelas wiski di tangannya ia meliat cairan keemasan itu bergoyang lembut mengikuti gerakan tangannya, Aldebaran bersandar di sandaran kursi, kepalanya menatap kosong ke langit-langit ruangan yang sunyi sebelum ia memejamkan matanya dengan gerakan lambat.

...~o0o~...

Keesokan paginya, cahaya hangat matahari pagi menyusup dari celah-celah gorden di sudut ruangan tengah di apartemen mewah itu. Di atas meja makan sudah tertata rapi makanan untuk dua orang, tepat di sebarang meja yang langsung mengarah ke dapur. Dapur itu bergaya modern dan futuristik dengan meja bar yang multi fungsi.

Di sana tampak Aldebaran sedang menyiapkan sarapan, tak biasanya ia sendiri menyiapkan sarapan dan bangun lebih pagi, biasanya segala sesuatu keperluannya selalu Lilia yang menyiapkannya. Ia berpakaian rapi dengan kemeja putih dan dasi yang di lempar ke belakang tangannya dengan terampil memegang wajan dan sendok sayur bak chef profesional, apron hitam melingkar di pinggangnya.

Tak lama terdengar samar langkah kaki dari tangga.

"Eh?!"

Lilia tampak terkejut saat ia baru saja menuruni tangga dan melihat Aldebaran sedang menyiapkan sarapan untuknya dan dirinya sendiri.

"Papa? Papa sedang apa?"

Sontak, Aldebaran menoleh kearah Lilia, gadis itu sudah mengenakan seragam sekolahnya—seragam sekolah seifuku putih dan rok lipit berwarna biru dongker yang sedikit berada di atas lutut, rok lipit-nya bergoyang lembut saat ia berjalan menuruni tangga.

"Lilia, sayang?" Napas Aldebaran tercepat sesaat ketika meliat gadis itu berjalan menuruni tangga, dengan segera ia berusaha mengendalikan perasaanya, Aldebaran menelan ludah dengan susah payah hingga ia berhasil mengendalikan dirinya.

Ia berdeham mencoba mengalihkan pikirannya, ia berusaha kerasa agar terlihat normal, seperti seorang ayah yang di inginkan Lilia selama ini bukan pria yang di perbudak oleh nafsu bejatnya. "Papa... Papa siapkan sarapan untuk kita." Jawabnya, dengan sedikit terbata-bata.

"Oh, terima kasih, Papa." Lilia terlihat sedikit canggung dengan sikap Aldebaran pagi ini, yang tidak biasanya menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Ayo, cepat sarapan! Lalu Papa akan mengantarmu ke sekolah." lanjut Aldebaran, sambil meletakan segelas susu di meja makan.

Dengan gerakan lembut Lilia menerima kursi dan mulai duduk di meja makan. Tanpa sadar ia memperhatikan tangan pria itu saat meletakan segelas susu hangat di meja, tangan besar pria itu mencuri perhatian Lilia—tangan yang besar dan berotot, terlihat jelas tonjolan urat di balik kulitnya yang memperlihatkan sisi yang maskulin dari pria itu.

Membuat Lilia tidak bisa berpaling untuk beberapa saat ia memperhatikan setiap guratan dan lekuk urat tangan Aldebaran yang membuat pria itu terlihat gagah, hal yang jarang ia perhatikan namun kini terlihat sangat menawan.

Aldebaran yang tak memperhatikan saat Lilia memperhatikannya untuk waktu yang cukup lama hanya berbalik dan melanjutkan pekerjaannya di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

Pandangan Aldebaran beralih ke wajan di hadapannya, ia kembali ke tugasnya pagi ini yaitu menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Aku tahu, setelah ini segala sesuatu di antara aku dan Lilia tidak akan mungkin sama, meskipun dia sudah memaafkan ku." banting Aldebaran.

Namun satu hal yang tidak ia sadari dalam diam, Lilia memperhatikannya yang sedang membelakanginya, gadis itu melihat bagaimana bahu Aldebaran yang lebar dan lekuk lengannya yang terbentuk sempurna di balik lengan kemejanya dan bagaimana jari-jarinya bekerja saat memotong bahan makanan terlihat sangat menakjubkan di mata gadis itu.

"Waah..." Matanya berbinar tanpa sadar memperhatikan Aldebaran—ayah angkatnya terlalu lama, hingga rona merah muda menyebar di pipinya.

Untuk pertama kalinya Lilia kagum pada bentuk tubuh Aldebaran yang sebenarnya sudah ia lihat ribuan kali, namun berbeda dengan kali ini, ia memperhatikan bahkan sampai ke dalam gerakan kecil yang di lakukan oleh pria itu mampu membuat jantungnya berdetak kencang.

"Nah ini dia, sudah siap." Aldebaran meletakan piring berisi makanan di depan Lilia di samping piring lainnya yang berisi semangkuk sup dan sepiring salad.

Sesaat Lilia terpaku, matanya membesar seolah baru saja melihat UFO mendarat di meja makan. Di depannya, sepiring nasi kari dengan porsi monster terhidang, lengkap dengan potongan daging yang ukurannya lebih cocok untuk mengganjal pintu, serta sayuran yang dipotong ala kadarnya.

"Ada apa?" suara Aldebaran terdengar ringan, tapi sorot matanya penuh tanya.

"Ti-tidak ada apa-apa, Papa," sahut Lilia dengan senyum kaku, seperti sedang berusaha keras menahan tawa di acara formal. Dalam hati, ia menjerit, “Papa serius? Ini porsi manusia atau badak?”

Namun, Lilia tidak berani menolak. Suara hati kecilnya yang mirip petugas kebersihan bergema, “Makanan adalah berkah! Jangan buang-buang!” Dengan tekad baja, ia mulai menyuap makanan, meski kentang besar itu hampir membuat rahangnya kram.

Aldebaran memperhatikan dengan senyum yang sulit disembunyikan. "Imut sekali." gumamnya pelan, nyaris tidak terdengar.

Lilia mengangkat alis curiga, pipinya menggembung seperti hamster kekenyangan. "Kenapa Papa senyum-senyum gitu?" tanyanya dengan suara agak sulit dimengerti karena mulutnya penuh.

"Haha, ti-tidak ada apa-apa," jawab Aldebaran cepat. "Jadi, gimana? Enak, kan?"

Lilia terdiam sejenak, menatap piringnya dengan ekspresi penuh perjuangan. "Enak." jawab Lilia singkat dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Kau harus makan yang banyak. Biar cepat besar, Lilia." kata Aldebaran, lalu menyodorkan lagi kari ke piring Lilia. Sontak Lilia melindungi piringnya seperti melindungi benteng pertahanan terakhirnya. "Tidak! Tidak! Lilia sudah cukup." katanya setengah menjerit.

Sesaat Aldebaran terdiam melihat reaksi Lilia yang tak terduga. "Oohh.. Baiklah." jawabnya, lalu meletakkan kembali sendok sup di tempatnya.

Bersambung....

1
partini
ini ada drama nya loh Thor tapi aku lupa udah lama Banggt Kya telenovela
cholifah 22: up nya jng ma lama y thor...
total 2 replies
ARIES ♈
terima kasih atas kunjungannya, saya akan berusaha lebih keras lagi. 🙏 tunggu update selanjutnya ya
Ana Umi N
lagi thor
partini
🙄🙄🙄🙄 lah masih nanya lagi dihhh bikin pusing aja
ARIES ♈
tenang-tenang author lagi berusaha. maaf sudah menunggu begitu lama, dan terima banyak atas dukungannya. 🙏
Putri Putri
ayok lanjut kk.. jangan berhenti lama episode nya
ina
ayok lanjut😍
partini
aihhh papa angkatmu bego
partini
Hem jujur ja yah pasti ga jujur
partini
kakak adik Wow ,lama sekalii Thor
ARIES ♈: maaf ya, menunggu lama author nya lagi sibuk.
total 1 replies
cholifah 22
tommy ini anak nya dimitri y thor ....bener dunia ini sempit ...🤭
Elmi Varida
lanjut thor...
Elmi Varida
Hi thor aku baru beberapa bab baca novel karyamu seperti menarik, ikut nyimak ya...
semangat upnya..
ARIES ♈: terima kasih atas kunjungannya... kak
total 1 replies
Soicha
lama bnget bersambungnya thor ..
Soicha
ceritanya bolak blik aja thor... lama..
Ahn Mo Ne
umurnya aldebaran masih 30an kan
Kadek Erdiyasa
semangat thor up trus tiap hari
partini
kalian berdua suka ngmng dalam hati apa ga cape ,,nanti miskomunikasi lagi marah lagi jujur aja kenapa
cholifah 22: blm up thor
total 1 replies
ina
kok belum up kak
ARIES ♈: mohon bersabar ya... author nya lagi sibuk.🙏
total 3 replies
partini
dihhh tom jaharaaa kamu tk kira kamu lelaki baik,, perasaan tuh ga bisa di paksa dodol cinta itu ga tau kapan datang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!