Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 SAH
Happy reading
Awan putih berarak hiasi hamparan langit. Mentari tersenyum sentuhkan cinta, hangatkan bumi, dan cerahkan hari. Sambut dua insan yang bersiap melafazkan ikrar di bawah naungan mustaka Masjid. Disaksikan oleh Sang Maha Cinta.
Pagi ini, dua keluarga membaur di Masjid Gedhe Kauman. Ditambah tiga sahabat yang merupakan BEM Inti. Mereka Nofiya, Tara, dan Dimas.
Ryuga tampak gagah dan bertambah rupawan dalam balutan beskap berwarna putih khas Jogja yang dipadu dengan bawahan berupa kain jarik motif Sidomukti.
Motif tersebut menyimbolkan harapan agar rumah tangga sepasang pengantin selalu dilimpahi kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemuliaan yang langgeng.
Sebagai pelengkap, Ryuga memakai blangkon bermotif senada dengan kain jarik yang dikenakan.
Di ruangan lain--tepatnya di Pawestren, Aluna duduk ditemani oleh Ayu, Rosa, Raina, dan Nofiya.
Gadis bermata indah itu mengenakan kebaya dan jilbab berwarna putih, senada dengan beskap yang melekat di tubuh Ryuga.
Tak ada lagi keraguan.
Aluna telah memantapkan hati untuk menerima Ryuga sebagai pengantin pengganti. Begitu juga Ryuga, ridho--menerima Aluna sebagai pasangan hidup.
Degup jantung Ryuga bertalu cepat ketika Raditya--papa Aluna menjabat tangannya dan mengucap kalimat ijab.
Ada kepercayaan yang dihibahkan. Ada amanah besar yang mesti ditunaikan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aluna Kirana binti Raditya Aditama dengan mas kawin tersebut, tunai."
Kalimah Qabul yang terlafaz dari bibir Ryuga, disambut kata 'sah' oleh para saksi.
Ucapan syukur menggema, memenuhi ruang utama Masjid Gede Kauman dan ruang Pawestren.
Setetes kristal bening jatuh dari kedua sudut mata. Basahi wajah cantik Aluna yang terhias make up flawless.
Pernikahannya dengan Ryuga bagaikan mimpi.
Sungguh, Aluna tidak pernah menyangka ... laki-laki yang menikahinya adalah Ryuga Mahesa. Sang Presiden Mahasiswa yang disegani oleh para mahasiswa Universitas Cakrawala. Sosok Adam yang dulu pernah disebut dalam doa--jauh sebelum dirinya terikat hubungan dengan Baskara.
Ada cerita manis yang tak akan pernah terlupa dan biarkan hanya dia yang mengingat.
"Ayo Sayang, kita temui suami-mu," tutur Rosa lembut sembari memandu Aluna untuk beranjak dari posisi duduk.
Aluna menerbitkan senyum dan mengangguk.
"Iya, Ma --" ucapnya sembari perlahan membawa tubuhnya bangkit.
Aluna berjalan pelan menuju ruang utama--diiringi oleh Ayu, Rosa, Raina, dan Nofiya.
Kecantikan dan keanggunannya menjadi pusat perhatian semua mata yang memandang, tak terkecuali Ryuga.
Ryuga terpana ketika pandangan matanya jatuh pada Aluna. Cantik, anggun, dan ... indah. Maha karya Illahi yang mendekati kata sempurna.
Bibirnya bungkam. Namun benaknya lancang mencetuskan kata pujian.
Masya Allah.
Seketika Aluna menunduk, saat tanpa sengaja manik matanya bertemu tatap dengan manik mata Ryuga. Sembunyikan rona merah yang terlukis jelas di pipi.
"Duduk di sini, Sayang." Lagi, Rosa bertutur dan membantu Aluna untuk duduk di sisi Ryuga.
Raina tidak hanya diam. Ia pun turut membantu putri bungsunya.
Sebagai seorang ibu, Raina teramat bersyukur karena sang putri mendapatkan mama mertua seperti Rosa. Penyayang, perhatian, dan tulus, dambaan para menantu di jagad halu. Jauh berbeda dengan ibunda Baskara. Manis di depan, tapi gemar mencela di belakang.
Rosa dan Raina mengambil posisi duduk di sebelah pasangan masing-masing. Begitu pun Ayu--duduk di sebelah Arjuna yang tadi berperan sebagai saksi nikah. Sementara Aruna, duduk bersama kakek--neneknya, Zain dan Inggrid.
Balita berusia tiga tahun itu tampak anteng, karena ada biskuit dan boneka kesayangan yang menemani.
"Nyet, gue duduk deket lo ya," ujar Nofiya. Lalu menjatuhkan bobot tubuhnya tepat di sisi Ayu.
"Gaya-mu, Nyit! Sekarang kalau ngomong nggak pernah pake aku--kamu." Bukannya mempersilahkan, Ayu malah melontarkan celotehan yang membuat Nofiya terkekeh.
"Terkontaminasi Pak Ketu sama anak-anak BEM inti. Jadi lupa bahasa planet kita."
"Heleh, alesan!" Ayu mencebik dan mendengus geli. Lantas kembali mengalihkan atensi pada sepasang pengantin yang duduk berdampingan.
Haru memeluk jiwa, memaksa embun yang sedari tadi menganak di pelupuk mata--menetes basahi pipi.
Allah, hembuskan nafas cinta-Mu di hati Ryuga dan Aluna. Anugerahi mereka kebahagiaan dan keberkahan.
Barakallahu lakuma wa baraka 'alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair. Semoga rumah tangga kalian sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Doa tulus tercetus di dalam hati, mengiringi embun yang kian deras menetes.
Ayu buru-buru menyeka wajahnya dengan jemari tangan, sebelum Nofiya mendapatinya menangis tanpa suara dan melontarkan celotehan yang bisa memancing perhatian.
Di detik ini, atensi semua orang yang berada di ruang utama tertuju pada Ryuga dan Aluna yang tengah bertukar cincin.
Sepasang cincin melingkar di jari manis, sebagai pengerat ikatan suci.
Seusai menyematkan cincin di jari manis Aluna, Ryuga melabuhkan kecupan lembut di kening.
Sepasang kelopak mata Aluna sesaat terpejam. Selami rasa yang indah dan biarkan desiran halus mengalir bersama aliran darah.
Benaknya berjanji, akan belajar mencintai Ryuga dan menjaga setia. Menyerahkan Marwah yang dijaga, hanya untuk lelaki yang kini telah halal menyentuh dan memiliki utuh.
Tangan Ryuga sedikit bergetar saat menyentuh pucuk kepala Aluna, selaras dengan bibirnya yang bersiap lafazkan doa.
Ada rasa yang entah dan belum teraba.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan sifat yang Engkau ciptakan padanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan sifat yang Engkau ciptakan padanya.
Perlahan, Aluna mengangkat wajahnya yang semula menunduk. Tatap manik mata lelaki yang juga tengah menatapnya.
"Kak, te-terima kasih sudah mau menikahi aku. Te-terima kasih sudah menerima aku sebagai pendamping hidupmu. Te-rima kasih sudah menjadi malaikat penolong. Te-terima kasih --" ucapnya terbata dan tertahan, diiringi kristal bening yang jatuh membasahi pipi.
Ryuga menghela napas, lalu mengangguk pelan.
Lidahnya tercekat. Bibirnya serasa sulit untuk menuturkan kata.
Ada setitik rasa yang tiba-tiba hadir dan mencipta ngilu. Namun segera dihempas dengan menatap dalam pahatan indah yang tersuguh di hadapan. Kecup keningnya dan usap lembut pipi mulus yang basah.
"Bantu gue ya --" tutur Ryuga pelan dan ambigu. Namun Aluna paham.
Langit tak lagi sendiri. Kini, ada mentari yang menemani. Tawarkan ketulusan dan janji setia. Usap lara dengan senyuman dan tatapan hangat.
Aluna meyakini, cinta akan hadir setelah terbiasa bersama. Cinta akan bertahta ketika temukan rasa nyaman. Cinta akan menjadi penawar saat pelukan dan kecupan berlabuh tanpa terpaksa.
Kuncinya ... Ikhlas menjalani. Berdamai dengan takdir. Yakin dengan sepenuh hati, bahwa kehendak Sang Maha Cinta adalah yang terbaik.
🍁🍁🍁
Bersambung
Pawestren adalah sebuah ruangan atau bangunan khusus di kompleks masjid kuno di Jawa yang diperuntukkan bagi jamaah perempuan untuk melaksanakan ibadah atau aktivitas lainnya. Cimiwiw.
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini