NovelToon NovelToon
MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bapak rumah tangga / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:683
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Feng Niu dan Ji Chen menikah dalam pernikahan tanpa cinta. Di balik kemewahan dan senyum palsu, mereka menghadapi konflik, pengkhianatan, dan luka yang tak terucapkan. Kehadiran anak mereka, Xiao Fan, semakin memperumit hubungan yang penuh ketegangan.

Saat Feng Niu tergoda oleh pria lain dan Ji Chen diam-diam menanggung sakit hatinya, dunia mereka mulai runtuh oleh perselingkuhan, kebohongan, dan skandal yang mengancam reputasi keluarga. Namun waktu memberi kesempatan kedua: sebuah kesadaran, perubahan, dan perlahan muncul cinta yang hangat di antara mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

Malam itu seharusnya menjadi malam pertama mereka sebagai suami istri. Tapi yang tertinggal di kamar hanyalah sunyi dan dua orang asing yang terikat oleh nama keluarga, bukan perasaan.

Jam dinding bergerak perlahan, detiknya terdengar terlalu jelas di ruangan yang terlalu besar. Feng Niu duduk di tepi ranjang, masih mengenakan gaun tidurnya. Rambutnya tergerai, tapi bukan dengan cara manis melainkan seperti orang yang baru saja ingin lari.

Ji Chen berdiri di dekat jendela. Punggungnya lurus, bahunya tegang. Ia tidak menoleh. Tidak mendekat. Tidak juga berusaha menyentuh.

Keheningan itu menekan Feng Niu seperti tangan tak terlihat. Ia bangkit berdiri. “Kalau kau mau tidur,” katanya datar, “aku keluar sebentar.” Ji Chen menoleh. Alisnya sedikit mengerut. “Sudah larut.”

“Justru itu,” jawab Feng Niu cepat. “Aku tidak mengantuk.” Ia meraih tas kecilnya dari meja rias. Gerakannya tergesa, seolah kalau ia melambat satu detik saja, sesuatu di dalam dadanya akan pecah.

Ji Chen memperhatikannya dalam diam. Ada sesuatu di mata Feng Niu gelisah, tidak sabar, seperti burung yang terkurung terlalu lama. “Kau mau ke mana?” tanya Ji Chen akhirnya. Feng Niu berhenti sebentar. Lalu tersenyum miring.

“Keluar.” Hanya satu kata. Tanpa penjelasan. Tanpa rasa bersalah. Ji Chen ingin mengatakan banyak hal. Ingin bertanya. Ingin menahan. Ingin berkata jangan. Tapi mulutnya terasa terkunci.

“Jangan pulang terlalu malam,” ucapnya akhirnya kalimat paling aman yang bisa ia pilih. Feng Niu tertawa kecil. Tawa pendek, hambar. “Kau terdengar seperti ayahku.”

Lalu ia pergi. Pintu tertutup dengan bunyi pelan, tapi di telinga Ji Chen, itu terdengar seperti benturan keras. Lampu-lampu klub malam berpendar seperti dunia lain. Musik berdentum, bass nya menghantam dada, menenggelamkan pikiran.

Feng Niu masuk dengan langkah ringan. Gaun hitam pendek membalut tubuhnya, riasan wajahnya tebal terlalu tebal untuk seorang pengantin baru. Tapi di sinilah ia merasa bernapas. Ia mengangkat gelas minuman pertamanya bahkan sebelum duduk. “Untuk kebebasan,” gumamnya, lalu meneguk tanpa ragu.

Qin Mo muncul tak lama kemudian, senyum manisnya seperti biasa. “Pengantin baru kabur dari sarang?” godanya sambil duduk di samping Feng Niu. Feng Niu tertawa, kali ini lebih lepas. “Kau tahu apa yang paling menyebalkan?” katanya sambil memutar gelas. “Semua orang menganggap pernikahan itu penjara yang indah. Padahal tetap saja penjara.”

Qin Mo mengangguk penuh pengertian. Ia selalu begitu pandai memilih kata yang membuat Feng Niu merasa dimengerti. “Kau terlalu muda untuk dikurung oleh peran istri yang dingin dan sunyi,” katanya lembut. “Hidupmu belum selesai.” Feng Niu meneguk lagi. Minuman kedua. Ketiga.

Di sekelilingnya, tawa, lampu, tubuh-tubuh yang bergerak bebas. Tidak ada tatapan menghakimi. Tidak ada suami pendiam yang membuatnya merasa bersalah tanpa berkata apa-apa. Ia menari. Lebih liar dari biasanya. Seorang pria mencoba mendekat. Feng Niu tersenyum lalu berpaling. Belum malam ini. Tapi perasaan itu… perasaan diinginkan… ia menikmatinya.

Di rumah, Ji Chen duduk di ruang tamu dengan jas masih melekat di tubuhnya. Jam sudah lewat tengah malam. Ia tidak menyalakan televisi. Tidak juga membaca. Ia hanya duduk. Chen Li sempat mengirim pesan tentang rapat pagi, tapi Ji Chen tidak membalas. Pikirannya melayang ke kamar di lantai atas kosong, dingin.

Ia berdiri, naik tangga, membuka pintu kamar perlahan. Tempat tidur rapi. Tidak ada Feng Niu. Di meja rias, botol parfum terbuka. Aromanya masih tertinggal di udara tajam, manis, dan asing.

Ji Chen menutup pintu perlahan. Dadanya terasa sesak, tapi wajahnya tetap tenang. Ia sudah terbiasa menyembunyikan perasaan.

Pukul dua pagi. Pukul tiga. Tidak ada pesan. Tidak ada panggilan. Saat pintu depan akhirnya terbuka, hampir pukul empat. Langkah Feng Niu terdengar ringan, sedikit oleng. Ia berhenti saat melihat Ji Chen duduk di ruang tamu. “Kau belum tidur?” tanyanya, nada suaranya santai terlalu santai.

Ji Chen berdiri. “Sudah pagi,” katanya pelan. Feng Niu melepas sepatunya, meletakkannya sembarangan. “Jangan menatapku seperti itu,” ucapnya sambil tertawa kecil. “Aku tidak selingkuh.”

Ji Chen menatapnya lurus. “Aku tidak bertanya.” Itu membuat Feng Niu kesal entah kenapa. “Kau selalu begitu,” katanya cepat. “Diam. Menilai. Seolah aku selalu salah.” Ji Chen menarik napas dalam-dalam. “Aku hanya khawatir.”

“Khawatir atau mengontrol?” Feng Niu membalas tajam. Hening lagi. Ji Chen menurunkan pandangannya. “Aku hanya ingin kau aman.” Kata-kata itu sederhana. Terlalu sederhana.

Tapi justru itu yang membuat Feng Niu merasa tercekik. “Aku bukan anak kecil,” katanya dingin. “Dan aku bukan milikmu.” Ji Chen tidak menjawab. Feng Niu menatapnya beberapa detik, lalu mendengus.

“Besok aku akan pulang terlambat lagi,” katanya. “Biasakan.” Lalu ia naik ke kamar, meninggalkan Ji Chen berdiri sendirian. Di kamar, Feng Niu duduk di tepi ranjang. Kepalanya sedikit pusing bukan karena alkohol, tapi karena perasaan yang tak mau ia akui.

Ia menatap cermin. Wajahnya cantik. Riasannya masih sempurna. Tapi matanya… kosong. Kenapa kau merasa bersalah? tanyanya pada bayangannya sendiri.

Ia mematikan lampu dan berbaring, memunggungi sisi ranjang yang kosong. Di ruang lain, Ji Chen duduk kembali di kursinya. Malam pertama mereka benar-benar berakhir tanpa sentuhan. Dan malam-malam berikutnya tanpa ia sadari akan menjadi lebih dingin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!