NovelToon NovelToon
Married To Mr. Killer

Married To Mr. Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: muliyana setia reza

Intan Puspita Dewi (17) tidak pernah membayangkan masa mudanya akan berakhir di meja akad nikah. Lebih parah lagi, laki-laki yang menjabat tangan ayahnya adalah Argantara Ramadhan—dosen paling dingin, killer, dan ditakuti di kampus tempatnya baru saja diterima.

Sebuah perjodohan konyol memaksa mereka hidup dalam dua dunia. Di rumah, mereka adalah suami istri yang terikat janji suci namun saling membenci. Di kampus, mereka adalah dosen dan mahasiswi yang berpura-pura tak saling kenal.

"Jangan pernah berharap aku menganggap ini pernikahan sungguhan," ucap Arga dingin.

Namun, sekuat apa pun mereka menjaga rahasia, tembok pertahanan itu perlahan retak. Ketika benci mulai terkikis oleh rasa cemburu, dan dinginnya sikap perlahan mencair oleh perhatian, sanggupkah mereka menyangkal bahwa cinta telah hadir di antara skenario sandiwara ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Skenario di Bawah Terik Matahari

Kampus Universitas Pelita Bangsa terasa seperti kawah gunung berapi siang itu. Matahari tepat berada di atas kepala, membakar aspal lapangan utama tempat ratusan mahasiswa baru berbaris rapi dalam balutan kemeja putih dan celana hitam.

Suara teriakan kakak tingkat panitia ospek, atau yang disebut Komisi Disiplin (Komdis), bersahut-sahutan memecah gendang telinga.

"Barisan ketiga luruskan! Jangan ada yang ngobrol!"

"Itu yang pakai topi miring, betulkan!"

Intan berdiri di barisan tengah, keringat sebesar biji jagung mengalir dari pelipisnya, merusak sisa-sisa sunscreen yang ia pakai. Kakinya pegal luar biasa, kepalanya pening, dan mood-nya hancur lebur.

Sejak insiden nasi goreng kemarin pagi, ia dan Argantara benar-benar seperti orang asing. Tidak ada sapaan, tidak ada pamit. Arga tidur di kamar utama, Intan di kamar tamu. Pagi ini pun mereka berangkat terpisah. Arga dengan mobil mewahnya, Intan dengan ojek online yang helmnya bau apek.

"Perhatian semua!"

Suara dari pengeras suara menghentikan hiruk-pikuk bentakan senior.

Suasana lapangan mendadak hening. Semua mata tertuju ke podium utama. Di sana, berdiri jajaran dosen dan petinggi fakultas. Dan di tengah-tengah mereka, berdiri sosok yang paling Intan benci saat ini.

Argantara Ramadhan.

Hari ini dia mengenakan kemeja biru muda yang digulung rapi, kacamata hitam bertengger di hidungnya, membuatnya terlihat seperti model majalah bisnis yang nyasar ke lapangan ospek.

Terdengar bisik-bisik kekaguman dari mahasiswi baru di sekitar Intan.

"Gila, itu Pak Arga kan? Ganteng banget woy!"

"Duh, rela deh gue dimarahin kalau dosennya kayak gitu."

"Suami idaman banget, auranya mahal."

Intan mendengus kasar. Cih, suami idaman dari Hongkong, batinnya sinis. Kalian belum tahu aja kalau dia itu kulkas dua pintu yang bisa ngomong.

"Selamat siang," suara Arga terdengar lewat mic, tenang namun berwibawa. "Saya Argantara, Dosen Pembimbing Akademik sekaligus penanggung jawab kedisiplinan tahun ini."

Intan memutar bola matanya malas. Dia menatap Arga dengan pandangan menantang dari kejauhan, meski ia tahu Arga tidak mungkin melihatnya di antara lautan manusia ini.

"Saya tidak mentolerir keterlambatan dan ketidaklengkapan atribut. Kalian di sini dididik untuk menjadi manajer, bukan pengangguran," lanjut Arga tegas.

Saat Arga turun dari podium untuk melakukan inspeksi barisan bersama para senior Komdis, sebuah ide gila melintas di benak Intan. Ide nakal untuk membalas dendam atas ucapan "beban" yang Arga lontarkan kemarin.

Kamu bilang aku harus disiplin? Oke, mari kita lihat seberapa sabar Bapak Dosen menghadapi 'beban' ini.

Intan melirik atribut di lehernya. Sebuah papan nama dari kardus yang digantung dengan pita ungu. Aturan ospek mewajibkan papan nama itu selalu dipakai.

Tangan Intan bergerak cepat. Ia melepas kalung papan nama itu, lalu dengan sengaja menjatuhkannya ke tanah, tepat di samping sepatunya, dan menginjaknya sedikit agar terlihat kotor.

Arga berjalan mendekat ke arah barisan Intan. Matanya yang tajam di balik kacamata hitam memindai setiap mahasiswa. Senior-senior di belakangnya sibuk mencatat nama anak yang tidak rapi.

Langkah Arga terhenti. Tepat di depan Intan.

Jantung Intan berdegup kencang, campuran antara takut dan adrenaline. Ia mendongak, menatap wajah suaminya yang kini hanya berjarak satu meter darinya.

Arga menurunkan kacamata hitamnya sedikit. Tatapannya jatuh ke dada Intan yang kosong tanpa papan nama, lalu turun ke benda kumal yang terinjak di dekat sepatu kets Intan.

"Mana atribut kamu?" tanya Arga dingin. Suaranya tidak keras, tapi cukup membuat teman-teman di samping Intan menahan napas ketakutan.

Intan memasang wajah polos—wajah yang dibuat-buat.

"Jatuh, Pak," jawabnya santai. Terlalu santai untuk ukuran mahasiswa baru yang sedang diinterogasi dosen killer.

"Ambil," perintah Arga.

Intan diam. Ia tidak bergerak. Ia menatap mata Arga lekat-lekat, menyalurkan pesan: Aku bukan bawahanmu.

"Saya bilang ambil, Saudari..." Arga melirik daftar absensi di tangan senior di sebelahnya, pura-pura tidak tahu nama istrinya sendiri. "...Intan Puspita."

"Capek, Pak. Punggung saya sakit kalau nunduk," jawab Intan asal. Jawaban yang sontak membuat satu barisan terkesiap. Senior Komdis di belakang Arga melotot, siap memaki Intan.

Rahang Arga mengeras. Ia tahu Intan sedang mempermainkannya. Ia tahu gadis ini sedang menguji batas kesabarannya di depan umum.

Arga maju satu langkah, mempersempit jarak. Ia membungkuk sedikit, mendekatkan wajahnya ke wajah Intan, seolah sedang memeriksa sesuatu, padahal ia sedang berbisik dengan nada yang mematikan.

"Jangan bertingkah konyol, Intan. Ambil sekarang atau kamu mau saya permalukan lebih parah dari ini?"

Intan tersenyum miring, sangat tipis. "Bukannya Bapak bilang saya ini beban? Ya wajar dong kalau beban itu nyusahin. Bapak aja yang ambilin."

Mata Arga berkilat marah. Namun, ia sadar ratusan pasang mata sedang memperhatikan mereka. Jika ia meledak di sini, reputasinya sebagai dosen profesional akan tercoreng. Dan lebih parah lagi, orang-orang akan curiga kenapa ia begitu emosional menghadapi satu maba.

Arga menegakkan tubuhnya kembali. Ia menatap senior Komdis di belakangnya.

"Catat namanya," perintah Arga lantang, matanya tak lepas dari Intan. "Poin pelanggaran berat. Sikap tidak sopan kepada dosen."

Lalu Arga kembali menatap Intan, suaranya terdengar resmi dan kejam.

"Sebagai hukumannya, kamu berdiri di tiang bendera sana. Hormat pada bendera sampai sesi materi saya selesai dua jam lagi. Jemur sikap manja kamu itu biar kering."

Intan ternganga. "Dua jam? Pak, ini panas banget!"

"Tiga jam kalau kamu membantah lagi," potong Arga cepat. "Laksanakan. Sekarang."

Intan mengepalkan tangannya. Ia kalah set. Ia ingin membuat Arga kesal, tapi Arga justru menggunakan kekuasaannya untuk menyiksanya secara legal.

Dengan wajah merah padam—antara marah dan malu—Intan keluar dari barisan. Ia berjalan menghentak-hentakkan kaki menuju tiang bendera di tengah lapangan yang panasnya bukan main.

Saat ia berpapasan dengan Arga, pria itu tidak menoleh sedikit pun. Ia kembali berjalan memeriksa barisan lain seolah Intan hanyalah kerikil yang baru saja ia singkirkan dari jalan.

Intan berdiri di bawah tiang bendera, mengangkat tangannya untuk hormat. Keringat bercucuran semakin deras, membasahi punggungnya. Dari kejauhan, ia melihat Arga duduk nyaman di kursi teduh panitia sambil meminum air mineral dingin.

Awas kamu, Mas, batin Intan sambil menyipitkan mata menahan silau matahari. Perang kita belum selesai. Nanti di rumah, jangan harap kamu bisa tidur tenang.

Hari itu, di bawah terik matahari, kebencian Intan bertransformasi menjadi tekad yang membara. Hubungan mereka bukan lagi sekadar dingin, tapi sudah menjadi medan tempur.

1
Miramira Kalapung
Suka banget sama cerita nya Thor, semoga cepat update yah🥰🥰
sarinah najwa
miris sekali hudupnu pak dosen 😅silahkan menikmati buah dari perbuatAnmu ..
Rian Moontero
lanjuuuttt👍👍😍
Sri Wahyuni
Luar biasa
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞Putri𖣤​᭄
sukurin Arga....
makan tuh gengsi Segede gaban😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!