Dona Agnesia dan Bayu Wirawan adalah sepasang kekasih yang gemar sekali berpetualang. Mereka ikut dalam klub pencinta alam di Kampus mereka. Mereka sudah bersama selama lima tahun, dan selama itu pula banyak gunung yang sudah mereka daki. Sampai pada akhirnya mereka memilih untuk mendaki Puncak Cartenz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Pada akhirnya keinginan mereka pun tercapai, tapi di Gunung itu pula akhirnya kisah Cinta mereka harus dipisahkan oleh kematian. Sang kekasih hati pergi untuk selama- lamanya dalam pelukan Cartenz. Apakah Dona bisa menerima kepergian sang Kekasih? dan apakah Dona bisa membuka hatinya untuk Cinta yang baru. baca terus kelanjutan ceritanya hanya di NT.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. ACARA PERTUNANGAN
POV DONA
Akhirnya tibalah malam dimana aku dan Bayu akan bertunangan. Aku turun ke bawah dengan kebaya warna pink yang memang adalah warna kesukaanku. Sampai di bawah ruang tamu sudah banyak sekali keluargaku yang sudah berkumpul.
"Wahhh, keponakan tante cantik sekali?" ucap tante Ayu sambil mencium pipiku.
Tante Ayu dan tante Kirana adalah wanita yang sangat baik dan juga lembut, mereka berdua pun menyayangiku seperti putri kandung mereka sendiri.
Tante Ayu dan om Gunawan mempunyai dua orang anak, yaitu mas Bagas dan juga Kiara. Hanya saat ini mas Bagas dan Kiara sedang ada di luar kota jadi tidak bisa menghadiri acara pertunanganku, tetapi mereka sudah berjanji akan hadir saat acara pernikahanku nanti.
Sedangkan om Ridwan dan tante Kirana mempunyai satu anak perempuan yang kuliah di luar negeri bernama Aluna. Aluna pun berjanji jika aku menikah nanti, dia akan berusaha untuk menghadirinya.
Aku merasa lucu, mereka berkata seperti yang tidak lama lagi aku akan menikah. Padahal 4/5 tahun lagi baru kami berdua akan mengadakan pesta pernikahan. Saat ini aku dan Bayu masih akan fokus dengan kuliah kami masing- masing.
Aku hanya berharap semoga suatu saat nanti aku dan Bayu bisa mengucapkan janji sehidup semati di depan Altar suci.
"Iya sayang, kamu cantik sekali! tante ambil foto kamu satu kali dulu ya untuk kenang-kenangan." Ucap tante Kirana yang pada akhirnya pun segera mengambil foto diriku.
Setelah selesai berfoto aku mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahku.
"Itu pasti Bayu yang datang bersama keluarganya," ucap papa sambil menyuruh kami untuk duduk semua di ruang tamu sambil menunggu mereka masuk ke dalam rumahku dengan diantar oleh asisten rumah tangga kami.
"Selamat malam," sapa om Mike kepada kami semua. Om Mike datang bersama tante Dinda, kak George dan juga Bayu.
"Selamat malam juga calon besan," jawab papa sambil menjabat tangan mereka semua sambil tertawa. Mama pun mencium pipi tante Dinda, karena bagaimanapun kami dulu pernah bertetanggaan.
"Silakan duduk," ucap om Ridwan dengan ramah kepada mereka semua. Kami mengobrol sambil menunggu minuman dan juga cemilan yang diantarkan oleh bik Sumi.
Aku melihat kak George dan juga Bayu sepertinya terpana dengan penampilanku. Bahkan Bayu pun sampai mengirimkan pesan yang mengatakan bahwa aku sangat cantik dan itu membuat pipiku menjadi merona merah seperti kepiting rebus.
Aku pun sempat membalas pesannya dengan bertanya kenapa dia tidak ada kabar sepanjang hari ini, dia pun membalas bahwa dia sedang mencari hadiah yang akan menjadi hantaran untukku makanya dia tidak bisa membalas pesanku sama sekali.
Dan penjelasan dari Bayu itu menurutku cukup masuk akal, karena aku melihat banyak sekali hantaran yang dia bawakan untukku. Ada pakaian dalam, kue-kue, kosmetik, perhiasan, Baju-baju, dan juga uang.
Pada akhirnya om Ridwan pun membuka acara pada malam hari ini.
"Selamat malam Pak Mike beserta keluarga, selamat datang di gubuk kami ini. Saya langsung saja ya pak Mike, kalau saya boleh tau sebenarnya malam ini ada angin apa yang membuat bapak sekeluarga datang ke gubuk kami yang sederhana ini." Tanya Om Ridwan dengan nadanya yang sangat lembut.
"Selamat malam juga untuk pak Dion dan juga pak Ridwan sekeluarga. Kedatangan kami kesini untuk melamar nak Dona untuk menjadi calon istri untuk anak kami yang bernama Bayu Wirawan. Sebelumnya saya minta maaf kalau tujuan kedatangan kami mungkin mengejutkan pak Dion sekeluarga, apalagi anak-anak kita masih duduk di bangku kuliah. Tapi mereka bilang lebih baik mereka bertunangan dulu, agar bisa mendapat sedikit ikatan ya? apalagi mereka berdua saling mencintai, jadi saya sebagai Orang tua tidak mungkin memisahkan rasa cinta yang ada itu, hanya saja saya tetap meminta kepada mereka berdua, mereka harus bisa menjaga diri dan juga jadikan pertunangan ini sebagai cambuk agar mereka tetap semangat menjalani pendidikan mereka.
Oleh sebab itu saya dengan rendah hati memohon kerelaan hati pak Dion sekeluarga untuk menerima lamaran kami yang sangat sederhana ini."
Ucap om Mike panjang lebar, dan entah kenapa ketika aku melihat tatapan mata dari kak George, aku seperti menjadi dilema lagi. Tapi kali ini aku harus yakin bahwa ini adalah jalan terbaik yang sudah aku ambil dan aku tidak akan pernah mundur.
"Baik Pak Mike terima kasih banyak untuk penjelasannya, dan terima kasih pula dengan lamaran bapak untuk anak kami Dona Agnesia. Saya sebagai om kandungnya menyerahkan semua jawaban untuk lamarannya kepada kakak saya, pak Dion." Ucap om Ridwan sambil mempersilahkan papa untuk menjawab lamaran dari om Mike.
"Baik Pak Mike sekeluarga, saya rasa yang berhak menjawab ini semua adalah putri kami Dona. Kami sebagai Orang tua setuju, selama itu yang terbaik bagi dirinya. Jadi Dona, kamu bisa menjawab lamaran dari om Mike." ucap papa padaku.
"Aku setuju untuk menerima lamaran ini om Mike," Ucapku tanpa basa-basi lagi.
Aku melihat wajah bahagia yang terpancar dari Bayu ketika mendengar jawabanku. Pada akhirnya Bayu pun segera memakaikan cincin berlian yang sangat indah di tanganku. Lalu mereka menyerahkan semua hantaran kepadaku termasuk uang sebesar lima puluh juta rupiah.
Setelah pembicaraan kami selesai, kami pun segera makan malam bersama keluarganya Bayu. Tidak lama kedua temanku Lidya dan Riri pun datang memberikan ucapan selamat kepada kami berdua.
"Selamat ya sayangku," ucap Lidya dan Riri sambil memeluk dan mencium pipiku.
"Makasih banyak ya sayangku, kalian sudah mau menyempatkan diri untuk datang kesini." Aku pun memanggil Bayu untuk menemui sahabatku ini.
"Lidya, Riri terimakasih. Tapi kami mohon cukup kalian yang tau tentang pertunangan kami ini ya? jangan sampai ada teman-teman di kampus yang tau tentang hal ini." Pesan Bayu kepada Lidya dan Riri.
"Tenang saja bos, rahasia kalian berdua aman di tangan kami, hehehe...!!" Ucap mereka berdua sambil tertawa.
Kami pun mengobrol-ngobrol santai, sampai Lidya dan Riri pun ijin untuk pulang lebih dulu karena memang sudah malam.
Om Mike dan tante Dinda masih mengobrol, dengan kedua Orang tuaku, entah apa yang mereka perbincangkan, aku sendiri tidak tau.
"Sayang, makasih ya sudah menerimaku dengan apa adanya, dan aku juga minta tolong jangan pernah mengecewakan perasaanku." Ucap Bayu kepadaku saat kami berada di taman belakang.
"Kenapa kamu bilang seperti itu? Apakah kamu masih tidak percaya kepadaku?" tanyaku kepadanya.
"Aku hanya takut kalau kamu masih mencintai George, apalagi dia adalah cinta pertamamu. Dan disaat acara tadi, aku melihat tatapan matanya untukmu sangat berbeda, aku tau kalau masih ada rasa cinta yang cukup besar dari George kepadamu. Aku juga tau kalau dia lebih memilih mengalah karena rasa sayangnya yang besar kepada aku, adik tirinya." Jelas Bayu panjang lebar
"Bayu, aku benar-benar sudah tidak ada perasaan apapun dengan kak George, aku hanya menganggap kak George seperti kakakku sendiri, tidak lebih. Jadi aku mohon buang semua prasangka buruk yang ada di dalam dirimu." Ucapku dengan tegas kepadanya.
"Baiklah sayang, aku minta maaf karena sudah meragukanmu." Ucap Bayu dengan tulus kepadaku.
Bayu pun segera mengajakku ke dalam rumah, karena mereka mau berpamitan untuk pulang.
Dan ketika Bayu mau pulang, papa pun menceritakan tentang kejadian yang menimpaku tadi siang dan juga meminta tolong kalau Bayu tidak sibuk, ia bisa mengantar jemput diriku.
Hal itu sontak membuat Bayu dan kak George kaget dan segera berlari ke arahku,
"Sayang, kamu gak apa-apa kan?" tanya Bayu.
"Kamu gak apa-apa kan, Agnes?" panggilan kak George untukku sontak membuat mereka semua yang ada di sana memperhatikan kak George.
"Agnes...???"
***BERSAMBUNG***