NovelToon NovelToon
Benih Yang Tak Terucap

Benih Yang Tak Terucap

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Empat tahun lalu, Aira Nadiya mengalami malam paling kacau dalam hidupnya—malam yang membuatnya kehilangan arah, tapi juga memberi dirinya sesuatu yang paling berharga: seorang anak laki-laki bernama Arvan.

Ia tidak pernah memperlihatkan siapa ayah anak itu. Tidak ada foto, tidak ada nama, tidak ada cerita. Satu-satunya petunjuk hanya potongan ingatan samar tentang pria misterius dengan suara rendah dan mata gelap yang menatapnya seolah ingin menelan seluruh dunia.

Aira mengira itu hanya masa lalu yang terkubur.

Sampai suatu hari, karena utang ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Dion Arganata, CEO muda yang terkenal dingin dan tidak punya empati. Lelaki yang seluruh hidupnya diatur oleh bisnis dan warisan. Lelaki yang membenci kebohongan lebih dari apa pun.

Dan Aira bahkan tidak tahu…

Dion adalah pria dari malam itu.
Ayah dari anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 — Pertengkaran Besar

Aira berlari kembali ke penthouse, isak tangisnya teredam. Dia merasa dikhianati dan bodoh. Dion membela Aira di depan media, tetapi dia diam-diam bertemu dengan Nayra di kantornya.

​Saat Dion tiba di penthouse beberapa jam kemudian, wajahnya keras. Ia menemukan Aira di kamar, mengemasi pakaiannya dan Arvan.

​“Apa yang kau lakukan, Aira?” tanya Dion, suaranya menahan amarah.

​Aira menoleh, matanya merah karena menangis. “Aku pergi. Aku akan kembali ke desa. Mereka benar, Dion. Aku tidak pantas di sini. Aku tidak bisa bersaing dengan wanita sekelas Nayra.”

​“Kau salah paham!” teriak Dion, kesabarannya habis. “Nayra datang untuk memanipulasiku! Aku yang menolaknya! Aku yang mengusirnya! Aku bilang padanya kau adalah istriku!”

​“Lalu kenapa dia ada di kantormu? Kenapa dia menatapmu seperti itu?” balas Aira, air mata mengalir deras. “Kau bisa membohongi dunia, Dion, tetapi kau tidak bisa membohongi hatiku! Kau masih peduli padanya! Kau masih ingin yang terbaik untuk Arganata, dan dia adalah 'yang terbaik' di matamu!”

​“Aku tidak peduli pada Nayra! Aku hanya peduli padamu! Kenapa kau tidak percaya padaku?” Dion melangkah mendekat, frustrasi. “Aku melawan semua media, aku melawan Tantri, aku melawan dewan hanya untukmu! Kenapa kau meragukan ketulusanku?”

​“Karena kau adalah Dion Arganata! Dan aku adalah Aira Nadiya!” Aira melempar pakaiannya kembali ke koper. “Aku tidak punya apa-apa untuk ditawarkan padamu! Aku tidak punya koneksi, tidak punya saham, tidak punya legitimasi! Kau bisa merebut Arvan kapan saja… aku tidak punya apa-apa!”

​Kata-kata itu menghantam Dion lebih keras daripada pukulan fisik. Itu adalah inti dari ketakutan Aira: ketidakberdayaan.

​“Cukup, Aira!” raung Dion. “Aku tidak akan merebut Arvan! Aku mencintaimu!”

​“Cinta?” Aira tertawa pahit. “Cinta yang kau tunjukkan hanyalah sisa dari pria yang mabuk! Kau mencintai bayangan! Kau mencintai ide menjadi Ayah! Tapi kau tidak mencintai wanita yang harus melahirkan anakmu sendirian!”

​Dion tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia merasa sangat dikhianati, bukan oleh Nayra, tetapi oleh ketidakpercayaan Aira.

​“Baik!” teriak Dion, matanya kembali menunjukkan kilatan tiran. “Jika kau tidak percaya padaku, maka pergilah! Pergilah kembali ke desa, kembalilah ke kemiskinanmu! Tapi Arvan tetap di sini!”

​Aira terkejut. Dion telah kembali menjadi monster yang ia takuti.

​“Kau tidak bisa melakukan itu!” tangis Aira, memeluk koper Arvan.

​“Aku Ayahnya! Kau bilang aku bisa merebutnya kapan saja! Jadi, aku akan merebutnya!”

​Dion membanting pintu kamar hingga bergetar. Dia pergi. Dia meninggalkan penthouse itu, meninggalkan Aira, dan meninggalkan hati kecil Arvan yang tertidur pulas di kamar sebelah.

​Aira jatuh ke lantai, memeluk koper itu erat-erat. Ia hancur. Ia sendirian lagi. Semua kebahagiaan itu, semua janji, hanyalah ilusi. Dion telah kembali menjadi tiran.

Aira jatuh ke lantai, memeluk koper itu erat-erat. Ia hancur. Ia sendirian lagi. Semua kebahagiaan itu, semua janji, hanyalah ilusi. Dion telah kembali menjadi tiran.

Aira jatuh ke lantai, memeluk koper itu erat-erat. Ia hancur. Ia sendirian lagi. Semua kebahagiaan itu, semua janji, hanyalah ilusi. Dion telah kembali menjadi tiran.

Aira jatuh ke lantai, memeluk koper itu erat-erat. Ia hancur. Ia sendirian lagi. Semua kebahagiaan itu, semua janji, hanyalah ilusi. Dion telah kembali menjadi tiran.

1
Elkss
bagus kak ceritanya
semoga cepet up lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!